tubuh merupakan prediktor terhadap kejadian binge eating disorders dengan hilang kendali diantara remaja perempuan dan laki-laki pada 5
tahun masa tindak lanjut setelah disesuaikan dengan umur, rasetnis dan status sosial ekonomi. Selanjutnya sebuah studi menjelaskan bahwa
terdapat hubungan antara ejekan seputar berat badan dengan kejadian gangguan makan Aini, 2009.
Dalam studi yang dilakukan oleh Fairburn 1998 dalam Aini 2009 mengenai faktor risiko terjadinya gangguan makan dapat diketahui
bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kritik dari anggota keluarga dan ejekanhinaan tentang bentuk tubuh, berat badan atau
perilaku makan dengan kejadian gangguan makan. Perempuan yang pernah dikritik oleh anggota kelurganya tentang bentuk tubuh, berat badan
atau perilaku makan berisiko 3,7 kali untuk mengalami gangguan makan sedangkan perempuan yang pernah diejekdihina tentang bentuk tubuh,
berat badan atau perilaku makan berisiko 2,4 kali untuk mengalami gangguan makan.
2.4.12 Kekerasan Fisik
Penelitian yang dilakukan Moore et al., 2002 menjelaskan bahwa para perempuan kulit putih dan kulit hitam penderita binge eating
disorders mengalami kekerasan fisik lebih tinggi dibandingkan perempuan yang sehat. Studi yang dilakukan oleh Fairburn et al 1999 menjelaskan
bahwa perempuan yang mengalami kekerasan fisik akan berisiko 4,9 kali lebih besar untuk mengalami anorexia nervosa. Selanjutnya Fairburn et al
1999 menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara kekerasan fisik dengan kejadian gangguan makan. Perempuan yang mengalami kekerasan
fisik yang parah berulang kali memiliki risiko 10 kali lebih tinggi untuk mengalami gangguan makan Fairburn et al,. 1999.
Sebuah studi menemukan bahwa angka kekerasan emosional dan fisik lebih tinggi secara signifikan diantara perempuan yang didiagnosis
sebagai penderita bulimia nervosa dibandingkan dengan perempuan yang tidak memiliki riwayat gangguan makan. Sebagai tambahan mereka juga
menemukan bahwa perempuan yang didiagnosis menderita bulimia nervosa lebih banyak yang melaporkan pengalaman berbagai bentuk
kekerasanpelecehan di masa kecilnya dibandingkan dengan yang tidak mengalami gangguan makan Rorty, et al ., 1994 dalam Aini, 2009.
2.4.13 Pelecehan Seksual
Para ahli psikoanalisis melihat adanya hubungan antara seksualitas dan gangguan makan pada kelompok remaja dan dewasa muda.
Pengalaman klinik menunjukkan tingginya angka pelecehan seksual pada penderita gangguan makan. Mereka yang mengalami pelecehan seksual
kemudian tumbuh menjadi seseorang yang takut terhadap seks dan merasa dirinya “kotor” dan penuh dengan dosa. Hal ini kemudian akan dapat
menjadi pemicu munculnya gangguan makan McCombs, 2001 dalam Syafiq dan Tantiani, 2013.
French 1995 dalam Aini 2009 menyebutkan dalam studinya bahwa perempuan yang pernah mengalami pelecehan seksual berisiko 1,6