56
IPS SMPMTs Kelas VII
Kecakapan Sosial
Batu-batu itu tidak dikerjakan secara halus. Pembuatannya secara kasar. Tradisi megalitik yang menyangkut hasil kebudayaan banyak dihubungkan dengan kegiatan
keagamaan, terutama pemujaan kepada nenek moyang.
Pada masa perundagian, tumbuh dan berkembang kebudayaan megalitik, yaitu kemampuan dan keterampilan membuat bangunan yang dibuat dari batu-batu besar.
Beberapa bangunan megalitik yang terpenting, antara lain sebagai berikut. 1.
Menhir, yaitu tiang atau tugu batu sebagai tanda peringatan untuk menghormati roh nenek moyang. Ditemukan di Pasemah Riau, Bada Sulawesi Tengah,
Banten, Bali, NTT, Jawa Timur, dan Kalimantan.
2. Dolmen, yaitu meja batu untuk tempat sesaji yang di bawahnya terdapat jenazah.
Ditemukan di Sumba dan Sumatera Selatan. 3.
Sarkofagus keranda, yaitu lesung batu yang dipergunakan sebagai tempat mayat dan diberi tutup. Ditemukan di Jawa Timur.
4. Peti kubur batu, yaitu tempat mengubur mayat yang terdiri atas papan-papan
batu yang ditanam dalam tanah dan diberi tutup. 5.
Waruga, yaitu peti kubur batu berukuran kecil berbentuk kubus dan tertutup. Di temukan di Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah.
6. Punden berundak, yaitu bangunan yang berbentuk teras, makin ke atas makin
kecil, sebagai tempat pemujaan. Ditemukan di Lebak Sibedug, Banten Selatan. 7.
Batu Dakon, yaitu batu datar yang di atasnya diberi lubang-lubang, gunanya untuk pemujaan.
Diskusikan dengan kelompok diskusi. Apa peran para undagi pada masa Perundagian Sebutkan contoh-contoh barang yang dihasilkan pada masa perundagian. Hasil diskusi kelompok,
presentasikan di depan kelas
Peninggalan-peninggalan manusia praaksara pada masa berburu dan berpindah- pindah cukup banyak diketemukan dan tersebar di berbagai daerah. Karena
kehidupan pada waktu itu masih primitif maka peninggalan-peninggalan yang diketemukan juga masih sederhana. Peninggalan-peninggalan yang banyak
diketemukan sebagai berikut.
Peninggalan-Peninggalan Kebudayaan pada Masa Berburu dan Berpindah-pindah
Tingkat Awal
H.
57
IPS SMPMTs Kelas VII
1. Alat-Alat Batu Inti
Batu inti adalah sisa bahan batu kerakal atau serpihan batu besar yang berbidang-bidang akibat penyerpihan. Contohnya:
- Kapak perimbas Chopper. Kapak ini tajamnya berbentuk konveks cembung
atau kadang-kadang lurus. -
Kapak penetak Chopping Tool. Kapak ini disiapkan dari segumpal batu yang tajamnya dibentuk liku-liku melalui penyerpihan yang dilakukan selang-seling
pada dua sisi pinggiran.
- Pahat genggam Hand Adze. Bentuk alat ini mendekati bujur sangkar atau persegi
empat panjang. Tajamnya disebutkan melalui penyerpihan terjal. -
Kapak genggam awal. Pemangkasan dilakukan pada satu permukaan batu untuk memperoleh ketajaman, bentuk alat ini meruncing.
- Kapak genggam. Kapak genggam yang diketemukan memperlihatkan
penyerpihan secara kasar pada kedua belah permukaannya. -
Alat-alat serpih. Bentuk alat-alat serpih tergolong sederhana dengan kerucut pukul yang jelas menonjol.
Alat-alat tersebut banyak diketemukan di Pacitan, Jawa Timur. Alat-alat serpih selain dibuat dari pecahan batu juga dari pecahan tulang. Alat ini digunakan untuk
pisau dan anak panah, alat ini juga banyak diketemukan di Sangiran.
