25
konsep siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode Experimenting and Discussion
ED dapat memperoleh profil keterampilan proses sains dan meningkatkan penguasaan konsep siswa.
50
6. Mirko Marusic, Josip Slisko 2012. Effects of two Different Types of Physics
Learning on the Result of CLASS Test . Metode Eksperimen-Diskusi ED
pernah diterapkan pada suatu penelitian selama satu semester di Kroasia pada siswa kelas 3 SMA. Langkah-langkah pembelajarannya, yaitu: 1 guru
melakukan percobaan sederhana di depan kelas, dan siswa diminta untuk memprediksi hasil percobaannya, 3 hasil prediksi dan penjelasan siswa
dicatat dalam buku catatan mereka, 4 siswa diminta untuk menjelaskan hasil prediksinya, 5 siswa dikelompokkan berdasarkan hasil prediksinya, 6
siswa yang berbeda hasil prediksinya, diminta untuk berdiskusi, 7 setelah berdiskusi, percobaan dilakukan oleh guru dan hasilnya diamati dan dicatat,
8 apabila hasil prediksi siswa berbeda, maka siswa diminta untuk mengulangi percobaannya sendiri. Penelitian yang dilakukan pada 85 siswa
ini, menunjukkan peningkatan sebesar 25,6 yang berarti bahwa metode Eksperimen-Diskusi ED memiliki potensi besar untuk meningkatkan sikap
dan keyakinan siswa tentang fisika dan belajar fisika.
51
7. Sinan Özgelen 2012. Students’ Science Process Skills within a Cognitive
Domain Framework . Keterampilan proses sains merupakan kemampuan
berpikir seorang saintis untuk mengkonstruk pengetahuannya dalam memecahkan setiap permasalahan dan merumuskan hasilnya. Keterampilan
proses sains dasar terdiri dari mengamati, menghubungkan, menduga, mengukur, mengkomunikasikan, mengklasifikasikan, dan memprediksi. Dan
integrasi keterampilan proses sains mencakup menentukan variabel, menemukan secara operasional, memformulasikan hipotesis, menginterpretasi
data, bereksperimen, dan memepresentasikan informasi. Hasil penelitian
50
Mia Khaerunnisa, “Penerapan Metode Experimenting and Discussion ED untuk Mengetahui Profil Keterampilan Proses Sains dan Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa
SMA”, Skripsi pada Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, Bandung, 2013, tidak dipublikasikan.
51
Mirko Marusic, dan Josip Slisko, op. cit., h. 1.
26
menunjukkan bahwa keterampilan proses sains berhubungan dengan perkembangan kognitif, dan pengembangan keterampilan proses sains dapat
membantu cara berpikir siswa, kemampuan siswa memecahkan masalah, mengemukakan alasan, dan membuat mereka kreatif.
52
8. Remziye ERGÜL, et.al 2011. The Effect of Inquiry Based Science Teaching
on Elementary School Students’ Science Process Skill and Science Attitudes .
Keterampilan proses sains merupakan kemampuan yang memfasilitasi pembelajaran ilmu-ilmu eksakta, membuat siswa berpartisipasi aktif, siswa
dapat mengembangkan rasa tanggungjawab dari pembelajaran yang mereka peroleh, dan lain sebagainya. Keterampilan proses sains berbasis pada
pendekatan inkuiri dan pengajaran sains dengan inkuiri melibatkan keterampilan proses sains siswa, berpikir kritis, kemampuan mengemukakan
alasan secara ilmiah, dan inkuiri didefinisikan sebagai pendekatan pengajaran, perilaku peneliti digunakan dalam pembelajaran sains dan hal
tersebut dapat menjadi metode pengajaran yang paling efektif yang dapat membantu siswa untuk memahami konsep dan menggunakan keterampilan
proses. Penelitian ini dilaksanakan selama dua semester, dan hasil penelitian menunjukkan bahwa menggunakan metode mengajar berbasis inkuiri secara
signifikan meningkatkan keterampilan proses sains dan sikap ilmiah siswa.
53
C. Kerangka Berpikir
Pembelajaran IPA khususnya fisika akan lebih efektif jika siswa diberi pengalaman langsung untuk mengkonstruk pengetahuannya sendiri. Pengalaman
akan membuat siswa merasakan dan memahami makna dari pembelajaran yang dilakukannya. Pembelajaran IPA juga tidak hanya dilihat dari hasilnya saja tetapi
juga prosesnya, tetapi pada kenyataannya penilaian yang dilakukan pada
52
Sinan Özgelen, Students’ Science Process Skills within a Cognitive Domain Framework, Eurasia Journal of Mathematics, Science, and Technology Education
, Vol. 4, 2012, h. 283.
53
ERGÜL, et.al, The Effect of Inquiry Based Science Teaching on Elementary School Students’ Science Process Skill and Science Attitudes, Bulgarian Journal of Science and
Education Policy . Vol.5, 2011, h. 48.
