1. 1. 1. HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN
Tabel 5.15 Hasil Observasi Aktivitas Siswa di Kelas pada Siklus II
No. Deskripsi
Ya Tidak
1. Siswa siap mengikuti proses pembelajaran
√ 2.
Siswa memperhatikan penjelasan guru √
3. Siswa menanggapi pembahasan pelajaran
√ 4.
Siswa mencatat hal-hal penting √
5. Siswa mengerjakan tugas dengan baik
√ 6.
Siswa aktif berpendapat √
7. Siswa menanyakan materi yang belum
dipahami √
8. Siswa bersama-sama dengan guru membuat
rangkuman √
Berdasarkan tabel 5.15 di atas dapat disimpulkan bahwa siswa dapat mengikuti proses kegiatan pembelajaran dengan
baik. Siswa memperhatikan penjelasan guru serta mencatat hal- hal yang penting. Siswa terlihat antusias selama proses
pembelajaran berlangsung. Diskusi kelompok juga dapat berjalan dengan lancar. Pembelajaran yang berpusat pada siswa
ini membuat para siswa lebih aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. Seluruh perhatian siswa terarah pada setiap
langkah-langkah pembelajaran. Pada penelitian siklus kedua ini kondisi kelas lebih kondusif dibandingkan dengan penelitian
siklus pertama. b Aktivitas siswa di dalam kelompok
Aktivitas siswa di dalam kelompok pada saat pembelajaran pada siklus pertama dapat dilihat dari tabel berikut. lampiran
11 hal 273
Tabel 5. 16 Hasil Observasi Kegiatan Belajar Siswa dalam Kelompok
pada Siklus II No
Deskripsi Ya
Tidak
1. Seluruh perhatian siswa diarahkan pada
materi diskusi dalam kelompok √
2. Siswa saling bertukar pikiran dan pendapat
√ 3.
Siswa berbagi tugas dalam pengerjaan tugas √
4. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan ada
kaitannya dengan pembelajaran √
5. Siswa saling menghargai pendapat dan
saran dari siswa lain √
Berdasarkan tabel 5.16 di atas dapat disimpulkan bahwa seluruh perhatian siswa diarahkan pada materi pelajaran. Siswa
terlibat aktif dalam kelompok dengan saling bertukar pikiran untuk menjawab soal-soal diskusi serta soal tournament.
Seluruh siswa aktif berpendapat di dalam kelompoknya. Hal ini diduga karena siswa termotivasi untuk mengerjakan soal-soal
tersebut dengan benar dan termotivasi untuk mendapatkan skor yang terbaik.
Apabila dibandingkan dengan siklus pertama, pada siklus kedua ini siswa cenderung lebih fokus terhadap materi
pelajaran yang dibahas. Suasana kelas juga menjadi lebih kondusif. Mereka saling berpendapat, bertukar pikiran serta
bekerja sama dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan. Selain melakukan observasi secara tertulis, peneliti juga
melakukan wawancara terhadap 6 siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda untuk mengetahui kesan-kesan
selama mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Dari hasil
wawancara tersebut siswa berpendapat bahwa pembelajaran menjadi menarik dan tidak membosankan, siswa dapat melatih
kerjasama, berinteraksi dengan siswa yang lain serta dapat berperan aktif selama pembelajaran berlangsung.
3 Observasi kelas Observasi kelas ini dilakukan bersamaan dengan penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada siklus kedua. Berikut ini adalah uraian mengenai observasi kelas pada penelitian
siklus kedua. lampiran 11 hal 274
Tabel 5.17 Hasil Observasi Aktivitas Kelas Siklus II
No Deskripsi
Ya Tidak
1. Kelas terdiri dari dari banyak siswa yang
memiliki kemampuan belajar yang berbeda-beda √
2. Terdapat aturan-aturan yang harus ditaati di
kelas √
3. Buku-buku dan fasilitas pembelajaran mudah
ditemukan di kelas √
4. Siswa
mengalami kesulitan
dalam menyelesaikan tugas yang diberikan
√ 5.
Para siswa berperan aktif dalam pebelajaran √
6. Para
siswa antusias
mengikuti proses
pembelajaran √
7. Banyak siswa yang bertanya kepada guru jika
menghadapi kesulitan dalam pembelajaran √
8. Siswa memiliki rasa ingin tahu yang tinggi
√ 9.
Sebagian besar siswa memiliki sumber referensi yang digunakan
√ 10.
