50
B. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijabarkan pada subbab sebelumnya, hasil pretest kelas eksperimen dan kontrol hampir sama yaitu dengan nilai rata-
rata 28,88 untuk kelas eksperimen dan 29,03 untuk kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan proses sains siswa sebelum diberi perlakuan
adalah sama. Sebelum dilakukan uji hipotesis, terdapat uji prasyarat yaitu uji normalitas
dan homogenitas yang harus dilakukan. Dari hasil pengujian yang telah dilakukan, hasil pretest dan posttest pada kelas eksperimen dan kontrol semua datanya
berdistribusi normal. Demikian juga untuk uji homogenitas, hasil pretest dan posttest
keduanya homogen. Setelah didapatkan hasil pretest dan posttest kelas eksperimen dan kontrol
berdistribusi normal dan homogen, maka dilanjutkan dengan uji t. Pengujian nilai pretest
dengan uji t pada kedua kelompok menghasilkan t
hitung
t
tabel
, yang menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil pretest
kelas eksperimen dan kontrol. Sedangkan pada pengujian nilai posttest pada kedua kelas, menghasilkan t
hitung
t
tabel
, yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil posttest kelas eksperimen dan kontrol.
Tes keterampilan proses sains sebelum diberi perlakuan pada kelas eksperimen dan kontrol didapatkan persentase ketercapaian yang bervariasi, tetapi
rata-rata persentase kedua kelas tersebut tidak jauh berbeda. Sedangkan hasil tes keterampilan proses sains setelah diberikan perlakuan yang berbeda antara kelas
eksperimen dan kontrol yaitu kelas eksperimen dengan metode Eksperimen Diskusi ED dan kelas kontrol dengan metode eksperimen saja didapatkan rata-
rata persentase yang cukup signifikan, ini menunjukkan bahwa kelas eksperimen dengan metode eksperimen diskusi lebih unggul dari kelas kontrol yang
menggunakan metode eksperimen saja. Hal ini sesuai dengan ungkapan Suherman
51
bahwa penggabungan dua metode yaitu eksperimen dan diskusi menjadikan keduanya saling melengkapi dan memperkuat.
1
Pada hasil posttest keterampilan proses sains aspek yang memiliki persentase terendah pada kelas eksperimen dan kontrol adalah aspek menerapkan konsep,
soal dengan aspek menerapkan konsep yaitu soal dengan bentuk hitungan tanpa diberi contoh terlebih dahulu, hal inilah yang dianggap sulit bagi siswa karena
siswa terbiasa mengerjakan soal bentuk hitungan dengan contoh soal yang sama. Adapun aspek keterampilan proses sains yang tertinggi pada kelas eksperimen
adalah menginterpretasi data, hal ini dikarenakan siswa lebih banyak berlatih memaparkan isi grafik ataupun data pada saat pembelajaran berlangsung,
sedangkan untuk kelas kontrol aspek tertingginya yaitu berkomunikasi, hal ini dikarenakan siswa sudah mengetahui bagaimana cara menyajikan data dari bentuk
tabel ke grafik ataupun sebaliknya. Secara keseluruhan, kelas eksperimen memiliki persentase yang lebih tinggi dari kelas kontrol, hal ini dikarenakan
metode Eksperimen Diskusi ED memiliki potensi yang besar untuk meningkatkan sikap dan kepercayaan siswa mengenai fisika.
2
Adapun observasi keterampilan proses sains yang dilakukan saat pembelajaran berlangsung, ditinjau dari persentase tiap kelompok didapatkan
bahwa persentase rata-rata keterampilan proses sains tiap pertemuannya meningkat. Namun secara rinci, ada beberapa kelompok yang tidak mengalami
peningkatan di setiap pertemuannya, hal ini salah satunya dikarenakan pembagian alat-alat praktikum yang tidak merata pada setiap kelompok karena keterbatasan
alat dilaboratorium sehingga membuat siswa merasa kurang bersemangat. Observasi keterampilan proses sains yang ditinjau berdasarkan aspekya,
didapatkan bahwa persentase rata-rata untuk tiap-tiap aspek di setiap pertemuan mengalami peningkatan dari pertemuan pertemuan pertama hingga pertemuan
ketiga, pada pertemuan pertama siswa masih merasa bingung dengan langkah-
1
Suherman, Penerapan Metode Eksperimen-Diskusi untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X-B SMA Negeri 1 Stabat, Jurnal Penelitian Inovasi Pembelajaran
Fisika , Vol. 3 1 Juni 2011, h. 24.
2
Mirko Marusic, dan Josip Slisko, Effects of two Different Types of Physics Learning on the Result of CLASS Test, American Physical Society, Vol. 8, 2012, h. 1.
52
langkah pada lembar kerja siswa LKS yang harus dilakukan, sedangkan pada pertemuan kedua dan ketiga siswa merasa sudah paham dengan langkah-langkah
pada lembar kerja siswa LKS berdasarkan pengalaman pada pertemuan pertama. Hal ini dikarenakan melalui metode eksperimen siswa dirangsang untuk memiliki
keterampilan proses sains,
3
sedangkan melalui metode diskusi siswa dilatih untuk mengungkapkan pendapat dan memungkinkan siswa aktif berpartisipasi dalam
kegiatan pembelajaran.
4
Pada pertemuan pertama dan kedua, aspek yang memiliki persentase tertinggi adalah melakukan percobaan, hal ini dikarenakan sebelumnya siswa sudah
melihat bagaimana guru memperagakan percobaan yang akan dilakukan pada kegiatan mengamati. Dan aspek yang memiliki persentase terendah adalah
memprediksi, hal ini dikarenakan sebagian besar siswa tidak menjelaskan terhadap hasil prediksinya.
Pada pertemuan ketiga, aspek yang memiliki persentase tertinggi adalah merencanakan percobaan, hal ini dikarenakan siswa sudah memahami bagaimana
cara membuat langkah-langkah percobaan sedangkan aspek yang memiliki persentase terendah adalah mempediksi, sama halnya dengan pertemuan pertama
dan kedua siswa masih banyak yang tidak menjelaskan hasil prediksinya. Penerapan metode Eksperimen Diskusi ED melibatkan pengalaman siswa
dalam proses pembelajaran, hal ini dikarenakan pada setiap langkah-langkah metode Eksperimen Diskusi ED dapat melatihkan keterampilan proses sains
siswa sehingga keterampilan yang siswa peroleh semakin meningkat dari setiap pertemuannya. Menurut teori konstruktivistik, pengalaman siswa dalam proses
pembelajaran akan menjadi pengetahuan yang bermakna, karena siswa mengkonstruk pengetahuannya melalui pengalaman.
5
Pengalaman siswa dalam belajar dengan menggunakan metode Eksperimen Diskusi ED akan bertahan
lebih lama karena siswa mengalami dan memahami sendiri apa yang
3
Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran Sains, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009, h. 104.
4
Ibid., h. 100.
5
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008, h. 164.