Keberterimaan acceptability Aspek-aspek yang Dinilai

40 terjemahan yang sedekat-dekatnya dan sealamiah mungkin baik dalam hal makna maupun gaya bahasanya. Yang dimaksud dengan ketepatan dalam „pemilihan kata‟ atau „padanan‟ equivalence, yaitu kata maupun istilah yang digunakan dalam Bsa sesuai dengan pesan atau amanat dalam Bsu.nya. Sebagaimana kita ketahui bahwa teks yang diterjemahkan oleh seorang penerjemah bukanlah kata katanya secara harfiah melainkan makna atau amanat yang ada dalam pesan teks Bsu.nya. Sedangkan „wajar‟ natural, adalah terjemahan yang dihasilkan menunjukkan kewajaran atau kealamiahan yang tinggi sesuai dengan kaidah, norma, dan budaya yang berlaku dalam Bsa. Hasil terjemahan yang memiliki tingkat kewajaran tinggi seorang pembaca seolah olah merasakan bahwa teks yang dibacanya bukan hasil terjemahan. Sementara „terdekat‟ closest adalah penggabungan antara dua 2 aspek sebelumnya, yaitu „equivalence dan naturalness‟, yang menjadi indikator penting dalam keakuratan accuracy hasil terjemahan.

b. Keberterimaan acceptability

Keberterimaan berhubungan erat dengan kewajaran, yaitu kesesuaian struktur kalimat aturan linguistik dan norma tekstual yang digunakan antara Bsu dan Bsa. Kewajaran yang dimaksud adalah kewajaran teks terjemahan yang dihasilkan berdasarkan pada norma- norma, budaya dan bahasa yang berlaku dalam Bsa. Dengan demikian, teks terjemahan dikategorikan memiliki tingkat keberterimaan tinggi jika bahasa terjemahan yang dihasilkan sesuai dengan kaidah-kaidah, norma, dan budaya yang berlaku dalam Bsa. Selain itu, setiap kalimatnya juga harus memiliki makna yang sesuai dengan konteksnya, dan dapat diterima secara logis dalam Bsa. Dengan kata lain, serangkaian kalimat yang ada disusun sedemikian rupa sehingga terbentuk suatu teks yang dapat diterima dan dipahami baik makna maupun maksudnya dengan baik oleh pembaca sasaran. Dengan demikian berterima atau tidaknya suatu teks perpustakaan.uns.ac.id commit to user 41 terjemahan sangat bergantung pada tanggapan dan sikap pembaca terhadap teks yang dibacanya. Sebagaimana dikatakan oleh Renkema 1993: 36: „Acceptability requires that a sequence of sentences be acceptable to the intended audience in order to quality as a text‟. Berdasarkan pernyataan di atas maka penerjemah sedapat mungkin berusaha merangkaikan kalimat demi kalimat sedemikian rupa sehingga pembaca akan dengan mudah memahami makna kalimat demi kalimat yang tersusun secara logis dan berkesinambungan dalam suatu teks yang diterjemahkannya. Hal ini akan mempermudah pembaca untuk menangkap keseluruhan isi teks yang dibacanya. Sebaliknya, jika makna atau pesan yang ditangkap dalam serangkaian kalimat demi kalimat tersebut tidak menunjukkan keterkaitan secara logis dan berkesinambungan maka teks tersebut tidak berterima karena sulit dipahami. Selain kelogisan dan setiap kalimat yang tersusun secara berkesinambungan, keberterimaan teks terjemahan juga dipengaruhi oleh dua aspek lain, yaitu kohesi dan koherensi. Teks terjemahan dikatakan memiliki kohesi yang baik jika pembaca dengan mudah dapat memahami hubungan kalimat – kalimat pembentuk teksnya. Sedangkan dari aspek koherensinya, jika pembaca dapat dengan mudah memahami hubungan pengertian pada setiap kalimat yang ada dan keterkaitannya berdasarkan situasi dan konteksnya. Dengan kata lain, kesatuan makna atau pengorganisasian gagasan ide dalam teks tersebut tersusun secara bagus sehingga mudah dipahami.

c. Keterbacaan Readability