perempuan dibanding laki-laki Davison et al., 2010. Selain itu, nilai-nilai sosiokultural mendorong objektivikasi tubuh perempuan, sedangkan kaum
laki-laki dihargai berdasarkan berbagai keberhasilan mereka. Risiko gangguan makan pada kelompok perempuan yang sangat peduli terhadap
berat badan, misalnya para model, penari, dan pesenam, sangat tinggi Garner dkk., 1980 dalam Davison et al., 2010. Gangguan makan banyak
diderita oleh perempuan yakni sekitar 90 dialami oleh perempuan dan dilaporkan bahwa perempuan memiliki risiko 3 kali lebih besar untuk
mengalami gangguan makan dibanding laki-laki ANRED, 2005. Penderita gangguan makan lebih banyak pada perempuan dimana 9
dari 10 penderita anorexia nervosa dan bulimia nervosa adalah perempuan. Kemungkinan hal tersebut terjadi karena lebih tingginya
tuntutan masyarakat terhadap perempuan untuk menjadi kurus. Baru pada beberapa tahun belakangan ini pria penderita gangguan makan mulai
mendapat perhatian Bowman, 2000 dalam Syafiq dan Tantiani, 2013. Syafiq 2013 dalam bukunya menjelaskan bahwa tuntutan media terhadap
perempuan adalah untuk memiliki tubuh yang kurus dan menarik. Hal ini akan menambah tekanan pada perempuanuntuk tetap memiliki tubuh
sesuai dengan tuntutan massa. Secara genetik perempuan memang dirancang memiliki persentase lemak yang lebih besar dibandingkan pria.
Karena tuntutan yang mengharuskan perempuan tetap menjadi kurus sementara lemak tubuh mereka yang lebih besar daripada pria maka
perempuan lebih berisiko menderita gangguan makan Syafiq dan Tantiani, 2013.
2.4.4 Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan
tentang kesehatan dan nilai kesehatan pribadi secara tidak langsung berpengaruh terhadap terjadinya gangguan makan Krummel dan Penny,
1996. Pengetahuan tentang kesehatan yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi gaya hidup nya dan secara tidak langsung akan
berpengaruh terhadap perilaku makan seseorang tersebut.
2.4.5 Rasa Percaya Diri
Rasa percaya diri berkaitan dengan citra tubuh. Rasa percaya diri yang rendah berkontribusi pada terjadinya penyimpangan citra tubuh dan
citra tubuh yang keliru tidak dapat sepenuhnya dikoreksi sebelum masalah percaya diri dibereskan. Rasa percaya diri yang rendah dapat
menyebabkan permasalahan dalam persahabatan, stress, kecemasan, depresi dan dapat berpengaruh terhadap perilaku makan seseorang.
Rasa percaya diri yang rendah juga salah satu karakteristik dari perempuan yang mengalami gangguan makan. Penelitian cross-sectional
yang dilakukan oleh Neumark-Sztainer dan Peter 2000 menjelaskan bahwa tingkat percaya diri yang rendah memiliki hubungan yang
signifikan dengan diet dan gangguan makan. Orang dengan rasa percaya diri yang rendah memiliki kemungkinan 3,74 kali lebih besar untuk berdiet
dan 5,95 kali untuk mengalami gangguan makan.
Rasa percaya diri dan perfeksionis akan menyebabkan seseorang melakukan tindakan yang mengarah pada gangguan makan. Gangguan
makan akan meningkatkan rasa kerapuhan pada diri penderita sehingga akan menyebabkan makin turunnya rasa percaya diri dan meningkatnya
keperfeksionisan penderita. Hal tersebut akan terus berulang dan menghasilkan suatu siklus yang terus-menerus terjadi McCombs, 2001
dalam Syafiq dan Tantiani, 2013.
2.4.6 Citra Tubuh
Citra tubuh pada umumnya lebih berhubungan dengan remaja putri dari pada remaja putra. Citra tubuh adalah sebuah istilah yang mengacu
kepada persepsi seseorang mengenai bentuk dan tampilan fisik tubuhnya. Remaja putri cenderung memperhatikan penampilan fisik. Penampilan
fisik yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan remaja, dapat menyebabkan remaja tidak puas terhadap tubuhnya sendiri. Berbagai studi
menemukan bahwa IMT tinggi dan ketidakpuasan dengan bentuk tubuh merupakan faktor risiko terjadinya gangguan makan Fairburn dkk., 1997;
Killen dkk., 1996 dalam Davison et al., 2010. Ketidakpuasan dengan bentuk tubuh meningkat dan merupakan prediktor kuat perkembangan
gangguan makan di kalangan remaja perempuan Garner, 1997 dalam Davison et al., 2010. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Field et al.,
1999 dilaporkan pada beberapa kasus, perasaan negatif seseorang tentang tubuhnya dapat menimbulkan kelainan mental seperti depresi atau
gangguan makan.