Kelas terorganisir dengan baik √
11. Keadaan kelas kondusif
√
Berdasarkan tabel 5.17 di atas dapat disimpulkan bahwa saat penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada
siklus kedua ini kondisi kelas lebih kondusif dibandingkan dengan kondisi kelas pada siklus yang pertama. Siswa lebih siap mengikuti
pelajaran dengan mempersiapkan buku-buku yang akan digunakan untuk pembelajaran. Siswa juga dapat menjawab soal-soal yang
diberikan dengan baik. Apabila siswa kurang paham dengan penjelasan guru maka siswa tidak segan untuk bertanya. Selama
proses pembelajaran, siswa terlihat antusias dalam mengikuti games
dan tournament. Kelas juga teroganisir dengan baik sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar.
d. Refleksi Pada tahap ini dilakukan analisis, evaluasi, pemaknaan dan
penyimpulan hasil
observasi dengan
menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT. Refleksi ini dilakukan oleh guru mitra dan seluruh siswa kelas XI IPS 2. Berikut ini adalah hasil
refleksi guru dan siswa pada penelitian siklus kedua: 1 Hasil refleksi guru mitra terhadap komponen dan perangkat
pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada penelitian siklus kedua adalah sebagai berikut. lampiran 15 hal
290
Tabel 5.18 Instrumen Refleksi
Refleksi Guru Mitra Terhadap Komponen Model Pembelajaran Kooperatif tipe TGT pada Siklus II
No Deskripsi
Uraian
1 Penilaian
guru terhadap
komponen pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran tipe TGT
Baik, siswa lebih mudah memahami
materi jurnal
penyesuaian karena games permainan dibuat berbeda.
2 Penilaian
guru terhadap
motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran dengan
menggunakan model
pembelajaran tipe TGT Siswa semakin termotivasi
dalam belajar
akuntansi materi jurnal penyesuaian.
3 Penilaian guru terhadap sikap
aspek afektif
keterampilan sosial
siswa dalam
pembelajaran dengan
menggunakan model
pembelajaran tipe TGT Siswa semakin baik dalam
kerjasama dengan teman lain terutama
sekelompok dalam
penyelesaian soal
jurnal penyesuaian 4.
Hambatan yang
dihadapi apabila nanti guru hendak
melaksanakan pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran tipe TGT
Untuk waktu,
banyak memakan waktu. Dalam 2 x
45 menit sangat mepet.
5. Hal-hal
yang mendukung
apabila guru
nanti akan
menggunakan model
pembelajaran dengan model pembelajaran tipe TGT
Terdapat media LCD, siswa yang aktif dalam mendukung
proses pembelajaran.
6. Manfaat yang diperoleh dengan
merencanakan rencana
pembelajaran dan
membuat perangkat pembelajaran dengan
menggunakan model
pembelajaran tipe TGT Memperkaya latihan soal,
anak lebih termotivasi dalam belajar, lebih mudah lagi
dalam memahamkan materi jurnal penyesuaian.
7. Hal-hal apa saja yang harus
diperbaiki dalam pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran tipe TGT Terlalu banyak pergantian
permainan, kurang efektif untuk waktu yang sedikit.
Tabel 5.18 menunjukkan hasil refleksi guru mitra terhadap komponen model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Secara umum
penilaian guru terhadap komponen pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah baik dan dapat memudahkan siswa dalam memahami
materi jurnal penyesuaian. Guru juga berpendapat bahwa model ini dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan meningkatkan
interaksi sosial para siswa. Akan tetapi yang menjadi kendala guru dalam menerapkan model pembelajaran ini adalah alokasi waktu
untuk pembelajaran akuntansi itu sendiri. Guru berpendapat bahwa terlalu banyak pergantian permainan yang membuat guru harus
membuat perencanaan yang matang agar waktu yang terbatas tersebut dapat digunakan secara efektif.
2 Hasil refleksi siswa terhadap komponen pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada penelitian siklus
kedua adalah sebagai berikut. lampiran 16 hal 293
Tabel 5.19 Instrumen Refleksi Siswa Terhadap Komponen Pembelajaran
dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT pada Siklus II No
Aspek yang diamati Komentar
1 Bagaimana perasaan Anda
selama pembelajaran dengan menggunakan
model kooperatif tipe TGT topik
pembahasan, media
pembelajaran, situasi kelas, penampilan guru, dll?
Senang karena lebih seru dan memudahkan
memahami materi.
Dari 23 siswa, 8 siswa atau 35 siswa menjawab sangat senang
dan 15 siswa atau 65 siswa menjawab senang
2 Apakah
Anda berminat
mengikuti pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
TGT? Berminat.
23 siswa atau 100 siswa menjawab berminat.
3 Apakah dengan menggunakan
model pembelajaran
kooperatif tipe TGT diskusi kelompok yang Anda lakukan
berjalan dengan lancar? Ya berjalan lancar
23 siswa atau 100 siswa menjawab
diskusi berjalan
dengan lancar. 4
Hambatan apa yang Anda temui
saat proses
pembelajaran berlangsung
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
TGT? Waktu yang terlalu singkat,
siswa belum terlalu paham dengan materi, dan perbedaan
pendapat dengan anggota kelompok
Dari 23 siswa, 6 siswa atau 26 siswa menjawab hambatannya
adalah waktu yang terlalu
singkat, 5 siswa atau 22 siswa menjawab kurang memahami
materi, 3 siswa atau 13 siswa menjawab perbedaan pendapat
dan 9 siswa atau 39 siswa menjawab tidak ada hambatan.
5 Menurut Anda hal-hal apa
saja yang
masih perlu
diperbaiki dan ditingkatkan dalam
pembelajaran kooperatif tipe TGT?
Sudah cukup
baik, waktu
pengerjaan soal diperpanjang, soal diperbanyak dan penjelasan
materi
Dari 23 siswa, 15 siswa atau 65 siswa menjawab sudah
cukup baik, 3 siswa atau 13 siswa menjawab waktu yang
sangat singkat, 5 siswa atau 22 siswa menjawab materinya
diperbanyak.