27
pembelajaran hanya berorientasi pada hasilnya saja tanpa memperhatikan penilaian proses pembelajarannya.
Mengacu pada tujuan kurikulum 2013 yang memiliki konsep untuk memberikan pengalaman belajar bagi siswa dalam mengembangkan sikap,
keterampilan dan pengetahuan, tentunya penilaian yang hanya berorientasi pada hasil belajar tidak sejalan dengan tujuan kurikulum tersebut. Berdasarkan hal
tersebut maka diperlukanlah penilaian proses yang dapat dilakukan melalui pembelajaran langsung, diantaranya adalah penilaian keterampilan proses sains.
Keterampilan proses sains merupakan keterampilan yang harus dimiliki siswa dalam pembelajaran fisika. Keterampilan proses sains perlu dikembangkan agar
dengan tujuan memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan penemuan agar siswa dapat menyelesaikan permasalahan fisika.
Keterampilan proses sains dapat dikembangkan melalui pembelajaran langsung, tetapi pada kenyataannya secara umum pembelajaran fisika didominasi
dengan metode ceramah. Kegiatan siswa di dalam pembelajaran lebih banyak mendengar dan mencatat apa yang disampaikan oleh guru. Hal ini tentunya
membuat keterampilan proses sains siswa tidak berkembang. Untuk mengembangkan keterampilan proses sains pada siswa diperlukan
proses pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa. Dengan pengalaman siswa dapat memperoleh ingatan dalam jangka panjang dan
siswa juga dapat mengkonstruk pengetahuannya sendiri. Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengembangkan keterampilan proses
sains adalah metode Eksperimen Diskusi ED. Metode Eksperimen Diskusi ED dapat memberikan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan proses
sains pada dirinya, membuat siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran sehingga siswa belajar konstruktif tidak bersifat hapalan, dan me;atih siswa untuk
melakukan proses berpikir dan mengungkapkan pendapat. Maka dalam penelitian ini diharapkan metode Eksperimen Diskusi ED dapat mengembangkan
keterampilan proses sains pada diri siswa sehingga akhirnya siswa dapat memahami pembelajaran dengan baik serta dapat memecahkan berbagai
permasalahan dalam fisika dan keterampilan proses sainsnya meningkat.
28
Gambar 2.3 Skema kerangka berpikir
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah dan landasan teori yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut :
H
a
: Metode Eksperimen Diskusi ED berpengaruh terhadap keterampilan proses sains pada konsep gerak harmonik sederhana.
H : Metode Eksperimen Diskusi ED tidak berpengaruh terhadap
keterampilan proses sains pada konsep gerak harmonik sederhana.
Guru
1. Penilaian yang dilakukan hanya hasil belajarnya
2. Pembelajaran fisika didominasi dengan metode ceramah
Tidak berkembangnya keterampilan proses sains pada diri siswa
Pembelajaran dengan menggunakan metode Eksperimen Diskusi ED
1. Membuat siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran 2. Siswa belajar secara konstruktif tidak bersifat hafalan
3. Siswa dilatih untuk melakukan proses berpikir 4. Siswa dilatih untuk mengungkapkan pendapat
Keterampilan proses sains meningkat Siswa
1. Kegiatan siswa dalam pembelajaran fisika lebih banyak
mendengar dan mencatat penjelasan guru
2. Tidak terlibat dalam pembelajaran langsung
29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 20142015. Adapun tempat penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 4 Karawang yang terletak
di Jl. Jend. Ahmad Yani, Karawang, Jawa Barat 41315.
B. Metode dan Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experimental. Metode ini sering kali dipandang sebagai eksperimen yang tidak sebenarnya,
karena eksperimen jenis ini belum memenuhi persyaratan seperti cara eksperimen yang dapat dikatakan ilmiah mengikuti peraturan-peraturan tertentu.
1
Dalam metode ini, penelitiannya dilakukan pada dua kelas. Kelas pertama adalah
kelompok eksperimen, yaitu diberikan perlakuan dengan metode Eksperimen Diskusi ED. Kelas kedua adalah kelas kontrol, yaitu diberikan perlakuan dengan
metode eksperimen saja.
2
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonequivalent control group design
. Di dalam desain ini pemilihan sampel kelas kontrol ataupun eksperimen tidak dipilih secara random.
3
Desain penelitiannya digambarkan pada Tabel 3.1 berikut:
Tabel 3.1. Desain Penelitian Kelompok
Pretest Perlakuan
Posttest
Eksperimen O
1
X
E
O
2
Kontrol O
1
X
K
O
2
Keterangan: O
1
: pretest pada kelas eksperimen dan kontrol
1
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2010, h. 123.
2
Hadeli, Metode Penelitian Kependidikan, Ciputat: Quantum Teaching, 2006, h. 62.
3
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kulialitatif dan R D, Bandung: Alfabeta, 2011, h. 79.