berasal  dari  keluarga  dengan  sosial-ekonomi  menengah  ke  atas  sehingga keluarga memiliki peran yang penting dalam menentukan mekanisme coping.
Merujuk  pada  hasil  penelitian  Kinzl  dan  rekan  1994  dalam  Putra  2008, peneliti  berpendapat  bahwa  pada  umumnya  fungsi  keluarga  remaja  yang
pernah mengalami pelecehan seksual masih berjalan dengan baik. Sehingga si anak  merasa  mendapatkan  perlindungan  dan  kepedulian  serta  bisa
menemukan mekanisme coping yang lebih baik selain dengan melakukan hal- hal  yang  mengarah  pada  gangguan  makan.  Selain  itu  peneliti  berpendapat
karena jumlah remaja yang pernah mengalami pelecehan seksual lebih sedikit sehingga  tidak  ada  hubungan  antara  pelecehan  seksual  dengan  gangguan
makan. Selain  itu,  menurut  peneliti  tidak  adanya  hubungan  antara  pelecehan
seksual dengan gangguan makan disebabkan karena adanya perbedaan faktor budaya  Barat  dengan  budaya  Indonesia.  Bagi  masyarakat  Barat,  pelecehan
seksual  merupakan  hal  yang  biasa  untuk  diperbincangkan  sedangkan  bagi masyarakat  Indonesia,  pelecehan  seksual  mungkin  masih  menjadi  hal  yang
tabu sehingga pada penelitian ini menyebabkan tidak adanya hubungan antara pelecehan seksual dengan gangguan makan.
6.4.6 Pengaruh Media Massa
Media massa diduga berpengaruh terhadap kejadian gangguan makan. Media massa memberikan kesan bahwa tubuh ideal adalah tubuh  yang kurus
dan rata-rata remaja telah terpapar oleh media terutama dari iklan TV maupun
majalah  sehingga  tidak  sedikit  remaja  yang  bergaya  seperti  idola  nya  di media.  Hal  tersebut  diperjlelas  oleh  Krummel  dan  Penny  1996  yang
menyatakan  bahwa  media  massa,  khususnya  iklan  memiliki  kekuatan  yang besar  dalam  mempengaruhi  standar  masyarakat  atas  apa  itu  yang  disebut
cantik dan bagaimana bentuk tubuh yanh ideal. Berdasarkan  hasil  analisis  univariat  pada  tabel  5.16  dapat  diketahui
bahwa  proporsi  remaja  yang  dipengaruhi  media  massa  dengan  remaja  yang tidak dipengaruhi media masaa memiliki persentase yang sama yaitu masing-
masing  50.  Berdasarkan  hasil  uji  Chi-Square  pada  tabel  5.27  didapatkan hasil sebanyak 58,3 remaja yang tidak dipengaruhi media massa mengalami
gangguan  makan  lebih  besar  dibandingkan  dengan  remaja  yang  dipengaruhi media  massa  yaitu  sebanyak  36,7.  Ketika  dilakukan  uji  statistik  diperoleh
nilai P value sebesar 0,028 , artinya pada α = 5  menunjukkan ada hubungan
antara pengaruh media massa dengan gangguan makan. Temuan ini sejalan dengan berbagai penelitian yang menunjukkan ada
hubungan  antara  pengaruh  media  dengan  gangguan  makan.  Adapun  yang dinilai  dalam  variabel  pengaruh  media  dalam  penelitian  ini  yaitu  pengaruh
media  massa  berupa  iklan  tubuh  langsingkurus  dari  jenissumber  media massa  elektronik  maupun  cetak  dan  frekuensi  mengakses  iklan  dari
jenissumber media massa elektronik maupun cetak.  Sebanyak 72,5 remaja menjawab  pernah  membaca  iklan  tubuh  langsing  dari  media  cetak  seperti
koran,  majalah  dan  tabloid.  Sebanyak  79,2  remaja  menjawab  pernah menonton iklan tubuh langsing dari media elektronik seperti TV dan internet.
Berdasarkan  hasil  di  atas  dapat  diketahui  bahwa  rata-rata  remaja memang  pernah  mengakses  iklan  tentang  tubuh  langsing  baik  itu  dari  media
cetak maupun elektronik namun  rata-rata remaja  lupa akan frekuensi  mereka mengakses iklan tersebut.  Namun  berdasarkan hasil jawaban mereka peneliti
berpendapat  bahwa  mereka  sering  mengakses  iklan  tentang  tubuh  langsing dari  media  cetak  maupun  elektronik  baik  itu  yang  disadari  atau  tidak  karena
pada  dasarnya  iklan  memang  memberikan  pengaruh  besar  mengenai  tubuh yang ideal. Menurut peneliti iklan yang ada di media cetak terlebih di media
elektronik  memang  menyuguhkan  bentuk  tubuh  yang  kurus  dan  secara  tidak disadari para remaja terpengaruh untuk memiliki tubuh seperti model di media
tersebut terbukti ada remaja yang menjawab mengakses iklan dari media cetak dan elektronik di atas 20 kali bahkan ada yang menjawab hampir 90 kali.
Sebanyak  58,3  remaja  yang  tidak  dipengaruhi  media  massa mengalami  gangguan  makan  lebih  besar  dibandingkan  dengan  remaja  yang
dipengaruhi media massa yaitu sebanyak 36,7. Menurut peneliti hal tersebut dikarenakan bagi remaja yang dipengaruhi media massa memiliki coping yang
baik  sehingga  tidak  cenderung  melakukan  perilaku  yang  mengarah  pada gangguan makan sedangkan bagi remaja yang tidak dipengaruhi media massa
namun  memiliki  gangguan  makan  disebabkan  ada  pengaruh  lain  yang menyebabkan  mereka  melakukan  hal-hal  yang  mengarah  pada  gangguan
makan.  Mungkin  penyebabnya  berasal  dari  dalam  diri  mereka  sendiri sehingga  media  massa  tidak  cenderung  mempengaruhi  mereka  untuk
melakukan hal-hal yang mengarah pada gangguan makan.