6 Manfaat apa yang Anda
peroleh saat
proses pembelajaran
dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe
TGT? Mempermudah
memahami materi, terlibat aktif dalam
kegiatan pembelajaran dengan berdiskusi
dengan anggota
kelompok, meningkatkan
motivasi belajar
Tabel 5.19 menunjukkan hasil refleksi siswa terhadap komponen
pembelajaran dengan
menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT. Secara keseluruhan siswa senang mengikuti kegiatan pembelajaran. Siswa terlihat antusias
dan aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Setiap langkah pembelajaran dapat diikuti dengan baik. Dengan model
pembelajaran ini siswa merasa lebih mudah dalam memahami materi jurnal penyesuaian. Selain itu banyak manfaat yang
diperoleh dari kegiatan pembelajaran ini yaitu memudahkan siswa dalam memahami materi, siswa tidak merasa bosan dalam
mengikuti pelajaran, serta dapat meningkatkan interaksi sosial siswa karena pembelajaran dilakukan dengan berkelompok.
Secara umum, penelitian pada siklus kedua ini sudah baik. Guru mampu melaksanakan tiap-tiap langkah pembelajaran yang
telah direncanakan. Guru juga mampu mengarahkan perhatian para siswa agar fokus terhadap materi pelajaran yang dibicarakan di
kelas. Seluruh siswa dapat bekerja sama dengan baik dengan sesama anggota kelompok sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai.
B. Analisis Komparasi Motivasi dan Keterampilan Sosial Siswa dalam Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
Analisis komparasi
ini digunakan
untuk melihat
perkembanganpeningkatan motivasi dan keterampilan sosial siswa dengan membandingkan hasil kuesioner dari pra penelitian, siklus pertama dan siklus
kedua. Berikut ini akan disajikan pembahasan hasil motivasi dan keterampilan sosial siswa yang dicapai selama penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe TGT. 1. Siklus I
Berdasarkan kegiatan pra penelitian dan siklus I yang dilakukan pada siswa kelas XI IPS 2, berikut ini disajikan hasil kuesioner motivasi belajar
dan keterampilan sosial siswa pada saat pra penelitian dan siklus I. a. Motivasi Belajar
Pada penelitian ini peneliti menargetkan skor motivasi dan keterampilan sosial siswa sebesar 80. Skor maksimal kuesioner
motivasi belajar adalah 119 sehingga target penelitian adalah sebesar 95. Berikut ini adalah data hasil kuesioner motivasi belajar siswa
sebelum dan sesudah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada siklus I.
Tabel 5.20 Perbandingan Motivasi Belajar Siswa Siklus I
No Nama Siswa
Motivasi awal
Target Motivasi
Siklus I Selisih
Keterangan
1. Aditya Wiharnanto
71 95
75 5,6
Belum tercapai
2. Anas Banu Aji
76 95
96 26,3
Tercapai 3.
Deskha Widihaksari 74
95 82
10,8 Belum tercapai
4. Fanin Ari Priyono
72 95
Dikeluarkan dari olah data
5. Febby Sekarini
82 95
81 -1,2
Belum tercapai 6.
Ferry Ardiansyah 74
95 77
4 Belum tercapai
7. Friska Atika Saputri
95 95
84 -11,6
Belum tercapai 8.
Galih Kartika Ade Saputra 95
78 Dikeluarkan
dari olah data 9.
Gustomi Alriandri 93
95 104
11,8 Tercapai
10. Iffah Nur Ardhiyani
73 95
81 10,9
Belum tercapai 11.
Jimmi Dwi Cahya 87
95 90
3,4 Belum tercapai
12. Karlina Nur Hastuti
85 95
97 14,1
Tercapai 13.
Muhammad Adnan Risnanda
95 87
Dikeluarkan dari olah data
14. Mutiarani Endah
Wulansari 93
95 Dikeluarkan
dari olah data 15.
Nadia Agatha Pramesthi 85
95 100
17,6 Tercapai
16. Nandhiwardhana Dharmika
94 95
99 5,3
Tercapai 17.
Nuke Andranu Ramadhani 83
95 97
16,9 Tercapai
18. Putri Kartika Sari
80 95
92 15
Belum tercapai 19.
Retno Utami 55
95 78
41,8 Belum tercapai
20. Risa Hernanda Putri
90 95
101 12,2
Tercapai 21.
Rizka Candra Dewi 99
95 102
3 Tercapai
22. Rizky Noor Yuanita
64 95
85 32,8
Belum tercapai 23.
Rosalia Dyah Nugraheni K D
87 95
88 1,1
Belum tercapai
24. Tika Dwi Nur Atin
78 95
90 13,3
Belum tercapai 25.
