46
melihat perkembangan hasil penilaian sekolah, serta prosedur lain yang berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan.
3 Fungsi perbaikan adalah sebagai usaha untuk mendorong guru baik secara perseorangan maupun kelompok agar mereka mau melakukan berbagai
perbaikan dalam menjalankan tugas mereka. Perbaikan ini dapat dilakukan dengan bimbingan, yaitu dengan cara membangkitkan kemauan, memberi
semangat, mengarahkan dan merangsang untuk melakukan percobaan, serta membantu menerapkan sebuah prosedur mengajar yang baru.
4 Fungsi pembinaan merupakan salah satu usaha untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi, yaitu dengan melakukan pembinaan atau pelatihan
kepada guru-guru tentang cara-cara baru dalam melaksanakan suatu proses pembelajaran. Pembinaan ini dapat dilakukan melalui demontrasi mengajar,
workshop, seminar, observasi, konferensi individual dan kelompok, serta kunjungan supervisi.
Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah dalam menjalankan peran sebagai supservisor perlu memahami tugas dari para guru dan
karyawan sehingga mampu melaksanakan kegiatan supervisi sesuai dengan fungsinya.
D. Pendidikan Khusus 1. Pengertian Pendidikan Khusus
Pemerintah mendefinisikan pendidikan khusus seperti tertuang pada Pasal 32 ayat 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, sebagai berikut, pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta
47
didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, danatau memiliki potensi
kecerdasan dan bakat istimewa. Pengertian pendidikan khusus yang sama dari Pemerintah sesuai dengan Pasal 127 Peraturan Nomor 17 Tahun 2010 tentang
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan sebagai berikut, pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam
mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, danatau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
Menurut Dedy Kustawan dan Yani Meimulyani 2013: 19 juga menyebutkan bahwa pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang
memiliki hambatan belajar dan hambatan perkembangan atau memiliki kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental,
sosial, dan atau yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Pada Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan dijelaskan bahwa pendidikan khusus melalui satuan pendidikan khusus Sekolah Luar Biasa dan Satuan Pendidikan Khusus bagi
Peserta Didik yang Memiliki Potensi Kecerdasan dan atau Bakat Istimewa diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi dan penyelenggaraan pendidikan
khusus melalui satuan pendidikan umum dan kejuruan diselenggarakan oleh Pemerintah KabupatenKotasecara inklusif atau penyelenggaraan program
CIBI. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki hambatan belajar dan hambatan perkembangan atau
memiliki kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik,
48
emosional, mental, sosial, dan atau yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa yang melalui satuan pendidikan khusus Sekolah Luar Biasa dan satuan
pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan danatau bakat istimewa diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi dan penyelenggaraan
pendidikan khusus
melalui satuan
pendidikan umum
dan kejuruan
diselenggarakan oleh
Pemerintah KabupatenKotasecara
inklusif atau
penyelenggaraan program CIBI. Menurut Dedy Kustawan dan Yani Meimulyani 2013:22 menyebutkan
bahwa konsep tujuan pendidikan khusus bagi peserta didik berkelaian bertujuan untuk
mengembangkan potensi
peserta didik
secara optimal
sesuai kemampuannya, mengembangkan kehidupan secara pribadi, mengembangkan
kehidupan sebagai anggota masyarakat, serta mempersiapkan peserta didik untuk dapat memiliki keterampilan sebagai bekal memasuki dunia kerja.
2. Anak Berkebutuhan Khusus
Dedy Kustawan 2013: 12 menyebutkan anak berkebutuhan khusus
dibedakan menjadi dua ditinjau dari sifatnya yang permanen dan temporer.
a. Anak berkebutuhan khusus yang sifatnya permanen yaitu anak yang memiliki ptensi kecerdasan dan bakat istimewa dan anak yang memiliki kelainan fisik,
emosional, mental, dan sosial b. Anak berkebutuhan khusus yang sifatnya temporer yaitu anak yang berasal
dari daerah terpencil terbelakang, anak pada masyarakat adat yang terpencil, anak yang terkena bencana alam, dan anak yang mengalami bencana sosial.
c.
