Krowchuk 1998 dalam Aini 2009 menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat diet dengan perilaku muntah
yang disengaja atau penggunaan laksatif untuk menurunkan berat badan. Kemudian sebuah studi menjelaskan bahwa responden yang pernah berdiet
memiliki peluang sebesar 9,143 kali untuk mangalami gangguan makan dibandingkan dengan responden yang tidak pernah berdiet Aini, 2009.
McDuffie dan Kirkley dalam Krummel dan Penny 1996 menjelaskan
bahwa pembatasan
asupan yang
berlebihan akan
menimbulkan kekurangan energi dan kelaparan. Hal tersebut jika dikombinasikan dengan tambahan stress, depresi, kecemasan dan perasaan
tidak sabar karena program diet yang dijalani tidak berjalan secepat yang diharapkan akan memicu kepada frustasi dan kenginaan makan yang
sangat besar serta makan secara berlebihan. Pada orang yang mengalami gangguan makan maka akan merasa bersalah dan merasa cemas akan
kenaikan berat badan setelah makan secara berlebihan. Reaksi dari rasa takut dan cemas tersebut bisa saja berupa berhenti berdiet dan menjadi
obesitas atau berdiet kronis yang diikuti dengan puasa atau perilaku purging.
2.4.8 Pengaruh Keluarga
Pengaruh keluarga dan pendekatan orang tua kepada anak merupakan salah satu penyebab terjadinya gangguan makan. Dimana
orang tua yang selalu menekan anak mereka agar memiliki bentuk tubuh yang sesuai dengan keinginan mereka dapat menjadi faktor risiko
terjadinya gangguan makan pada anak tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Field et al., 2008 menjelaskan bahwa pengaruh keluarga dalam hal
ini ayah yang memberikan komentar negatif tentang berat badan diprediksi dapat menjadikan remaja laki-laki mengalami binge eating disorders
sedikitnya seminggu sekali. Selain itu pada ibu yang memiliki riwayat gangguan makan merupakan faktor resiko bagi remaja perempuan untuk
mengalami gangguan makan juga. Penelitian yang dilakukan oleh Minuchin 1978 dalam Krummel
dan Penny 1996 menjelaskan terdapat beberapa karakteristik khas pada keluarga penderita anorexia nervosa. Karakteristik tersebut diantaranya
terlalu protektif, kaku, terlalu membatasi, tidak adanya usaha menyelesaikan konflik keluarga dan atmosfir keluarga yang hanya
mengizinkan sedikit
privasi. Pola
ini akan
mengakibatkan ketidakseimbangan hirarki dan adanya halangan pada unit keluarga.
Krummel dan Penny 1996 menjelaskan bahwa seorang anak perempuan dan ibunya dapat menjadi teman dekat dimana ibu menggunakan anak
untuk kepercayaan dirinya, mencegah anak membangun hubungan dengan teman-teman sebayanya.
2.4.9 Pengaruh Teman Sebaya
Masa remaja merupakan masa dimana meraka mencari jati diri. Posisi remaja menjadi kurang jelas karena mereka bukan lagi anak-anak
yang harus diawasi oleh kedua orang tuanya namun mereka juga belum pantas untuk dikatakan dewasa. Dalam masa pencarian jati diri atau