Ulfa Marcellina 89
95 93
4,5 Belum tercapai
26. Yohanes Wahyu Kendy P
72 95
89 23,6
Belum tercapai
27. Yonatan Wisnu Kendy P
48 95
80 66,7
Belum tercapai
JUMLAH 1834
2061
RATA-RATA 79,74
89,61
1 Pra Penelitian Berdasarkan kuesioner motivasi tersebut, diketahui bahwa
skor tertinggi untuk kuesioner motivasi adalah 119. Pada pra penelitian, peneliti menargetkan skor kuesioner motivasi pada saat
pra penelitian adalah 65 sehingga target dari pra penelitian adalah siswa memiliki skor 77. Dari tabel 5. 20 di atas dapat dilihat
bahwa skor tertinggi yang diperoleh siswa adalah 99 sedangkan skor terendahnya adalah 48. Dari 23 siswa, ada beberapa siswa
yang belum mencapai target pra penelitian yaitu sebanyak 9 siswa. Sedangkan dari hasil rata-rata kuesioner motivasi saat pra
penelitian telah mencapai target penelitian sebesar 77 yaitu sebesar 79,74 . Berdasarkan data pada tabel 5.20 di atas disajikan tabel
distribusi frekuensi variabel motivasi belajar pra penelitian berdasarkan pendekatan PAP tipe I sebagai berikut.
Tabel 5. 21 Analisis Motivasi Belajar Pra Penelitian
Berdasarkan PAP Tipe I Interval
Kategori PAP Jumlah
Presentase
107-119 Sangat Tinggi
- -
95-106 Tinggi
2 9
77-94 Cukup
12 52
65-76 Rendah
6 26
Dibawah 65 Sangat Rendah
3 13
Dari data di atas tampak bahwa siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi adalah 2 siswa 9, siswa yang memiliki motivasi
belajar cukup adalah 12 siswa 52, siswa yang memiliki motivasi belajar rendah adalah 6 siswa 26 dan siswa yang
memiliki motivasi belajar yang sangat rendah adalah 3 siswa 13.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada pra penelitian ini, sebagian besar siswa atau 52 siswa memiliki
motivasi belajar yang cukup.
2 Sesudah TGT Siklus I Pada penelitian siklus I ini, peneliti menargetkan skor
kuesioner motivasi siswa sebesar 80 atau sebesar 95. Skor tertinggi yang diperoleh siswa pada penelitian siklus I ini adalah
sebesar 104 sedangkan skor terendahnya adalah sebesar 75. Pada penelitian siklus I ini 8 siswa telah mencapai target, 15 siswa
belum mencapai target, dan 4 siswa lainnya tidak dapat dibandingkan karena tidak hadir dalam pra maupun penelitian
siklus I. Sedangkan berdasarkan rata-rata hasil kuesioner motivasi pada penelitian siklus 1 belum mencapai target yang diharapkan
sebesar 95 yaitu sebesar 89,61. Berikut ini disajikan tabel distribusi frekuensi variabel motivasi belajar siswa pada saat penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada siklus pertama.
Tabel 5.22 Analisis Motivasi Belajar Siklus I
Berdasarkan PAP Tipe I Interval
Kategori PAP Jumlah
Presentase
107-119 Sangat Tinggi
- -
95-106 Tinggi
8 35
77-94 Cukup
14 61
65-76 Rendah
1 4
Dibawah 65 Sangat Rendah
- -
Berdasarkan tabel 5.22 di atas dapat dilihat bahwa siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi adalah 8 siswa 35, siswa yang
memiliki motivasi belajar cukup adalah 14 siswa 61 dan siswa yang memiliki motivasi belajar kurang adalah 1 siswa 4.
Berikut ini disajikan tabel analisis komparasi variabel motivasi belajar pra penelitian dan sesudah penelitian siklus
pertama.
Tabel 5.23 Analisis Komparatif Tingkat Motivasi Belajar Setelah Siklus I
Skala motivasi
belajar Kriteria
Motivasi Belajar
Pra Penelitian
Penelitian Siklus I
Perubahan
107-119 Sangat Tinggi
- -
Tidak ada
perubahan 95-106
Tinggi 9
35 Meningkat 26
77-94 Cukup
52 61
Meningkat 9 65-76
Rendah 26
4 Menurun 22
Dibawah 65 Sangat Rendah
13 -
Menurun 13 Dari tabel 5.23 di atas dapat dilihat bahwa motivasi belajar
siswa mengalami peningkatan sebesar 26 pada kriteria motivasi belajar tinggi yaitu dari 9 meningkat menjadi 35. Presentase
siswa yang memiliki motivasi belajar pada kriteria cukup mengalami peningkatan sebesar 9 yaitu dari 52 meningkat
menjadi 61. Presentase siswa yang memiliki motivasi belajar pada kriteria rendah mengalami penurunan sebesar 22 setelah
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada siklus pertama yaitu dari 26 menurun menjadi 4. Sedangkan
presentase siswa yang memiliki motivasi belajar pada kriteria sangat rendah mengalami penurunan sebesar 13 setelah
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Peningkatan juga dapat dilihat dari rata-rata hasil kuesioner
siswa pada saat pra penelitian sebesar 79,74 meningkat menjadi 89,61. Pada siklus pertama ini rata-rata hasil kuesioner motivasi
belajar mengalami peningkatan sebesar 12,38. Akan tetapi, peningkatan hasil kuesioner motivasi belajar pada siklus pertama
ini belum sesuai target yang diharapkan yaitu sebesar 95, maka penelitian siklus kedua perlu untuk dilaksanakan.
b. Keterampilan Sosial Kuesioner keterampilan sosial ini memiliki skor tertinggi yaitu sebesar
105 sehingga target penelitian adalah sebesar 84. Berikut ini adalah data hasil kuesioner keterampilan sosial siswa sebelum dan sesudah
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT siklus I.
