Latar Belakang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gangguan Makan pada Remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2013

Dilain pihak tekanan yang berlebihan terhadap bentuk tubuh langsing terutama pada remaja putri menyebabkan mereka melakukan berbagai upaya untuk menurunkan berat badan. Pengaruh lingkungan seperti kelompok atau teman, iklan di media massa dan tersedianya berbagai macam makanan dengan kandungan gizi yang tidak seimbang dapat memicu terjadinya perubahan kebiasaan makan yang tidak baik Ricket et al dalam Emilia, 2009. Banyak remaja tidak menyadari bahwa kebiasaan makan mereka saat ini akan berdampak pada status kesehatan mereka di kemudian hari Stang et al dalam Emilia, 2009. Perubahan kebiasaan makan yang tidak baik pada remaja dapat menyebabkan gangguan makan. Perilaku makan remaja sering tidak didasari pada aspek gizi dan kesehatan melainkan sekedar untuk bersosialiasi dengan teman sebayanya dan untuk mempertahankan status mereka. Gangguan makan adalah suatu penyakit mental yang dapat menjadikan ancaman serius bagi pola diet seseorang sehari-hari, seperti makan dalam jumlah yang sangat sedikit atau makan secara berlebihan National Institute of Mental Health, 2011. Menurut National Institute of Mental Health 2006, gangguan makan banyak terjadi pada kalangan remaja perempuan dibanding laki-laki . Hal ini dikarenakan remaja perempuan cenderung sangat memperhatikan bentuk tubuh dan persepsi mereka bahwa bentuk tubuh yang baik dan ideal adalah tubuh yang kurus dan langsing, kemudian diperparah dengan pengaruh tuntutan pekerjaan mereka terutama yang berprofesi sebagai model. Gangguan makan seperti bulimia nervosa dapat menurunkan suasana hati mood dan peningkatan kepedulian terhadap citra tubuh sedangkan anorexia nervosa dapat menyebabkan kematian jika tidak ditangani secara tepat. Binge eating disorder dapat menyebabkan terjadiya rupture gastric atau esophagus dan obesitas Ung, 2005 dalam Hapsari, 2009 sedangkan eating disorders not otherwise specified EDNOS dapat menyebabkan obesitas dan memiliki resiko cacat psikologis dan fisik seperti harga diri rendah, memiliki resiko diabetes, penyakit jantung, hipertensi dan stroke. National Collaboration Centre for Mental Health, 2004. Berbagai penelitian mengenai gangguan makan telah banyak dilakukan dan menunjukkan hasil yang tidak bisa dianggap sebagai hal yang biasa. Berdasarkan studi longitudinal yang dilakukan oleh McKnight 2003 di Arizona dan California diperoleh hasil sebanyak 32 remaja putri 29 mengalami gangguan makan eating disorders. Sebuah studi dalam ANRED 2005 menunjukkan bahwa sekitar 1 remaja putri menderita anorexia nervosa, artinya sekitar satu dari setiap seratus remaja putri antara 10 dan 20 melaparkan diri mereka sendiri bahkan kadang-kadang sampai mati. Sekitar 4 remaja putri menderita bulimia nervosa, artinya 4 dari seratus remaja putri memuntahkan makanan mereka dengan sengaja dan sekitar 50 remaja yang menderita anorexia nervosa berkembang menjadi bulimia nervosa. Disamping itu sekitar 10 remaja putra menderita anorexia dan bulimia nervosa. Sebuah penelitian menunjukkan prevalensi anorexia nervosa di Amerika Serikat pada tahun 1996 diperkirakan sebesar 0,7 sampai 1 pada perempuan muda Krummel dan Penny, 1996. Sedangkan sekitar 1 remaja putri di Amerika Utara dan Eropa Barat mengalami anorexia nervosa Berk, 2002. Berk 2002 meyebutkan bahwa bulimia nervosa lebih umum dibandingkan anorexia nervosa dimana sekitar 2-3 remaja putri mengalami bulimia nervosa. Selain itu, sebuah penelitian di Inggris menyebutkan lebih dari 2 1-2 juta orang dewasa menderita binge eating disorder ANRED, 2005. Kemudian sebuah studi yang dilakukan oleh Brown 2005 dalam Hapsari 2009 menyebutkan bahwa binge eating lebih banyak ditemukan pada populasi yang mengalami kelebihan berat badan 30 dibandingkan dengan sampel dari populasi umum 5 wanita dan 3 laki-laki. Sebuah studi nasional skala besar dengan 6.728 remaja, memperlihatkan 13 remaja perempuan dan 7 remaja laki-laki mengalami EDNOS seperti memuntahkan makanan dengan sengaja, minum obat pencahar, muntah yang disengaja atau binge eating Brown, 2005 dalam Putra, 2009 Adapun penelitian yang dilakukan di Indonesia diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Putra 2008 pada siswi SMAN 70 Jaksel menyebutkan lebih dari 80 responden memiliki gangguan makan dan kecenderungan tipe gangguan makan yang paling banyak dialami responden yaitu Eating Disorder Not Otherwise Specified EDNOS sebanyak 48,5. Kemudian dilakukan penelitian oleh Hapsari 2009 pada kalangan model di OQ Modelling School Jakarta Selatan menyebutkan bahwa 58,5 mengalami kecenderungan gangguan makan dengan spesifikasi anorexia nervosa sebanyak 3,1, bulimia nervosa sebanyak 1,5, binge eating sebanyak 1,5 dan EDNOS sebanyak 50,8. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Erdianto 2009 pada mahasiswi jurusan administrasi perkantoran dan sekretaris, FISIP UI menyebutkan sebanyak 35,9 responden mengalami gangguan makan dengan tipe gangguan makan paling banyak dialami responden yaitu Eating Disorder Not Otherwise Specified EDNOS sebanyak 19,4. Menurut Krummel dan Penny 1996 masalah gangguan makan disebut multikausal karena disebabkan oleh banyak faktor diantaranya faktor internal yakni yang berasal dari dalam diri seseorang dan faktor eksternal yang berasal dari luar diri seseorang. Diantara faktor internal yaitu jenis kelamin, pengetahuan, riwayat diet, citra tubuh, dan rasa percaya diri sedangkan diantara faktor eksternal yaitu pengaruh keluarga, pengaruh teman sebaya, bullying oleh teman sebaya, ejekan seputar berat badan, kekerasan fisik, pelecehan seksual, dan pengaruh media Krummel dan Penny, 1996; Fairburn et al.,1999; Moore et al., 2002. Faktor-faktor tersebut dibuktikan oleh beberapa penelitian yang dilakukan oleh beberapa ahli diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Moore et al 2002 pada wanita yang menderita binge eating disorder yaitu secara signifikan mereka mengalami pelecehan seksual, kekerasan fisik, bullying oleh teman sebaya lebih tinggi dibandingkan dengan subyek yang sehat. Selanjutnya studi kohort prospektif yang dilakukan oleh Field et al 2008 dilaporkan bahwa keluarga, teman sebaya dan media massa berpengaruh terhadap gangguan makan pada subyek laki-laki maupun perempuan. Adapun dalam studi case control yang dilakukan oleh Fairburn et al., 1999 dilaporkan bahwa riwayat diet berpengaruh terhadap terjadinya gangguan makan pada wanita. Studi selanjutnya dilaporkan bahwa pada beberapa kasus, perasaan negatif seseorang tentang tubuhnya dapat menimbulkan kelainan mental seperti depresi atau gangguan makan Field et al., 1999. Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa gangguan makan dipengaruhi oleh berbagai faktor dan memiliki dampak yang berbahaya bahkan dapat menyebabkan kematian sehingga perlu mendapatkan perhatian yang lebih dan harus diatasi sedini mungkin yakni dimulai ketika remaja. Selain itu sudah mulai ditemukannya kasus gangguan makan pada remaja di Jakarta sehingga mendorong peneliti untuk melihat dan mengetahui lebih lanjut mengenai gangguan makan pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2013

