remaja laki-laki juga berisiko untuk mengalami gangguan makan. Bagaimanapun juga berdasarkan berbagai penelitian menyebutkan bahwa
perempuan lebih banyak yang mengalami gangguan makan.
6.3.2 Pengetahuan
Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang diduga dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam bertindak atau melakukan suatu hal.
Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu hasil dari tahu mengenai hal-hal yang berhubungan dengan dampak negatif dari berat badan
terlalu rendah akibat berdiet, penggunaan obat pencahar, memuntahkan makanan dengan sengaja setelah makan, dan olahraga yang berlebihan. Pada
penelitian ini diperoleh hasil bahwa remaja yang memiliki pengetahuan tinggi lebih banyak 55 dibandingkan dengan remaja yang memiliki pengetahuan
rendah 45. Berdasarkan hasil tabulasi silang antara pengetahuan dengan gangguan
makan dapat diketahui bahwa gangguan makan lebih banyak dialami oleh remaja yang memiliki pengetahuan tinggi yaitu sebesar 53. Sementara itu
gangguan makan hanya dialami oleh 40,7 remaja yang memiliki pengetahuan rendah. Hasil uji statistik menunjukkan P value sebesar 0,247
yang artinya tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan gangguan makan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Aini 2009 yang
menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan gangguan makan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan yang
baik tentang dampak gangguan makan belum tentu menjadi jaminan seseorang untuk tidak mengalami gangguan makan.
Peneliti berpendapat bahwa remaja yang memiliki pengetahuan baik tentang dampak gangguan makan dapat mengalami gangguan makan
disebabkan oleh keinginan yang besar untuk memiliki bentuk tubuh dan tampilan fisik sesuai dengan yang diinginkannya. Berdasarkan penelitian Aini
2009, orang yang mengalami gangguan makan biasanya seorang yang perfeksionis sehingga pengetahuan juga tidak mempengaruhi gangguan
makan secara signifikan mungkin dikarenakan remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tergolong ke dalam tipe orang yang perfeksionis.
Peneliti melihat bahwa rata-rata tingkat sosial ekonomi orang tua remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta adalah menengah ke
atas dan biasanya memiliki sifat yang perfeksionis Aini, 2009 sehingga peneliti berpendapat bahwa sebagian remaja di Madrasah Aliyah
Pembangunan UIN adalah tipe perfeksionis. Seorang perfeksionis yaitu orang yang sangat tinggi dalam menetapkan standar untuk diri sendiri dan
cenderung ingin membuktikan kompetensi mereka dan biasanya prestasi mereka cukup menonjol. Sehingga pengetahuan mereka tentang dampak
gangguan makan tidak menjadikan mereka untuk tidak melakukan perilaku yang mengarah kepada gangguan makan.
Tidak adanya hubungan antara pengetahuan dengan gangguan makan sejalan dengan teori Notoatmodjo 2003 dalam Aini 2009 yang
mendefinisikan bahwa perilaku manusia adalah refleksi dari berbagai gejala
kejiwaan seperti keinginan, minat, kehendak, pengetahuan, emosi, berfikir, sikap, motivasi, dan reaksi sehingga setiap tindakan manusia baik yang positif
maupun negatif didasarkan oleh salah satu faktor tersebut. Remaja yang mengalami gangguan makan dengan pengetahuan tinggi tertutupi oleh gejala
kejiwaaan yang lain seperti keinginan, kehendak, emosi, sikap, motivasi, dan reaksi. Hal ini didukung oleh pendapat Green 1991 dalam Aini 2009 yang
mengatakan bahwa peningkatan pengetahuan tidak selalu menyebabkan perubahan perilaku.
6.3.3 Rasa Percaya Diri
Rasa percaya diri berkaitan dengan citra tubuh. Rasa percaya diri yang rendah berkontribusi pada terjadinya penyimpangan citra tubuh dan citra
tubuh yang keliru tidak dapat sepenuhnya dikoreksi sebelum masalah percaya diri dibereskan. Rasa percaya diri yang rendah dapat menyebabkan
permasalahan dalam persahabatan, stress, kecemasan, depresi dan dapat berpengaruh terhadap perilaku makan seseorang. Rasa percaya diri yang
rendah juga merupakan salah satu karakteristik dari perempuan yang mengalami gangguan makan.
Berdasarkan hasil univariat pada tabel 5.8 diperoleh informasi bahwa 43,3 remaja memiliki tingkat kepercayaan diri yang rendah dan 56,7
remaja memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi. Hasil tersebut menunjukkan bahwa remaja yang memiliki rasa percaya diri tinggi sedikit
lebih banyak dibandingkan dengan remaja yang memiliki rasa percaya diri