15
Penyusunan hipotesis merupakan salah satu kunci agar siswa dapat menemukan berbagai hal yang baru.
c. Merencanakan PenelitianEksperimen
Eksperimen adalah suatu usaha untuk menguji melalui penyelidikan praktis. Para guru perlu melatih siswa untuk mengadakan eksperimen, meskipun hanya
dengan eksperimen yang sederhana. Dalam melakukan eksperimen, guru perlu melatih siswa dalam merencanakan kegiatan eksperimen yang akan dilakukan,
karena bila tidak direncanakan dengan baik dikhawatirkan akan terjadi pemborosan waktu, biaya, tenaga, dan bahkan mungkin hasilnya tidak akan sesuai
dengan yang diharapkan. d.
Pengendalian Variabel Variabel dapat diartikan sebagai faktor yang berpengaruh. Pengendalian
variabel sering dianggap sulit, tetapi sebenarnya semua bergantung pada bagaimana guru menggunakan kesempatan yang tersedia untuk melatih anak
mengontrol dan memperlakukan variabel. e.
Menginterpretasi Data Kemampuan menginterpretasi data merupakan kemampuan menyajikan data
yang didapat melalui observasi, perhitungan, pengukuran, atau eksperimen ke dalam bentuk catatan, atau bentuk lain seperti grafik, tabel, atau diagram.
f. Kesimpulan Sementara Inferensi
Kemampuan membuat kesimpulan sementara dapat dilatihkan dalam proses eksperimen. Jika siswa telah mengumpulkan data dalam sebuah eksperimen, maka
siswa dapat membuat kesimpulan sementara berdasarkan informasi yang dimiliki sampai suatu waktu tertentu. Kesimpulan tersebut bukan merupakan kesimpulan
akhir, tetapi hanya merupakan kesimpulan sementara yang dapat diterima sampai pada saat itu.
30
30
Ibid., h. 25-30.
16
g. Meramalkan
Keterampilan meramalkan adalah suatu keterampilan membuat perkiraan tentang suatu hal yang belum terjadi berdasarkan suatu kecenderungan atau pola
data yang sudah ada.
31
h. Menerapkan konsep atau prinsip
Keterampilan menerapkan konsep merupakan keterampilan menggunakan konsep yang telah dipahami untuk memecahkan suatu permasalahan atau
peristiwa baru atau juga menerapkan rumus pada soal-soal yang baru.
32
i. Berkomunikasi
Keterampilan berkomunikasi merupakan keterampilan mengkomunikasikan hasil pengamatan, hasil percobaan atau hasil prediksi baik secara lisan maupun
tulisan dalam bentuk laporan, grafik, tabel, dan lain sebagainya.
33
5. Pengukuran Keterampilan Proses Sains
Asesmen pendidikan sedang diprioritaskan untuk membantu sistem evaluasi yang sampai saat ini sudah berjalan. Asesmen pendidikan mencoba mengungkap
bahwa potensi siswa bukan hanya melalui hasil belajar, melainkan juga melalui proses pembelajaran.
34
a. Karakteristik Pokok Uji Keterampilan Proses Sains
Secara umum pembahasan uji keterampilan proses lebih ditujukan untuk membedakannya dengan pokok uji biasa yang mengukur pengukuran konsep.
Karakteristik pokok uji keterampilan proses sains, adalah:
1 Karakteristik Umum
Secara umum butir soal keterampilan proses dapat dibedakan dari pokok uji penguasaan konsep, diantaranya:
a Pokok uji keterampilan proses tidak boleh dibebani konsep. Hal ini
diupayakan agar pokok uji tersebut tidak rancu dengan pengukuran penguasaan konsepnya. Konsep yang terlibat harus diyakini oleh penyusun
31
Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, op. cit., h. 53.
32
Ibid., h. 55.
33
Conny Semiawan, dkk., op. cit., h. 33.
34
Nuryani Y Rustaman, dkk, op. cit., h. 191.
17
pokok uji sudah dipelajari siswa atau tidak asing bagi siswa dekat dengan keadaan sehari-hari siswa.
b Pokok uji keterampilan proses sains mengandung sejumlah informasi yang
harus diolah oleh responden atau siswa. Informasi dalam pokok uji keterampilan proses dapat berupa gambar, diagram, grafik, data dalam tabel
atau objek aslinya. c
Aspek yang akan diukur oleh oleh pokok uji keterampilan proses sains harus jelas dan mengandung satu aspek saja.
d Sebaiknya ditampilkan gambar untuk membantu menghadirkan objek.
