Adanya hubungan antara pengaruh teman sebaya dan gangguan makan menurut  peneliti  dikarenakan  pada  masa  remaja  merupakan  masa  dimana
mereka  sangat  mendambakan  penerimaan  dari  teman  sebayanya.  Hal  ini sesuai  dengan  yang  dijelaskan  oleh  Syafiq  dan  Tantiani  2013  bahwa
penerimaan  oleh  teman  akan  memiliki  peran  yang  penting  bagi  seorang individu  khususnya  pada  waktu  remaja  dan  dewasa  muda  Syafiq  dan
Tantiani,  2013.  Apapun  yang  dikatakan  oleh  teman  maka  akan  diikuti  guna menghindari ketidaknyamanan karena ditolak oleh teman sebaya.
Sebagaimana  yang  telah  dijelaskan  di  atas  bahwa  teman  sebaya memiliki  pengaruh  dalam  menentukan  berat  badan  yang  ideal.  Namun
menurut peneliti berat badan yang ideal dalam pandangan remaja adalah berat badan  yang kurus sehingga remaja memiliki persepsi  yang salah dan mereka
mengarah  kepada  hal-hal  yang  dapat  menyebabkan  gangguan  makan. Sebanyak  25  remaja  percaya  bahwa  dengan  tubuh  yang  lebih  kurus  akan
memudahkan  mereka  mencari  pasangan  dan  teman  McComb,  2001  dalam Syafiq dan Tantiani, 2013.
6.4.3 Ejekan Seputar Berat Badan atau Bentuk Tubuh
Ejekan  seputar  berat  badan  atau  bentuk  tubuh  merupakan  faktor eksternal  yang  di  duga  mempengaruhi  kejadian  gangguan  makan.  Pada
penelitian  ini  diperoleh  hasil  bahwa  remaja  yang  tidak  pernah  mengalami ejekan  seputar  berat  badan  atau  bentuk  tubuh  lebih  tinggi  sebesar  68,3
dibandingkan remaja yang pernah mengalami ejekan seputar berat badan atau
bentuk  tubuh.  Berdasarkan  hasil  tabulasi  silang  pada  tabel  5.24  disebutkan sebanyak  58,5  remaja  yang  tidak  pernah  mengalami  ejekan  seputar  berat
badan  atau  bentuk  tubuh  mengalami  gangguan  makan  sedangkan  sebanyak 23,7 remaja yang pernah mengalami ejekan seputar berat badan atau bentuk
tubuh  mengalami  gangguan  makan.  Dari  hasil  uji  statistik  diperoleh  nilai  P value sebesar 0,001, artinya ada hubungan  antara  ejekan seputar berat badan
atau bentuk tubuh dengan gangguan makan. Temuan  ini  sejalan  dengan  berbagai  penelitian  yang  meneliti  ejekan
seputar  berat  badan  atau  bentuk  tubuh  dengan  gangguan  makan,  seperti penelitian yang dilakukan oleh Aini 2009 yang menyebutkan ada hubungan
antara ejekan seputar berat badan atau bentuk tubuh dengan gangguan makan. Namun ada sedikit perbedaan dimana pada penelitian ini jumlah remaja yang
tidak  pernah  mengalami  ejekan  seputar  berat  badan  atau  bentuk  tubuh  lebih banyak  yang  mengalami  gangguan  makan  dibandingkan  remaja  yang  pernah
mengalami  ejekan  seputar  berat  badan  atau  bentuk  tubuh.  Hal  tersebut menurut  peneliti  disebabkam  remaja  yang  pernah  mengalami  ejekan  seputar
berat  badan  atau  bentuk  tubuh  memiliki  mekanisme  coping  yang  baik sehingga  tidak  cenderung  melakukan  hal-hal  yang  mengarah  pada  gangguan
makan. Selain  itu,  peneliti  berpendapat  bahwa  jumlah  remaja  yang  tidak
pernah  mengalami  ejekan  seputar  berat  badan  atau  bentuk  tubuh  tetapi  lebih banyak  yang  mengalami  gangguan  makan  disebabkan  oleh  remaja  yang
memiliki  IMT  normal  namun  merasa  berat  badannya  belum  ideal.  Mereka
tidak pernah mengalami ejekan seputar berat badan atau bentuk tubuh karena pada hakikatnya IMT mereka normal namun karena mereka memiliki persepsi
yang  salah  dan  merasa  dirinya  gemuk  sehingga  dalam  diri  mereka menginginkan  untuk  memiliki  berat  badan  atau  bentuk  tubuh  yang  ideal  dan
mendorong mereka melakukan hal-hal yang mengarah pada gangguan makan.
6.4.4 Kekerasan Fisik
Faktor  eksternal  lain  yang  diduga  mempengaruhi  kejadian  gangguan makan  yaitu kekerasan fisik. Sebuah penelitian  yang dilakukan Moore  et  al.,
2002  menjelaskan  bahwa  para  perempuan  kulit  putih  dan  kulit  hitam penderita  binge  eating  disorders  mengalami  kekerasan  fisik  lebih  tinggi
dibandingkan  perempuan  yang  sehat.  Seperti  pada  pelecehan  seksual, kekerasan fisik juga akan menciptakan sebuah mekanisme coping pada orang
yang  mengalaminya  untuk  mengatasi  guncangan  tersebut.  Gangguan  makan disebut-sebut sebagai salah satu mekanisme coping  yang popular di kalangan
orang  yang  memiliki  riwayat  kekerasanpelecehan  Thompson,  2004  dalam Aini, 2009.
Hasil analisis univariat pada tabel 5.14 didapatkan bahwa remaja yang tidak  pernah  mengalami  kekerasan  fisik  lebih  tinggi  61,7  dibandingkan
remaja  yang  pernah  mengalami  kekerasan  fisik  38,3.  Sedangkan  hasil analisis  Chi-Square    pada  tabel  5.25  didapatkan  sebanyak  50  remaja  yang
tidak  pernah  mengalami  kekerasan  fisik  memiliki  gangguan  makan  dan sebanyak  43,5  remaja  yang  pernah  mengalami  kekerasan  fisik  memiliki