Analisis Hubungan antara Pengaruh Media Massa dengan Gangguan

93 BAB VI PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Keterbatasan tersebut yaitu pengisian kuesioner dilakukan pada saat jam kosong dan kurang kondusif sehingga ada beberapa siswa yang kurang fokus dan menyebabkan mereka menjawab kuesioner secara tidak benar atau asal menjawab terlihat dari jawaban mereka yang kurang konsisten sehingga dapat mempengaruhi hasil penelitian. Adapun jawaban siswa yang tidak konsisten yaitu pada pertanyaan yang berlanjut seperti pada variabel pengetahuan mengenai dampak gangguan makan, variabel riwayat diet, dan variabel pengaruh media massa. Selain itu, kurang konsistennya jawaban siswa yaitu terlihat dari hasil Food Frequency Questionere FFQ yang tidak konsisten dengan jawaban pada variabel riwayat diet. Namun, keterbatasan tersebut dapat peneliti minimalisir dengan cara mengganti siswa yang memiliki jawaban yang kurang konsisten dengan siswa yang memiliki jawaban yang konsisten sehingga tidak mempengaruhi hasil penelitian.

6.2 Gambaran Gangguan Makan

Gangguan makan merupakan suatu kondisi dimana seseorang dalam keadaaan yang mengarah kepada perilaku makan yang tidak normal yang dapat membahayakan kesehatannya. Gangguan makan adalah suatu penyakit mental yang dapat menjadikan ancaman serius bagi pola diet seseorang sehari-hari, seperti makan dalam jumlah yang sangat sedikit atau makan secara berlebihan National Institute of Mental Health, 2011. Walaupun gangguan makan berhubungan dengan makanan, pola makan dan berat badan tetapi gangguan tersebut bukanlah mengenai makanan melainkan mengenai perasaan dan ekspresi diri Eating Disorders Venture, 2006. Pada penelitian ini, hasil uji univariat menunjukkan bahwa sebanyak 47,5 dari responden mengalami gangguan makan yaitu sebesar 57 orang dari 120 orang responden. Gangguan makan dalam penelitian ini bukan berarti responden adalah penderita gangguan makan melainkan lebih mengarah kepada gejala-gejala yang kemungkinan dapat mendorong mereka untuk mengalami gangguan makan Adapun kategori gangguan makan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Anorexia Nervosa, Bulimia Nervosa, Binge Eating Disorder dan Eating Disorders Not Otherwise Specified EDNOS. Berdasarkan hasil penelitian menujukkan remaja yang memiliki gejala Anorexia Nervosa sebesar 4,2, remaja yang memiliki gejala Bulimia Nervosa sebesar 6,7, remaja yang memiliki gejala Binge Eating Disorder BED sebesar 6,7 dan remaja yang memiliki gejala Eating Disorders Not Otherwise Specified EDNOS sebesar 30,8. Gejala gangguan makan yang banyak dialami oleh responden adalah Eating Disorders Not Otherwise Specified EDNOS sebesar 30,8. Mereka yang mengalami gejala Eating Disorders Not Otherwise Specified EDNOS karena memiliki lebih dari satu gejala gangguan makan, sebagai contoh mereka memiliki gejala anorexia nervosa tetapi memiliki gejala bulimia nervosa juga. Temuan ini sejalan dengan beberapa penelitian seperti penelitian yang dilakukan oleh Button et al 2005 dalam Erdianto 2009 mendapatkan hasil dari catatan klinik Leicestershire Adult Eating Disorders Service bahwa gangguan makan yang paling banyak terdiagnosis adalah EDNOS 42,8. Selanjutnya sebuah penelitian menyebutkan bahwa lebih dari setengah penderita gangguan makan masuk ke dalam kriteria EDNOS Wardlaw dan Hampl, 2007 dalam Erdianto 2009. Berdasarkan tabel 5.3 didapatkan bahwa untuk setiap pertanyaan mengenai persepsi terhadap berat badan dan bentuk tubuh, remaja paling banyak menjawab “kadang-kadang”. Sebanyak 35,8 remaja menjawab pada pertanyaan “apakah anda takut jika berat badan naik atau menjadi gemuk”, sebanyak 48,3 remaja menjawab pada pertanyaan “apakah berat badan anda mempengaruhi tingkat percaya diri” dan sebanyak 55 remaja menjawab pada pertanyaan “apakah bentuk tubuh mempenga ruhi tingkat percaya diri”. Kemudian dari tabel 5.3 pun didapatkan bahwa remaja menjawab “selalu” sebanyak 32,5 pada pertanyaan “apakah anda takut jika berat badan naik atau menjadi gemuk”, sebanyak 20 pada pertanyaan “apakah berat badan anda mempengaruh i tingkat percaya diri” dan sebanyak 20 juga pada pertanyaan “apakah bentuk tubuh mempengaruhi tingkat percaya diri”. Dari hasil tersebut terlihat bahwa 32,5 remaja memenuhi salah satu kriteria untuk dianggap