Tabel 5.24 Perbandingan Keterampilan Sosial Siswa pada Siklus I
No Nama Siswa
Keterampilan awal
Target Keterampilan
Siklus I Selisih
Keterangan
1. Aditya Wiharnanto
84 84
85 1,2
Tercapai 2.
Anas Banu Aji 83
84 81
2,4 Belum tercapai
3. Deskha Widihaksari
69 84
72 4,3
Belum tercapai 4.
Fanin Ari Priyono 86
84 Dikeluarkan
dari olah data 5.
Febby Sekarini 77
84 91
18,1 Tercapai
6. Ferry Ardiansyah
78 84
89 14,1
Tercapai 7.
Friska Atika Saputri 80
84 84
5 Tercapai
8. Galih Kartika Ade
Saputra 84
70 Dikeluarkan
dari olah data 9.
Gustomi Alriandri 78
84 91
16,7 Tercapai
10. Iffah Nur Ardhiyani
83 84
87 4,8
Tercapai 11.
Jimmi Dwi Cahya 83
84 85
2,4 Tercapai
12. Karlina Nur Hastuti
85 84
92 8,2
Tercapai 13.
Muhammad Adnan Risnanda
84 74
Dikeluarkan dari olah data
14. Mutiarani Endah
Wulansari 88
84 Dikeluarkan
dari olah data 15.
Nadia Agatha Pramesthi
82 84
91 11
Tercapai
16. Nandhiwardhana
Dharmika 79
84 84
6,3 Tercapai
17. Nuke Andranu
Ramadhani 86
84 94
9,3 Tercapai
18. Putri Kartika Sari
81 84
92 13,6
Tercapai 19.
Retno Utami 62
84 84
35,5 Tercapai
20. Risa Hernanda Putri
79 84
82 3,8
Belum tercapai 21.
Rizka Candra Dewi 85
84 93
9,4 Tercapai
22. Rizky Noor Yuanita
84 84
89 6
Tercapai 23.
Rosalia Dyah Nugraheni K D
82 84
81 1,2
Belum tercapai
24. Tika Dwi Nur Atin
78 84
88 12,8
Tercapai 25.
Ulfa Marcellina 70
84 85
21,4 Tercapai
26. Yohanes Wahyu
Kendy P 76
84 88
15,8 Tercapai
27. Yonatan Wisnu
Kendy P 75
84 85
13,3 Tercapai
JUMLAH
1819 1993
RATA-RATA
79 86,65
1 Pra Penelitian Pada pra penelitian peneliti menargetkan hasil
kuesioner keterampilan sosial siswa adalah sebesar 65 yaitu sebesar 68.
Dari tabel 5.24 di atas dapat dilihat bahwa hasil kuesioner tertinggi yang dicapai siswa pada saat pra penelitian adalah sebesar 86
sedangkan hasil terendahnya adalah 62. Dari 23 siswa, ada 1 siswa yang belum mencapai target penelitian. Sedangkan dari hasil rata-
rata kuesioner keterampilan sosial siswa pada pra penelitian sudah mencapai target pra penelitian sebesar 68 yaitu sebesar 79.
Berdasarkan tabel 5.24 di atas, berikut ini disajikan tabel distribusi frekuensi variabel keterampilan sosial siswa pada saat pra
penelitian berdasarkan pendekatan PAP tipe I.
Tabel 5.25 Analisis Keterampilan Sosial Siswa Pra Penelitian
Berdasarkan PAP Tipe I Interval
Kategori PAP Jumlah
Presentase
94-105 Sangat Tinggi
- -
84-93 Tinggi
5 22
68-83 Cukup
17 74
58-67 Rendah
1 4
Dibawah 58 Sangat Rendah
- -
Berdasarkan tabel 5.25 di atas tampak bahwa siswa yang memiliki tingkat keterampilan sosial tinggi adalah 5 siswa 22,
siswa yang memiliki keterampilan sosial cukup adalah 17 siswa 74 sedangkan siswa yang memiliki keterampilan sosial rendah
adalah 1 siswa 4. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
siswa memiliki keterampilan sosial cukup yaitu 17 siswa 74.
2 Sesudah TGT siklus I Pada penelitian ini peneliti menargetkan hasil kuesioner
keterampilan sosial siswa setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah sebesar 80 atau sebesar 84. Dari tabel
5.24 di atas dapat dilihat bahwa hasil tertinggi dari kuesioner keterampilan sosial siswa pada siklus pertama adalah sebesar 94
sedangkan hasil terendahnya adalah 72. Pada penelitian siklus I ini 4 siswa belum mencapai target penelitian, 19 siswa telah mencapai
target, sedangkan 4 siswa tidak dapat dibandingkan karena tidak
hadir dalam pra penelitian dan penelitian siklus I. Rata-rata hasil kuesioner keterampilan sosial siswa ini sudah mencapai target
penelitian sebesar 84 yaitu sebesar 86,65. Berikut ini disajikan tabel distribusi frekuensi variabel keterampilan sosial siswa pada
penelitian siklus I berdasarkan pendekatan PAP tipe I.
