Upacara Melepas dan Menyambut Haji

Prosesnya adalah pertama dibacakan do’a oleh alim ulama, kemudian anak kakinya dipijakkan ke tanah, diajari melangkah. Lantas setelah itu uang logam dan gula-gula diperebutkan kepada anak-anak lain yang hadir. Mengekspresikan kegembiraan dan rasa syukur kepada Allah. Pada saat menabalkan anak ini selalu pula dipergunakan tari dan musik Gayo serta marhaban dan barzanji.

3.3.3.4 Upacara Melepas dan Menyambut Haji

Dalam kebudayaan Gayo di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, setiap orang yang hendak menunaikan haji selalu ditepung-tawari atau peusijuk. Di rumah calon haji tersebut dilakukan upacara melepas keberangkatan hajinya. Calon haji ini biasanya mengundang teman-teman dan sanak saudara serta tetangga dekat untuk upacara tersebut. Para undangan yang hadir ini biasanya menggunakan busana tradisi Gayo lengkap dengan songket. Namun calon haji umumnya tidak menggunakan pakaian busana Gayo, merreka memakai pakaian haji yang serba putih. Adapun acara utamanya selain peusijuk adalah berupa doa selamat selama melakukan ibadah haji yang dipimpin oleh seorang ulama. Selain itu persembahan barzanji dan marhaban tak lupa dilakukan oleh para seniman Islam. Kemudian di hujung acara para hadirin dipersilahkan untuk menepung tawari calon haji tersebut, satu per-satu hingga selesai. Biasanya selepas itu para hadirin dipersilahkan untuk memakan makanan yang telah disediakan oleh tuan rumah, termasuk membawa pulang pulut kuning yang diberi inti kelapa dan telur rebus. Setelah calon haji pulang dari Tanah Suci, upacara yang sama juga dilakukan kepada haji tersebut, sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT, karena telah melimpahkan karunia dan rahmat-Nya sehingga ia selamat selama menunaikan ibadah Universitas Sumatera Utara haji di Tanah Suci Makkah Al-Mukarramah. Ibadah haji ini dilakukan pada bulan Zulhijjah. Di Nanggroe Aceh Darussalam dalam konteks ibadah haji ini, biasanya sebelum melaksanakannya dilakukan manasik haji, yaitu aktivitas latihan ibadah haji. Manasik haji ini dilakukan oleh pengurus ibadah haji, yang biasanya dipusatkan di tempat asrama haji di Kota Medan awalnya kini di Kutatraja atau banda Aceh. Para calon jemaah haji ini sebelum berangkat mengikuti kelompok terbang kloter biasanya diinapkan di Asrama Haji, dengan berbagai-bagai fasilitas penginapan seperti kamar, makan, minum dan lainnya. Tidak jarang pula setiap kelompok terbang melakukan upacara tepung tawar atau peusijuk, agar para jamaah haji dalam kelompok itu diselamatkan Allah dan dikaruniai haji yang mabrur sebagaimana yang dicita-citakan oleh mereka bersama. Kemudian pada masanya mereka terbang dengan pesawat terbang yang telah disediakan oleh pemerintah Indonesia, dan sesampainya di Tanah Suci mereka melakukan ibadah haji. Kesenian yang dipergunakan saat menghantar calon dan menyambut haji adalah marhaban dan barzanji kadang juga tari saman. Kesenian ini secara tekstual memakai kata-kata dalam Kitab Al-Barzanji.

3.3.2.5 Upacara Membuka dan Menutup Musabaqah Tilawatil Qur’An