1.2 Rumusan Masalah

Pola konsumsi makan yang dianjurkan adalah berdasarkan tumpeng gizi seimbang yang memuat prinsip gizi seimbang. Remaja dengan segala perubahan fisiologis dan psikologis membuatnya kurang memperhatikan akan zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuhnya sehingga seringkali terjadi perubahan kebiasaan makan yang tidak memenuhi standar yang telah dianjurkan. Perubahan kebiasaan makan yang tidak baik pada remaja dapat menyebabkan gangguan makan. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu diperoleh informasi bahwa gangguan makan banyak terjadi pada remaja Indonesia. Diantaranya dibuktikan dengan penelitian tahun 2008 pada subyek siswi SMAN 70 Jaksel menyebutkan lebih dari 80 responden memiliki gangguan makan dan kecenderungan tipe gangguan makan yang paling banyak dialami responden yaitu Eating Disorder Not Otherwise Specified EDNOS sebanyak 48,5. Jenis gangguan makan yang umum dan sering terjadi yaitu anorexia nervosa, bulimia nervosa, binge eating disorder dan eating disorders not otherwise specified EDNOS. Banyak faktor penyebab terjadinya gangguan makan tersebut diantaranya faktor individu dan lingkungan. Gangguan makan ini dapat berakibat pada kematian jika tidak ditangani dengan benar. Mengingat faktor-faktor penyebab terjadinya gangguan makan berasal dari individu itu sendiri maupun lingkungan nya apalagi tidak menutup kemungkinan remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta dapat mengalami hal tersebut maka dilakukan studi pendahuluan terhadap siswa-siswi Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta. Berdasarkan hasil studi pendahuluan bahwa sebesar 56,7 siswa-siswi Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta mengalami gangguan makan. Hal tersebut menunjukkan bahwa gangguan makan masih menjadi masalah pada remaja khususnya siswa-siswi Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta sehingga peneliti tertarik untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan makan pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2013.

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimanakah gambaran gangguan makan pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2013 ? 2. Bagaimanakah gambaran faktor internal jenis kelamin, pengetahuan, rasa percaya diri, citra tubuh, dan riwayat diet pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2013 ? 3. Bagaimanakah gambaran faktor eksternal pengaruh keluarga, pengaruh teman sebaya, ejekan seputar berat badan atau bentuk tubuh, kekerasan fisik, pelecehan seksual, dan pengaruh media massa pada remaja di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2013 ?