2 Karakteristik Khusus
a Observasi: harus dari objek atau peristiwa sesungguhnya.
b Interpretasi: harus menyajikan sejumlah data untuk memperlihatkan pola.
c Klasifikasi: harus ada kesempatan mencari atau menemukan persamaan dan
perbedaan, atau diberikan kriteria tertentu untuk melakukan pengelompokkan, atau ditentukan jumlah kelompok yang harus terbentuk.
d Prediksi: harus jelas polakecenderungan untuk dapat mengajukan
dugaanramalan. e
Berkomunikasi: harus ada satu bentuk penyajian tertentu untuk diubah ke bentuk lainnya.
f Berhipotesis: dapat merumuskan dugaan atau jawaban sementara atau
menguji pernyataan yang ada dan mengandung hubungan dua variabel atau lebih, biasanya mengandung cara kerja untuk menguji atau membuktikan.
g Merencanakan percobaan atau penyelidikan: harus memberi kesempatan
untuk mengusulkan gagasan berkenaan dengan alatbahan yang akan digunakan, urutan prosedur yang harus ditempuh, menentukan variabel,
mengendalikan peubah. h
Menerapkan konsep atau prinsip: harus memuat konsepprinsip yang akan diterapkan tanpa menyebutkan nama konsepnya.
18
i Mengajukan pertanyaan: harus memunculkan sesuatu yang mengherankan,
mustahil, tidak biasa atau kontradiktif agar responden atau siswa termotivasi untuk bertanya.
35
b. Penyusunan Pokok Uji Keterampilan Proses Sains
Penyusunan pokok uji keterampilan proses sains menuntut penguasaan masing-masing jenis keterampilan prosesnya. Dengan mengingat karakteristik
jenis keterampilan proses yang akan diukur, sajikan sejumlah informasi yang perlu diolah. Setelah itu disiapkan pertanyaan yang dimaksudkan untuk
memperoleh respon atau jawaban yang diharapkan. Tentukan pula bagaimana bentuk respon yang diminta: memberi tanda silang pada huruf abc atau memberi
tanda cek dalam kolom yang sesuai, atau menuliskan jawaban singkat 3 buah, atau bentuk lainnya.
36
6. Gerak Harmonik Sederhana
a. Pengertian Gerak Harmonik Sederhana
Ketika pegas yang diberi beban kita tarik ke samping kemudian kita lepaskan, pegas akan bergerak kanan-kiri sampai beberapa saat kemudian, gerakan ini
disebut gerak periodik.
37
Gambar 2.1 a menunjukkan bahwa pegas berada pada posisi
setimbang, yaitu sebelum ditarikditekan. Gambar b
menunjukkan benda m ditarik sejauh A ke kanan sehingga simpangannya
x = +A, dan gaya pulih pegas F =
−kA. Gaya pegas bernilai negatif
35
Ibid., h. 194.
36
Ibid., h. 195.
37
Affa Ardhi Saputri, Modul Fisika Berbasis Metakognisi Elastisitas dan Gerak Harmonik Sederhana untuk SMAMA Kelas XI Semester 1
, Yogyakarta: Skripsi Uin Sunan Kalijaga, tidak diterbitkan, 2013, h. 63.
Gambar 2.1 Gaya pemulih yang bekerja pada suatu benda yang dihubungkan dengan pegas
sebanding dengan simpangannya dari kedudukan seimbang.
19
berarti bahwa gaya ini cenderung menggerakkan benda ke kiri jika benda m dibebaskan. Benda m bergerak ke kiri melalui posisi kesetimbangannya, yaitu
x = 0 dan F = 0. Akan tetapi pada posisi x = 0 benda m telah memiliki kecepatan dalam arah ke kiri sehingga benda m terus bergerak ke kiri.
Ketika simpangan x negatif ke kiri, maka pada benda m akan bekerja gaya pegas F =
−kx ke arah kanan. Gaya pegas yang berlawanan arah memperlambat gerak benda berhenti sesaat di titik terjauh kiri yaitu x =
−A dan akan muncul gaya pegas F =
−kx = kA yang positif berarah ke kanan. Gaya pegas ini akan menggerakkan benda ke kanan untuk kembali melalui titik kesetimbangannya.
Demikian seterusnya, benda bergerak bolak balik di sekitar titik kesetimbangannya. Gerak seperti itu dinamakan gerak harmonik sederhana.
38
b. Gaya pemulih
Gaya pegas selalu sebanding dengan simpangan x dan selalu berlawanan arah dengan arah simpangan x. Maksudnya ketika simpangan x berarah ke kanan dari
titik kesetimbangan, maka gaya pegas F = −kx berarah ke kiri, dan ketika
simpangan x berarah ke kiri dari titik kesetimbangan maka gaya pegas berarah ke kanan. Gaya yang besarnya sebanding dengan simpangan dan selalu berlawanan
arah dengan arah simpangan disebut dengan gaya pemulih.
39
c. Periode Sistem Pegas
Gerak harmonik sederhana terjadi karena adanya gaya pemulih F = −kx.
Menurut hukum II Newton gaya total yang terjadi pada benda yang sedang bergerak adalah
ΣF = ma. Periode dan frekuensi sistem pegas dapat diperoleh dengan mensubtitusikan gaya pemulih dengan hukum II Newton sebagai
berikut:
40
ΣF = −kx ma =
−kx m
d
2
x dt
2
= −kx
d
2
x dt
2
+
k m
x = 0 ....2.1
38
Marthen Kanginan, Fisika untuk SMAMA kelas XI, Jakarta: Erlangga, 2013, h. 170.
39
Ibid., h. 171.
40
Affa Ardhi Saputri, op. cit., h. 70.