109
IPS SMPMTs Kelas VII
c. Faktor sosiologis atau lingkungan, yaitu faktor yang membentuk kepribadian
seseorang menjadi sesuai dengan perilaku atau kerpibadian kelompok atau lingkungan masyarakatnya. Contohnya, orang yang lahir di daerah pedesaan
cenderung memiliki kepribadian yang ramah, memiliki solidaritas dan kolektivitas yang tinggi, serta keterikatan dengan lingkungan alam yang kuat.
Sebaliknya, orang yang dilahirkan di daerah perkotaan cenderung memiliki kepribadian masyarakat kota yang lebih individualistis, rasa solidaritas dan
kolektivitas yang kurang, dan sebagainya.
3. Media Sosialisasi dalam Pembentukan Kepribadian
Media sosialisasi merupakan tempat bagi seorang individu untuk mengembangkan keberadaannya sebagai makhluk sosial. Media sosialisasi memiliki
peran yang sangat penting dalam pembentukan kepribadian seorang individu. Me- dia sosialisasi meliputi keluarga, kelompok bermain sekolah, lingkungan kerja, serta
media massa.
Gambar 4.6 Agar anak memiliki kepribadian yang baik, peran keluarga sangat menentukan.
Sumber: bztv.type pad.com.
a. Keluarga
Keluarga merupakan media awal dan paling utama dari suatu proses
sosialisasi sehingga sering disebut media sosialisasi primer. Begitu
seorang bayi dilahirkan, ia sudah berhubungan dengan kedua orang
tuanya dan saudara-saudara dekatnya yang lain. Ia sangat tergantung pada
perlindungan dan bantuan anggota keluarganya. Proses sosialisasi awal
yang dilakukan anak dimulai dengan proses belajar menyesuaikan diri dan
mengikuti setiap apa yang diajarkan oleh orang-orang di sekitar, belajar makan, berjalan hingga belajar berperilaku dan bertindak. Melalui lingkungan keluarga itulah
anak mulai mengenal dunia sekitarnya dan memahami pola pergaulan hidup sehari- hari di sekitarnya.
Agar si anak memiliki kepribadian yang baik, maka peran orang tua dan anggota keluarga yang lain sangat menentukan. Orang tua hendaknya mencurahkan perhatian
penuh untuk mendidik anak agar anak tersebut memperoleh dasar-dasar pola pergaulan hidup yang benar dan baik melalui penanaman disiplin. Selain itu, orang
tua juga memberikan pengawasan dan pengendalian terhadap perilaku anak, mendorong agar anak dapat membedakan antara benar dan salah, pantas dan tidak
pantas, baik dan buruk, dan sebagainya.
110
IPS SMPMTs Kelas VII
Keseluruhan sistem belajar mengajar sebagai bentuk sosialisasi dalam keluarga sering disebut sistem pendidikan keluarga pendidikan informal. Sistem pendidikan
keluarga dilaksanakan melalui pola asuh, yaitu suatu pola untuk menjaga, merawat, dan membesarkan anak. Pola asuh dalam keluarga tersebut sangat dipengaruhi oleh
sistem nilai norma dan adat istiadat yang berlaku pada masyarakat tempat keluarga tersebut tinggal.
Dalam lingkungan keluarga kita mengenal dua macam pola sosialisasi, yaitu dengan cara represif repressive socialization yang mengutamakan adanya ketaatan
anak pada orang tua dan cara partisipasi participatory socialization yang mengutamakan adanya partisipasi dari anak.
1 Sosialisasi represif repressive socialization antara lain:
a menghukum perilaku yang keliru,
b hukuman dan imbalan material,
c kepatuhan anak,
d komunikasi sebagai perintah,
e komunikasi nonverbal,
f sosialisasi berpusat pada orang tua,
g anak memerhatikan pada orang tua, dan
h keluarga merupakan significant order dominasi orang tua.
2 Sosialisasi partisipasi participatory socialization antara lain;
a memberikan imbalan bagi perilaku yang baik,
b hukuman dan imbalan simbolis,
c otonomi anak,
d komunikasi sebagai interaksi,
e komunikasi verbal,
f sosialisasi berpusat pada anak,
g orang tua memerhatikan keinginan anak,dan
h keluarga merupakan generalizerd order kerja sama ke arah tujuan.
b. Kelompok Bermain
Kelompok bermain mempunyai peran juga pada proses sosialisasi dalam pembentukan kepribadian. Kelompok bermain berlangsung setelah anak berusia
sekitar 4-5 tahun, di mana ia mulai berusaha mengenal orang-orang yang tinggal di sekitar tempat tinggalnya dan ingin belajar bermain bersama. Dalam kelompok
bermain ini, anak harus mematuhi aturan-aturan yang berlaku jika ingin diterima kelompoknya.
Pada usia remaja kelompok sepermainan itu berkembang menjadi kelompok persahabatan yang lebih luas. Perkembangan itu antara lain disebabkan oleh remaja
bertambah luas ruang lingkup pergaulannya, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
111
IPS SMPMTs Kelas VII
Persahabatan merupakan pe- ngelompokan sosial yang melibatkan
orang-orang yang berhubungan relatif akrab satu sama lain karena seringnya
bertemu, adanya kesamaan minat serta kepentingan dan bukan atas dasar
hubungan darah, ketetanggaan serta bukan pula atas dasar percintaan.
Kelompok persahabatan memiliki peranan positif bagi perkembangan kepribadian
anak adalah sebagai berikut.
Gambar 4.7 Kelompok persahabatan memiliki peran positif bagi perkembangan kepribadian
Sumber: www.smp7bantul.com
1 Rasa aman dan dianggap penting dalam kelompok sangat berguna bagi
perkembangan jiwa. 2
Perkembangan kemandirian remaja tumbuh dengan baik dalam kelompok persahabatan.
3 Remaja mendapat tempat yang baik bagi penyaluran rasa kecewa, takut,
khawatir, gembira dan sebagainya yang mungkin tidak didapatkan di rumah. 4
Melalui interaksi dalam kelompok, remaja dapat mengembangkan keterampilan sosial yang berguna bagi kehidupan kelak.
5 Pada umumnya kelompok persahabatan ini mempunyai pola perilaku dan
kaidah-kaidah tertentu yang mendorong remaja untuk bersikap lebih dewasa.
c. Sekolah
Sekolah merupakan media sosialisasi sekunder. Pada pendidikan tingkat dasar,
peran guru sangat besar dan bahkan dominan untuk memengaruhi dan
membentuk pola perilaku anak didik. Peran guru dalam memberi motivasi keberhasilan
studi anak sangat besar, sehingga berpengaruh pada tahap pendidikan
selanjutnya.
Setelah anak memasuki usia remaja peran guru terutama adalah membimbing
agar siswa mempunyai motivasi yang besar untuk menyelesaikan studinya dengan baik.
Pada jenjang remaja sudah mempunyai sikap tertentu, kepribadian mulai terbentuk menuju kemandirian. Sebagai wakil
orang tua, guru tidak hanya bertugas memberikan pengajaran namun, juga bimbingan karier kepada anak didiknya. Siswa dibimbing agar dapat menentukan
sendiri pilihan ke masa depan sesuai bakat, kemampuan serta cita-citanya.
Gambar 4.8 Dalam kelompok belajar, guru hanya bertindak sebagai fasilitator.
Sumber: Tempo