28
sumber. Kata kata yang sekiranya pembaca masih asing sebaiknya dicarikan padanannya dalam bahasa sasaran yang memunginkan pembaca dapat
memahami makna atau maksud yang terkandung dalam kata kata tersebut. Namun demikian penerjemah tidak boleh memaksakan diri untuk menjelaskan
arti dari suatu istilah tertentu apabila padanannya tidak ditemukan dalam bahasa sasaran, apalagi penerjemah sendiri belum memahami arti istilah
tersebut. Misalnya kata-kata, nama-namajenis makanan asing seperti: ‟hot
dog, hamburger, pizza, dan sandwich jenis-jenis makanan, mouse, cpu, monitor, key board istilah-istilah dalam komputer
‟, sebaiknya tidak perlu diterjemahkan ke dalam Bsa karena kata-kata tersebut memang tidak
ditemukan dalam budaya Indonesia sebelumnya. Begitu pula halnya kata-kata dalam bahasa Jawa yang harus diterjemahkan kedalam bahasa Inggris, seperti:
‟klepon, srabi, kethoprak, midodareni, sepasaran, tingkepan‟, dan lain sebagainya.
Sehubungan dengan sejumlah pengertian tentang penerjemahan di atas, dapat disimpulkan bahwa penerjemahan adalah suatu proses yang dilakukan
oleh seorang penerjemah dalam upayanya mengalihkan pesan dari Bsu ke dalam Bsa sehingga dihasilkan suatu karya yang memiliki makna yang
sedekat-dekatnya dengan teks aslinya.
2. Proses Penerjemahan
Sejumlah aspek yang berpengaruh selama proses penerjemahan berlangsung hingga pada sasaran terakhir yaitu pembaca teks hasil terjemahan
meliputi: 1 penulis teks asal, 2 teks asal, 3 penerjemah, 4 teks hasil terjemahan dalam bsa, dan 5 pembaca. Sementara itu Susan Bassnett dan Mc
Guire 1988: 16 mengatakan bahwa pada proses penerjemahan melibatkan proses decoding dan recoding:
„The translator, therefore, operates criteria that transcend the purely linguistic, and a process of decoding and recoding
takes place‟. Selanjutnya Bassnett 1988 menyitir pendapat Nida bahwasanya proses penerjemahan yang mempunyai 3 tiga tahapan, yaitu menganalisis
commit to user
29
teks bahasa sumber Bsu, mengalihkan pesan, kemudian menyusun kembali restructuring pesan yang telah ditulis untuk dijadikan hasil akhir produk
terjemahan. Adapun proses penerjemahan menurut Nida 1975: 80 dapat digambarkan sebagai berikut:
Source Language Receptor Language
Text Translation
ANALYSIS RESTRUCTURING
TRANSFER
Gambar 1: Proses penerjemahan, menurut Nida 1975:80
Berdasarkan gambaran di atas maka proses penerjemahan adalah suatu sistem kegiatan dimana seorang penerjemah dalam melakukan
aktivitasnya mendapat tugas, yaitu menerjemahkan suatu teks dalam bahasa tertentu untuk dialihkan kedalam bahasa lain; Atau dengan kata lain dapat pula
diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh seorang penerjemah pada saat dia mengalihkan amanat atau pesan dari Bsu ke dalam
Bsa. Oleh karena itu apabila seorang penerjemah dalam melakukan kegiatan menerjemahkan melakukan kesalahan pada satu tahapan tertentu akan
berakibat pada munculnya kesalahan pada tahapan lainnya, yang pada akhirnya terjemahan yang dihasilkan tidak berterima karena banyak terjadi
kesalahan-kesalahan atau penyimpangan tidak sesuai dengan pesan sebagaimana pesan yang tertulis dalam Bsu. Dengan demikian maka pekerjaan
menerjemahkan diperlukan kecermatan dan kehati-hatian khusus dalam perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
30
pengerjaannya supaya tidak terjadi banyak kesalahan maupun penyimpangan yang tidak diinginkan.
a Analisis Teks Bahasa Sumber
Dalam kegiatan ini penerjemah membaca teks bahasa sumber dengan cermat dan teliti agar bisa memahami isi teks dengan baik. Supaya
penerjemah dapat memahami teks yang akan diterjemahkan dengan baik, penerjemah dituntut memiliki kepekaan pemahaman terhadap unsur
linguistik kebahasaan dan ekstra linguistik unsur yang berada di luar linguistik, yang meliputi sosial budaya teks bahasa sumber yang
merupakan bagian tak terpisahkan dari bahasa itu. Dalam menganalisis aspek linguistik yang dilakukan terhadap teks
bahasa sumber meliputi berbagai tataran, seperti tataran kalimat, klausa, frasa, dan kata. Analisis pada tataran tataran ini dianggap perlu karena
pada hakekatnya setiap teks dibentuk dari tataran tataran tersebut. Selain itu, kemampuan dalam memahami makna yang direalisasikan dalam
tataran tataran itu merupakan modal utama untuk bisa memahami isi teks secara keseluruhan.
b Pengalihan Pesan
Setelah penerjemah dapat memahami makna dan struktur bahasa sumber, diapun akan dapat menangkap pesan yang terkandung di
dalamnya. Langkah selanjutnya ialah mengalihkan isi, makna, pesan yang terkandung dalam bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Dalam tahap
pengalihan ini, penerjemah dituntut untuk menemukan padanan kata bahasa sumber dalam bahasa sasaran. Proses pengalihan isi, makna dan
pesan tadi merupakan proses bathin yang berlangsung dalam pikiran penerjemah yang kemudian mengungkapkannya dalam bahasa sasaran
secara tertulis maupun lisan. Terjemahan perlu diselaraskan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik yang sesuai dengan tujuan
penerjemahan. perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
31
c Restrukturisasi Penyelarasan
Tahapan akhir dalam menerjemahkan adalah dengan melakukan penyelarasan atau restrukturisasi, yaitu pengubahan proses pengalihan
pesan menjadi bentuk stilistik yang sesuai dengan bahasa sasaran, pembaca, maupun pendengar dengan memperhatikan ragam bahasa untuk
menentukan gaya bahasa yang sesuai dengan jenis teks yang diterjemahkan. Sementara itu Nida dan Taber 1971: 120 mengatakan
bahwa dalam
proses restrukturisasi
seorang penerjemah
perlu mempertimbangkan masalah masalah yang dihadapi dari tiga perspektif
atau sudut pandang, yaitu dari segi keragaman bahasa yang diinginkan, komponen komponen penting dan sifat keragaman tersebut, serta teknik
teknik yang digunakan dalam menghasilkan keragaman atau bentuk yang diinginkan.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa proses penerjemahan adalah suatu tahapan yang seharusnya dilewati oleh seorang
penerjemah dalam melaksanakan tugasnya. Untuk menghasilkan karya terjemahan yang berkualitas seharusnya seorang penerjemah melewati 3
tiga tahapan tersebut apalagi jika teks yang akan diterjemahkannya merupakan teks yang sulit.Tanpa melewati tahapan-tahapan tersebut
dikhawatirkan terjemahan yang dihasilkan menyimpang dari Tsu. nya.
3. Makna dalam Penerjemahan