Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Fairburn 1999 dalam Aini 2009 menjelaskan bahwa orang dengan evaluasi diri yang negatif
memiliki risiko 4,4 kali lebih besar untuk mengalami gangguan makan dan memiliki risiko 8,2 kali lebih besar untuk mengalami anorexia nervosa.
Selanjutnya sebuah penelitian menyebutkan bahwa keinginan untuk memiliki bentuk tubuh yang kurus berhubungan signifikan dengan onset
gangguan makan The McKnight Investrigators, 2003. Aini 2009 menjelaskan bahwa responden yang merasa gemuk mempunyai peluang
7,8 kali untuk mengalami gangguan makan dibandingkan dengan responden yang tidak merasa gemuk.
2.4.7 Riwayat Diet
Diet merupakan salah satu faktor risiko terjadinya gangguan makan yang paling berisiko. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa sekitar 40
wanita mulai menjalankan program diet ketika memasuki masa remaja Nicholls Viner, 2005 dalam Erdianto, 2009. Dalam studi case control
yang dilakukan oleh Fairburn et al., 1999 dilaporkan bahwa riwayat diet berpengaruh terhadap terjadinya gangguan makan yang dilakukan pada 67
wanita dengan anorexia nervosa dan 102 wanita dengan bulimia nervosa. Hasil menunjukkan bahwa perilaku diet lebih berpengaruh terhadap
kejadian bulimia nervosa dibandingkan anorexia nervosa. Penelitian selanjutnya juga melaporkan bahwa sering berdiet
memiliki pengaruh terhadap terjadinya binge eating disorders pada wanita muda maupun tua Field et al., 2008. Penelitian yang dilakukan oleh
Krowchuk 1998 dalam Aini 2009 menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat diet dengan perilaku muntah
yang disengaja atau penggunaan laksatif untuk menurunkan berat badan. Kemudian sebuah studi menjelaskan bahwa responden yang pernah berdiet
memiliki peluang sebesar 9,143 kali untuk mangalami gangguan makan dibandingkan dengan responden yang tidak pernah berdiet Aini, 2009.
McDuffie dan Kirkley dalam Krummel dan Penny 1996 menjelaskan
bahwa pembatasan
asupan yang
berlebihan akan
menimbulkan kekurangan energi dan kelaparan. Hal tersebut jika dikombinasikan dengan tambahan stress, depresi, kecemasan dan perasaan
tidak sabar karena program diet yang dijalani tidak berjalan secepat yang diharapkan akan memicu kepada frustasi dan kenginaan makan yang
sangat besar serta makan secara berlebihan. Pada orang yang mengalami gangguan makan maka akan merasa bersalah dan merasa cemas akan
kenaikan berat badan setelah makan secara berlebihan. Reaksi dari rasa takut dan cemas tersebut bisa saja berupa berhenti berdiet dan menjadi
obesitas atau berdiet kronis yang diikuti dengan puasa atau perilaku purging.
2.4.8 Pengaruh Keluarga
Pengaruh keluarga dan pendekatan orang tua kepada anak merupakan salah satu penyebab terjadinya gangguan makan. Dimana
orang tua yang selalu menekan anak mereka agar memiliki bentuk tubuh yang sesuai dengan keinginan mereka dapat menjadi faktor risiko