Tabel 5.26 Analisis Keterampilan Sosial Siswa Siklus I
Berdasarkan PAP Tipe I Interval
Kategori PAP Jumlah
Presentase
94-105 Sangat Tinggi
1 4
84-93 Tinggi
18 78
68-83 Cukup
4 18
58-67 Rendah
- -
Dibawah 58 Sangat Rendah
- -
Berdasarkan tabel 5.26 di atas dapat dilihat bahwa siswa yang memiliki keterampilan sosial sangat tinggi setelah penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT siklus I adalah 1 siswa 4, siswa yang memiliki keterampilan sosial tinggi adalah 18
siswa 78, sedangkan siswa yang memiliki keterampilan sosial cukup adalah 4 siswa 18.
Berikut ini disajikan tabel analisis komparasi variabel keterampilan sosial siswa pra penelitian dan sesudah penelitian
siklus pertama.
Tabel 5.27 Analisis Komparatif Keterampilan Sosial Setelah Siklus I
Skala keterampilan
sosial Kriteria
Keterampilan Sosial
Pra Penelitian
Penelitian Siklus I
Perubahan
94-105 Sangat Tinggi
- 4
Meningkat 4 84-93
Tinggi 22
78 Meningkat 56
68-83 Cukup
74 18
Menurun 56 58-67
Rendah 4
- Menurun 4
Dibawah 58 Sangat Rendah
- -
Dari tabel 5.27 di atas dapat dilihat bahwa presentase siswa yang memiliki keterampilan sosial pada kriteria sangat tinggi
meningkat sebesar 4 pada penelitian siklus I. Siswa yang memiliki keterampilan sosial pada kriteria tinggi meningkat 56
yaitu dari 22 meningkat menjadi 78. Presentase siswa yang memiliki keterampilan sosial cukup pada penelitian siklus I ini
mengalami penurunan sebesar 56 yaitu dari 74 menurun menjadi 18.
Sedangkan presentase siswa yang memiliki keterampilan sosial kurang mengalami penurunan sebesar 4 di
penelitian siklus I. Peningkatan juga dapat dilihat dari rata-rata hasil kuesioner keterampilan sosial siswa pada pra penelitian
sebesar 79 meningkat 9,68 menjadi 86,65. Rata-rata hasil kuesioner keterampilan sosial siswa pada penelitian siklus pertama
juga telah mencapai target penelitian sebesar 84 yaitu sebesar 86,65.
2. Siklus II Penelitian siklus kedua ini dilaksanakan karena hasil dari penelitian siklus
I belum mencapai target yang diharapkan. Penelitian ini juga untuk memantapkan hasil yang diperoleh pada siklus pertama. Berikut ini
disajikan hasil kuesioner motivasi dan keterampilan sosial pada siklus II. a. Motivasi Belajar
Pada penelitian ini peneliti menargetkan hasil kuesioner motivasi belajar sebesar 80. Skor maksimal yang dapat diperoleh adalah 119
sehingga target penelitian adalah sebesar 95. Berikut ini disajikan hasil kuesioner motivasi belajar pada penelitian siklus I dan siklus II.
Tabel 5.28 Perbandingan Motivasi Belajar Siswa Siklus II
No Nama Siswa
Motivasi Siklus I
Target Motivasi
Siklus II Selisih
Keterangan
1. Aditya Wiharnanto
75 95
95 26,7
Tercapai 2.
Anas Banu Aji 96
95 96
Tercapai 3.
Deskha Widihaksari 82
95 111
35,4 Tercapai
4. Fanin Ari Priyono
95 Dikeluarkan
dari olah data 5.
Febby Sekarini 81
95 104
28,4 Tercapai
6. Ferry Ardiansyah
77 95
105 36,4
Tercapai 7.
Friska Atika Saputri 84
95 96
14,3 Tercapai
8. Galih Kartika Ade Saputra
78 95
87 11,5
Dikeluarkan dari olah data
9. Gustomi Alriandri
104 95
96 -7,7
Tercapai 10.
Iffah Nur Ardhiyani 81
95 86
8,6 Belum tercapai
11. Jimmi Dwi Cahya
90 95
95 5,6
Tercapai 12.
Karlina Nur Hastuti 97
95 99
2,1 Tercapai
13. Muhammad Adnan
Risnanda 87
95 97
11,5 Dikeluarkan
dari olah data 14.
Mutiarani Endah Wulansari
95 Dikeluarkan
dari olah data 15.
Nadia Agatha Pramesthi 100
95 96
-4 Tercapai
16. Nandhiwardhana
Dharmika 99
95 92
-7,1 Belum tercapai
17. Nuke Andranu Ramadhani
97 95
92 -5,2
Belum tercapai 18.
Putri Kartika Sari 92
95 111
20,7 Tercapai
19. Retno Utami
78 95
93 19,2
Belum tercapai 20.
Risa Hernanda Putri 101
95 102
-1 Tercapai
21. Rizka Candra Dewi
102 95
99 -2,9
Tercapai 22.