Gambar 2.9 Alat-alat batu inti
Sumber: Sejarah Nasional Indonesia 1
Kapak Penetak Kapak Perimbas
Kapak Genggam
58
IPS SMPMTs Kelas VII
Kapak perimbas 431
17,82 Kapak penetak
89 3,68
Pahat genggam 87
3,59 Kapak genggam awal
195 8,06
Kapak genggam 153
6,32 Alat serpih belum terpakai
596 24,64
Alat serpih telah terpakai 807
33,36 Batu inti
31 1,28
Aneka ragam alat lain 30
1,24 Jumlah
2419 Jenis Alat
Persentase Jumlah
2. Alat dari Tulang dan Tanduk
Alat dari tulang dan tanduk digunakan untuk ujung tombak dan untuk menggali umbi dari dalam tanah. Alat ini banyak diketemukan di daerah Ngandong.
Perlu diketahui bahwa alat-alat budaya Pacitan yang berhasil dikumpulkan oleh Von Koeningswald telah digolong-golongkan oleh Movius sebagai berikut.
Tabel 2.2 Alat-Alat Budaya Pacitan
Penelitian budaya Pacitan dilanjutkan pada tahun-tahun 1953 dan 1954 oleh Van Heekeren, Soejono, dan Basoeki.
Di daerah Tabuhan, jenis-jenis alat budaya Pacitan ditemukan di lembah-lembah kali Gede, Kali Sunglon dan Kali Sirikan yang merupakan sungai-sungai bawah tanah.
Daerah ini adalah tempat penemuan baru yang ternyata mengandung alat-alat batu setaraf dengan temuan-temuan di lembah Kali Baksoko. Penemuan kapak perimbas
pertama terjadi pada tahun 1953 di celah sebuah runtuhan karang gamping di tepi
Sumber: Sejarah Nasional Indonesia 2
Gambar 2.10 Alat-alat prasejarah yang ditemukan di Ngandong dan Sangiran
Sumber: Manusia Purba
Gambar 2.11 Alat-alat dari tulang yang ditemukan di Ngandong
Sumber: Manusia Purba
59
IPS SMPMTs Kelas VII
Peninggalan-Peninggalan Kebudayaan pada Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan
Tingkat Lanjut
I.
Kali Gede yang mendorong pelaksanaan penelitian yang lebih mendalam terhadap keadaan daerah sekelilingnya. Penelitian-penelitian pada tahun 1953 dan 1954
menghasilkan sejumlah alat bantu yang dipungut dari dasar sungai, dari lapisan- lapisan kerakal di tepi-tepi sungai 1,5 - 2 m, dan dari peninggian-peninggian yang
mungkin sekali merupakan bekas-bekas tempat kemah manusia Pleistosen di sekitar tempat yang mengandung air.
Peninggalan-peninggalan yang dapat diketemukan pada masa ini antara lain sebagai berikut.
1. Kapak Sumatralit, yaitu batu kerakal yang dibelah tangan, berguna untuk
membuat rumah panggung di tepi pantai. Kapak jenis ini ditemukan di Kjokkenmoddinger sampah dapur di pantai timur Sumatera Utara.
2. Alat Serpih Toala, alat ini digunakan di Sulawesi Selatan dan di Nusa Tenggara.
Manusia pendukungnya berciri Mongoloid. 3.
Alat Tulang Sampung, pembuatan dan penggunaan alat ini berkembang di Jawa Timur. Manusia yang memakainya diduga Austromelanosoid yang tinggal di
gua-gua, seperti di Goa Lawa Sampung dekat Ponorogo.
4. Mata panah batu bergigi, seperti yang digunakan orang Toala.
Gambar 2.12 Contoh kapak Sumatralit
Sumber: Manusia Purba
Gambar 2.13 Contoh alat tulang dan tanduk yang menjadi ciri-ciri budaya Sampung
Sumber: Manusia Purba