Senjata Tradisional Suku Gayo

membawa hidangan makanan untuk dimakan pada acara tersebut, dan bagi mereka yang kurang mampu akan melakukan kerjasama dengan rumah-rumah lain untuk sama- sama membuat sebuah hidangan untuk disajikan pada acara itu juga. Pelaksanaan upacara selalu dipimpin oleh Imam mersah masing-masing. Setelah upacara selesai, maka akan disertai dengan zikir sampai selesai, dan pada akhir acara tersebut, tibalah saatnya untuk makan bersama-sama. Sekarang proses upacara yang besar seperti ini sudah sangat jarang sekali dilakukan pada masyarakat suku Gayo. Saat ini, mereka hanya melakukan upacara Maulid Nabi SAW dengan acara sederhana tanpa ada acara hiburan rakyat lagi, mereka memperingati acara tersebut dengan sangat sederhana, Begitu juga dengan upacara-upacara lainnya. Rusdi dkk., 1998:91-92.

2.15 Senjata Tradisional Suku Gayo

Senjata adalah alat yang dibuat oleh manusia untuk keperluannya dalam menghadapai lingkungan dimana manusia itu berada. Biasanya senjata-senjata itu dipergunakan dalam rangka membela diri, untuk kepentingan berperang, untuk kepentingan menyerang lawan dan dalam hubungan berburu hewan di hutan. Adapun yang di ketengahkan di sini adalah khususnya senjata-senjata yang menyangkut penggunaannya dalam hubungan antara manusia dengan manusia. Mengenai macam-macam senjata tradisional yang banyak dipergunakan pada masyarakat etnik Gayo di antaranya adalah : 1. Mermu adalah sejenis senjata yang mirip dengan parang. Senjata ini juga merupakan alat penyerang musuh. 2. Laju yaitu sejenis senjata yang menyerupai pedang. Universitas Sumatera Utara 3. Cerike yaitu senjata yang menyerupai pisau. 4. Lorah yaitu pisau yang berfungsi selain untuk keperluan rumah tangga, juga dapat digambarkan sebagai senjata dalam melawan musuh. 5. Pedang Temor adalah sejenis pedang yang dibuat dari kayu nibong, Senjata ini dipakai untuk melumpuhkan musuh yang tidak mempan terhadap besi orang kebal. 6. Tikon Lapan Sagi adalah senjata tradisional yang berasal dari kayu yang dibuat sedemikian rupa, sehingga bersegi delapan. Pada umumnya terbuat dari kayu setur, kayu selon dan kayu temornibong. Senjata ini dimiliki oleh perorangan maupun kelompok. 7. Tikon Ruih Tuini adalah senjata yang terbuat dari kayu yang berduri dan yang awet. Pada umumnya dibuat dari kayu yang banyak durinya. 8. Pating Berpucuk adalah senjata yang terbuat dari tusuk konde atau digunakan selain sebagai senjata juga sebagai tusuk konde. Jika seorang wanita diserang lawanmusuhnya, maka untuk melawan lawan musuhnya tersebut, wanita tersebut akan menggunakan tusuk sanggulnya. Pada umumnya tusuk sanggul atau Pating Berpucuk ini dibuat dari tembaga. 9. Leming Kapak adalah sejenis lembing yang pada masyarakat Gayo disebut dengan Kunyur atau lembing yang gagangnya dari Mano rotan besar. Panjang keseluruhannya sekitar 2 meter. Ada juga gagang yang terbuat kayu yang diraut sedemikian rupa. Matanya terbuat dari besi yang cukup tajam dengan ujung yang sangat lancip. Panjang mata itu sekitar 30 cm atau 35 cm. Jenis senjata ini pada umumnya digunakan untuk menombak atau mengejar babi dan gajah. Universitas Sumatera Utara 10. Ali-ali adalah sejenis senjata yang terbuat dari tali kriting yang berasal dari kulit kayu sejenis rami dan juga kulit kambing. Senjata ini dipegang pada tangan dengan menggunakan anak pelempar dari batu sebesar genggaman dan kemudian dilemparkan pada musuh. Rusli Sufi, 1987:36-39. Semua uraian tentang kebudayaan suku Gayo di nanggroe Aceh Darussalam seperti di atas, adalah menjadi dasar utama bagi keberadaan dan perkembangan kesenian saman di kawasan ini. Saman sangat khas memiliki identitas budaya Gayo, Aceh, Dunia Melayu, dan Dunia Islam. Kesemua unsur ini diadun dalam kesenian saman yang mengandung nilai-nilai budaya dan filsafat tersendiri. Universitas Sumatera Utara

BAB III SEJARAH