Rizky Noor Yuanita 85
95 90
5,9 Belum tercapai
23. Rosalia Dyah Nugraheni
K D 88
95 94
6,8 Belum tercapai
24. Tika Dwi Nur Atin
90 95
99 10
Tercapai 25.
Ulfa Marcellina 93
95 110
18,3 Tercapai
26. Yohanes Wahyu Kendy P
89 95
86 -3,4
Belum tercapai 27.
Yonatan Wisnu Kendy P 80
95 98
22,5 Tercapai
JUMLAH 2061
2245
RATA-RATA 89,61
97,61
Berdasarkan tabel 5.28 di atas dapat dilihat bahwa skor tertinggi yang dicapai siswa adalah sebesar 111 dan skor terendahnya adalah sebesar
86. Sebagian besar siswa mencapai target pada penelitian siklus II ini yaitu sebanyak 12 siswa, 7 siswa belum mencapai target penelitian,
sedangkan 4 siswa lainnya tidak dapat dibandingkan karena tidak hadir
pada pra penelitian, penelitian siklus I dan siklus II. Rata-rata hasil kuesioner motivasi belajar siswa pada siklus II juga telah mencapai
target penelitian sebesar 95 yaitu sebesar 97,61. Berikut ini disajikan tabel distribusi frekuensi variabel motivasi belajar pada siklus II
berdasarkan pendekatan PAP tipe I.
Tabel 5.29 Analisis Motivasi Belajar Siklus II
Berdasarkan PAP Tipe I Interval
Kategori PAP Jumlah
Presentase
107-119 Sangat Tinggi
3 13
95-106 Tinggi
13 57
77-94 Cukup
7 30
65-76 Rendah
- -
Dibawah 65 Sangat Rendah
- -
Berdasarkan tabel 5.29 di atas dapat dilihat bahwa pada penelitian siklus II ini, 3 siswa 13 memiliki motivasi belajar sangat
tinggi, 13 siswa 57 memiliki motivasi belajar tinggi sedangkan 7 siswa 30 memiliki motivasi belajar yang cukup.
Berikut ini disajikan tabel analisis komparasi motivasi belajar siswa pada siklus I dan siklus II.
Tabel 5.30 Analisis Komparatif Motivasi Belajar Setelah Siklus II
Skala motivasi
belajar Kriteria
Motivasi Belajar
Penelitian Siklus I
Penelitian Siklus II
Perubahan
107-119 Sangat Tinggi
- 13
Meningkat 13 95-106
Tinggi 35
57 Meningkat 22
77-94 Cukup
61 30
Menurun 31 65-76
Rendah 4
- Menurun 4
Dibawah 65 Sangat Rendah
- -
Tabel 5.30 di atas menunjukkan bahwa pada penelitian siklus II ini, presentase siswa yang memiliki motivasi belajar yang sangat tinggi
mengalami peningkatan sebesar 13. Presentase siswa yang memiliki tingkat motivasi belajar yang tinggi mengalami peningkatan 22 yaitu
dari 35 meningkat menjadi 57. Presentase siswa yang memiliki motivasi cukup pada penelitian siklus kedua ini mengalami penurunan
sebesar 31 yaitu dari 61 di siklus I menurun menjadi 30 di siklus II. Sedangkan presentase siswa yang memiliki motivasi belajar rendah
mengalami penurunan sebesar 4 di siklus II sehingga pada penelitian siklus II ini tidak ada siswa yang memiliki motivasi belajar yang
rendah. Dari analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa. Peningkatan juga dapat dilihat dari rata-rata hasil motivasi belajar
yang diperoleh pada penelitian siklus II. Rata-rata hasil motivasi belajar pada siklus kedua meningkat 8,93 yaitu dari 89,61 meningkat
menjadi 97,61.
b. Keterampilan Sosial Peneliti menargetkan hasil keterampilan sosial siswa adalah 80.
Skor maksimal yang dapat diperoleh adalah 105 sehingga target penelitiannya adalah sebesar 84. Berikut ini disajikan hasil kuesioner
keterampilan sosial siklus I dan siklus II.
Tabel 5.31 Perbandingan Keterampilan Sosial Siswa pada Siklus II
No Nama Siswa
Keterampilan Siklus I
Target Keterampilan
Siklus II Selisih
Keterangan
1. Aditya Wiharnanto
85 84
86 1,2
Tercapai 2.
Anas Banu Aji 81
84 89
9,9 Tercapai
3. Deskha Widihaksari
72 84
92 21,7
Tercapai 4.
Fanin Ari Priyono 84
Dikeluarkan dari olah data
5. Febby Sekarini
91 84
92 1
Tercapai 6.
Ferry Ardiansyah 89
84 94
5,6 Tercapai
7. Friska Atika Saputri
84 84
85 1
Tercapai 8.
Galih Kartika Ade Saputra
70 84
86 22,9
Dikeluarkan dari olah data
9. Gustomi Alriandri
91 84
94 3,3
Tercapai 10.
Iffah Nur Ardhiyani 87
84 95
9,2 Tercapai
11. Jimmi Dwi Cahya
85 84
87 2,4
Tercapai 12.
