penemuan seperti dengan kata-kata atau signal trafik. Ketiga aspek tanda ini penulis pergunakan untuk mengkaji syair saman.
Untuk membantu kajian makna dalam penelitian ini juga penulis mengkaji fungsi tari saman, dengan menggunakan teori fungsionalisme. Teori fungsionalisme
adalah salah satu teori yang dipergunakan pada ilmu sosial, yang menekankan pada saling ketergantungan antara institusi-institusi dan kebiasaan-kebiasaan pada
masyarakat tertentu. Analisis fungsi menjelaskan bagaimana susunan sosial didukung oleh fungsi. Institusi-institusi seperti negara, agama, keluarga, aliran dan pasar
terwujud. Sebagai contoh, pada masyarakat yang kompleks seperti Amerika Serikat, agama dan keluarga mendukung nilai-nilai yang di ungsikan untuk mendukung aktiviti
politik demokrasi dan ekonomi pasar. Dalam masyarakat yang lebih sederhana, masyarakat tribal, partisipasi dalam upacara keagamaan berfungsi untuk mendukung
solidaritas sosial di antara kelompok-kelompok manusia yang berhubungan kekerabatannya.
Untuk lebih memperinci teori semiotik ini maka penulis mendeskripsikan empat teori semiotic yang digunakan untuk mengkaji makna tari dan teks saman. Keempat
teori semiotik itu adalah: 1 semiotik Peirce, 2 semiotik Saussure, 3 semiotik Barthes, dan 4 semiotik Halliday. Penjabarannya adalah sebagai berikut.
1.4.1.1 Semiotik Charles Sanders Peirce
Peirce mengemukakan teori segi tiga makna atau triangle meaning yang terdiri dari tiga elemen utama, yakni tanda sign, object, dan interpretant. Tanda adalah
sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca indera manusia dan
Universitas Sumatera Utara
merupakan sesuatu yang merujuk merepresentasikan hal lain di luar tanda itu sendiri. Tanda menurut Peirce terdiri dari simbol tanda yang muncul dari kesepakatan, ikon
tanda yang muncul dari perwakilan fisik, dan indeks tanda yang muncul dari hubungan sebab-akibat. Sedangkan acuan tanda ini disebut objek. Objek atau acuan
tanda adalah konteks sosial yang menjadi referensi dari tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda Santosa, 1993:10 dan Pudentia, 2008:323
Tabel 1.1: Segitiga Makna
Objek
Representamen Interpretan
Menurut Peirce Santosa,1993:10 pemahaman akan struktur semiosis menjadi dasar yang tidak dapat ditiadakan bagi penafsir dalam upaya mengembangkan
Universitas Sumatera Utara
pragmatisme. Seorang penafsir adalah yang berkedudukan sebagai peneliti, pengamat, dan pengkaji objek yang dipahaminya. Dalam mengkaji objek yang dipahaminya,
seorang penafsir yang jeli dan cermat, segala sesuatunya akan dilihat dari tiga jalur logika, yaitu hubungan penalaran dengan jenis penandanya, hubungan kenyataan
dengan jenis dasarnya, dan hubungan pikiran dengan jenis petandanya seperti yang tertera dalam bagan 1.2 dan bagan 1.3 berikut.
Tabel 1.2: Pembagian Tanda
Ground representamen: tanda itu sendiri sebagai
perwujudan gejala umum.
Objek referent: yaitu apa yang diacu.
Interpretant: tanda-tanda baru yang terjadi dalam batin
penerima.
Qualisign: terbentuk oleh suatu kualitas yang
merupakan suatu tanda, misalnya: “keras” suara
sebagai tanda, warna hijau.
Ikon: tanda yang penanda dan petandanya
ada kemiripan. Misalnya: foto, peta.
Rheme: tanda suatu kemungkinan atau konsep,
yaitu yang memungkinkan menafsirkan berdasarkan
pilihan, misalnya: “mata merah” bisa baru menangis,
tapi bisa juga yang lain.
Sinsigntokens: terbentuk melalui realitas fisik.
Misalnya : rambu lalu lintas.
Index: hubungan tanda dan objek karena sebab
akibat. Misalnya: asap dan api.
Dicent sign: tanda sebagai fakta pernyataan deskriptif
eksistensi aktual suatu objek, mis : tanda larangan parkir
adalah kenyataan tidak boleh parkir.
Legisign: Hukum atau kaidah yang berupa
tanda. Setiap tanda konvensional adalah
legisign, misalnya: suara wasit dalam
pelanggaran. Symbol: hubungan tanda
dan objek karena kesepakatan suatu tanda
yang penanda atau petandanya arbitrer
konvensional. Misalnya: bendera, kata-kata.
Argument: tanda suatu aturan, yang langsung memberikan
alasan, mis : gelang akar bahar dengan alasan kesehatan.
Sumber: Erni Yunita 2011.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.3: Hubungan Tanda
Sumber: Erni Yunita 2011 Interpretant atau pengguna tanda adalah konsep pemikiran dari orang yang
menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Hal yang terpenting
dalam proses semiosis adalah bagaimana makna muncul dari sebuah tanda, ketika tanda itu digunakan orang saat berkomunikasi. Model tanda yang dikemukakan Peirce adalah
trikotomis atau triadik, dan tidak memiliki ciri-ciri struktural sama sekali. Prinsip dasarnya adalah bahwa tanda bersifat representatif yaitu tanda adalah sesuatu yang
mewakili sesuatu yang lain. Proses pemaknaan tanda pada Peirce mengikuti hubungan antara tiga titik yaitu Representamen R, Object O, dan Interpretant I. R adalah
bagian tanda yang dapat dipersepsi secara fisik atau mental, yang merujuk pada sesuatu
Universitas Sumatera Utara
yang diwakili oleh O, kemudian I adalah bagian dari proses yang menafsikan hubungan antara R dan O.
Contoh apabila di tepi pantai seseorang melihat bendera merah R, maka dalam kognisinya ia merujuk pada “larangan untuk berenang” O, selanjutnya ia menafsirkan
bahwa “adalah berbahaya untuk berenang di situ” I. Tanda seperti itu disebut lambang yakni hubungan antara R dan O bersifat konvensional.
1.4.1.2 Semiotik Ferdinand de Saussure