lebih besar dibanding rata-rata untuk menderita gangguan tersebut a.l. Kasset dkk., 1987; Strober dkk., 2000 dalam Davison et al., 2010.
2.4.2 Usia
WHO 2012 menyebutkan batasan usia remaja adalah 10-19 tahun. Dengan mempertimbangkan konteks sosio-historis maka masa
remaja adolescence didefinisikan sebagai periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan
perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosio-emosional Santrock, 2007. Pada masa remaja juga merupakan sebuah fase usia yang rentan
untuk mengalami gangguan makan. Rata- rata penderita anorexia nervosa mulai menahan diri untuk tidak makan sejak usia 17 tahun. Beberapa data
menunjukkan gangguan makan mulai terjadi pada usia 13-18 tahun. Sebagaimana dijelaskan pada penelitian Lee et al., 2005 dalam Erdianto
2009 bahwa kasus anorexia nervosa di Singapura menunjukkan hasil rerata usia onset gejala anorexia nervosa pada usia 15,5 tahun dengan
standar deviasi sebesar 3,85. Gangguan makan sering terjadi pada usia remaja dikarenakan
jumlah stressor yang sangat fantastis yang dihadapi pada usia tersebut terutama pada remaja putri. Pada awal fase remaja terjadi perubahan
bentuk tubuh sehingga bagi orang yang merasa tertekan oleh kebutuhan untuk bertambah dewasa ini kadang menggunakan anorexia untuk
memperthankan tubuhnya agar tetap kecil. Bahkan pertumbuhan tinggi badan menjadi berhenti karena kekurangan nutrisi dan remaja remaja
biasanya tidak menyadarinya jika ditanyakan mengenai persoalan ini Tiemeyer, 2007 dalam Aini, 2009.
McComb 2001 dalam Syafiq dan Tantiani 2013 menjelaskan bahwa kelompok remaja dan dewasa muda merupakan kelompok yang
paking berisiko. Hal ini dikarenakan terjadinya perubahan fisik dan mental pada saat puber juga perubahan diri dan lingkungan pada saat pergantian
masa anak-anak menjadi dewasa. Persepsi diri dan lingkungan tentang tubuh yang kurus dibarengi dengan penambahan berat badan dan lapisan
lemak tubuh karena pertumbuhan normal, akan menambah rasa tertekan dari penderita.
2.4.3 Jenis Kelamin
Seiring semakin sadarnya masyarakat terhadap kesehatan dan kegemukan, pengaturan makan untuk menurunkan berat badan menjadi
suatu hal umum, jumlah orang-orang yang menjalani pengaturan makan meningkat dari 7 pada laki-laki dan 14 pada perempuan. Pada tahun
1990 meningkat menjadi 29 pada laki-laki dan 44 pada perempuan Serdula dkk., 1999 dalam Davison et al., 2010. Berdasarkan hasil
tersebut diperoleh informasi bahwa gangguan makan seperti anorexia nervosa dan bulimia nervosa lebih umum terjadi pada perempuan
dibanding pada laki-laki. Salah satu alasan utama atas prevalensi gangguan makan yang
lebih besar pada perempuan kemungkinan adalah fakta bahwa standar budaya masyarakat Barat menguatkan keinginan untuk menjadi kurus pada