Karlina Nur Hastuti 92
84 90
-2,2 Tercapai
13. Muhammad Adnan R
74 84
84 13,5
Dikeluarkan dari olah data
14. Mutiarani Endah
Wulansari 84
Dikeluarkan dari olah data
15. Nadia Agatha
Pramesthi 91
84 95
4,4 Tercapai
16. Nandhiwardhana
Dharmika 84
84 88
4,8 Tercapai
17. Nuke Andranu
Ramadhani 94
84 95
1 Tercapai
18. Putri Kartika Sari
92 84
97 5,4
Tercapai 19.
Retno Utami 84
84 83
1,2 Belum tercapai
20. Risa Hernanda Putri
82 84
92 10,9
Tercapai 21.
Rizka Candra Dewi 93
84 93
Tercapai 22.
Rizky Noor Yuanita 89
84 91
2,2 Tercapai
23. Rosalia Dyah
Nugraheni K D 81
84 84
3,7 Tercapai
24. Tika Dwi Nur Atin
88 84
95 8
Tercapai 25.
Ulfa Marcellina 85
84 91
7 Tercapai
26. Yohanes Wahyu
Kendy P 88
84 86
2,3 Tercapai
27. Yonatan Wisnu
Kendy P 85
84 84
-1,2 Tercapai
JUMLAH
1993 2078
RATA-RATA 86,65
90,35
Dari tabel 5.31 di atas dapat dilihat bahwa skor keterampilan sosial tertinggi yang diperoleh siswa pada penelitian siklus II ini
adalah 97 dan skor terendahnya adalah 83. Pada penelitian siklus kedua ini sebagian besar siswa atau 22 siswa mencapai target
penelitian, 1 siswa tidak mencapai target penelitian sedangkan 4 siswa tidak dapat dibandingkan karena tidak hadir pada pra penelitian,
penelitian siklus I dan penelitian siklus II. Berikut ini disajikan tabel distribusi frekuensi variabel keterampilan sosial pada siklus II
berdasarkan pendekatan PAP tipe I.
Tabel 5.32 Analisis Keterampilan Sosial Siswa Siklus II
Berdasarkan PAP Tipe I Interval
Kategori PAP Jumlah
Presentase
94-105 Sangat Tinggi
7 31
84-93 Tinggi
15 65
68-83 Cukup
1 4
58-67 Rendah
- -
Dibawah 58 Sangat Rendah
- -
Pada tabel 5.32 di atas dapat dilihat bahwa 7 siswa 31 memiliki keterampilan sosial yang sangat tinggi setelah penerapam
model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada siklus II. Sebagian besar siswa atau 15 siswa 65 memiliki keterampilan sosial yang
tinggi, sedangkan 1 siswa 4 memiliki keterampilan sosial yang cukup.
Berikut ini disajikan tabel analisis komparatif variabel keterampilan sosial siswa pada siklus I dan siklus II.
Tabel 5.33 Analisis Komparatif Tingkat Keterampilan Sosial Setelah Siklus II
Skala keterampilan
sosial Kriteria
Keterampilan Sosial
Penelitian Siklus I
Penelitian Siklus II
Perubahan
94-105 Sangat Tinggi
4 31
Meningkat 27 84-93
Tinggi 78
65 Menurun 13
68-83 Cukup
18 4
Menurun 14 58-67
Rendah -
- -
Dibawah 58 Sangat Rendah
- -
-
Dari tabel 5.33 di atas tampak bahwa pada penelitian siklus II ini, presentase siswa yang memiliki tingkat keterampilan sosial yang
sangat tinggi mengalami peningkatan 27 apabila dibandingkan dengan siklus I yaitu dari 4 meningkat menjadi 31. Presentase
siswa yang memiliki keterampilan sosial yang tinggi menurun 13
yaitu dari 78 menjadi 65. Sedangkan presentase siswa yang memiliki keterampilan sosial yang cukup juga mengalami penurunan
sebesar 14 dari 18 menjadi 4. Maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada siklus II ini
dapat meningkatkan keterampilan sosial siswa. Peningkatan juga dapat dilihat dari rata-rata hasil kuesioner keterampilan sosial siswa. Rata-
rata hasil kuesioner keterampilan sosial meningkat 4,27 yaitu dari 86,65 meningkat menjadi 90,35.
Peningkatan ini dikarenakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dirancang dengan menarik dan menyenangkan. Pembelajaran ini
melibatkan kegiatan siswa dalam kelompok sehingga terjalin interaksi yang positif antar sesama anggota kelompok. Dalam kegiatan
kelompok ini, siswa bertukar pikiran dan berusaha menyelesaikan soal- soal diskusi yang diberikan. Pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT ini juga menuntut siswa untuk memahami materi dengan baik sehingga siswa lebih termotivasi
untuk belajar dan menyelesaikan soal-soal dengan baik. Selain terlibat aktif dalam kegiatan berkelompok, permainan dalam pembelajaran ini
juga dirancang agar siswa memiliki tanggung jawab individual dan mendorong siswa untuk berusaha mengerjakan soal dengan benar.
Oleh karena itu maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan motivasi dan
keterampilan sosial siswa.
150