49
3. Jenis Anak Berkebutuhan Khusus
Menurut Dedy Kustawan 2013:13 mengatakan bahwa pembahasan jenis dan karakteristik anak berkebutuhan khusus kepentingannya untuk memudahkan
layanan pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan khususnya. Anak berkebutuhan khusus permanen yang memiliki kelainan terdiri atas:
a. Anak yang memiliki hambatan penglihatan tunanetra b. Anak yang memiliki hambatan pendengaran tunarungu
c. Anak yang memiliki hambatan bicara tunawicara d. Anak yang memiliki hambatan kecerdasanakademik yang
sedemikian rupa tunagrahita e. Anak yang memiliki hambatan fisik dan fungsi gerak tunadaksa
f. Anak yang memiliki hambatan emosi dan perilaku atau control sosial tunalaras
g. Anak yang berkesulitan belajar spesifik Learning Disability h. Anak lamban belajar
i. Anak autis j. Anak yang memiliki gangguan motorik
k. Anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotik, obat
terlarang dan zat adiktif lainnya l. Anak tunaganda kelainan majemuk
m. Anak yang memiliki kelainan lainnya
4. Sistem Layanan Pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus
Sekolah Luar Biasa SLB Menurut Permendiknas Nomor 29 Tahun 2005 adalah taman Kanak-kanak Luar Biasa TKLB, Sekolah Dasar Luar Biasa
SDLB, Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa SMPLB, Sekolah Menengah Atas Luar Biasa SMALB atau Sekolah Menengah Kejuruan Luar Biasa
SMKLB. Bentuk layanan pendidikan bagi Anak yang berkebutuhan khusus yang memiliki hambatangangguankelaianan pada satuan pendidikan khusus Sekolah
Luar Biasa yaitu: a.
TKLB TKLB 1 sd. 2 dengan lama pendidikan 2 tahun usia melayani A, B, C, C1, D, D1, E, dan G yaitu dengan keterangan tunanetra, tuna rungu,
50
tunagrahita ringan, tunagrahita sedang, tunadaksa ringan, runadaksa sedang, tunalaras, dan tunaganda.
b. SDLB Kelas I s.d. VI dengan lama pendidikan 6 tahun melayani A, B, C,
C1, D, D1, E, dan G yaitu dengan keterangan tunanetra, tuna rungu, tunagrahita ringan, tunagrahita sedang, tunadaksa ringan, runadaksa sedang,
tunalaras, dan tunaganda. c.
SMPLB Kelas V s.d. IX dengan lama pendidikan 3 tahun A, B, C, C1, D, D1, E, dan G yaitu dengan keterangan tunanetra, tuna rungu, tunagrahita
ringan, tunagrahita sedang, tunadaksa ringan, runadaksa sedang, tunalaras, dan tunaganda.
d. SMALBSMKLB Kelas X s.d. XII dengan lama pendidikan 3 tahun
A,B,C,C1,D,D1,E, dan G yaitu dengan keterangan tunanetra, tuna rungu, tunagrahita ringan, tunagrahita sedang, tunadaksa ringan, runadaksa sedang,
tunalaras, dan tunaganda. Menurut Dedy Kustawan dan Yani Meimulyani 2013: 80, setiap satuan
pendidikan khusus atau SLB harus memiliki pedoman yang mengatur tentang: 1
Kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabus; 2
Kalender pendidikanakademik, yang menunjukkan seluruh kategori aktivitas satuan pendidikan selama satu tahun dan dirinsi
secara semesteran, bulanan, dan mingguan;
3 Struktur organisasi satuan pendidikan;
4 Pembagian tugas di antara pendidik;
5 Pembagian tugas di antara tenaga kependidikan;
6 Peraturan akademik;
7 Tata tertib satuan pendidikan, yang minimal meliputi tata tertib
pendidik, tenaga kependidikan dan peserta didik, serta penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana;
8 Kode etik hubungan antara sesama warga di dalam lingkungan
satuan pendidikan dan hubungan antara warga satuan pendidikan dengan masyarakat.