~ 171 ~
e. Ongkos asuransi
Untuk menjaga barang terhadap hal-hal yang tidak diinginkan seperti kebakaran, huru-hara dan sebagainya maka barang yang
disimpan juga diasuransikan, disebut ongkos asuransi. f. Ongkos administrasi
Ongkos ini dikeluarkan untuk mengadministrasikan persediaan barang yang ada, baik pada saat pemesanan, penerimaan barang
maupun penyimpanannya f.
Ongkos lain-lain adalah semua ongkos penyimpanan yang belum dimasukkan ke
dalam elemen ongkos diatas, biasanya bergantung pada situasi dan kondisi perusahaan.
4. Ongkos kekurangan persediaan
Apabila dijumpai tidak ada barang pada saat diminta maka akan terjadi keadaan kekurangan persediaan. Ongkos kekurangan
persediaan, dapat diukur dari : a.
Kwantitas yang tidak dapat dipenuhi b.
Waktu pemenuhan c.
Ongkos pengadaan darurat 5.
Ongkos Sistemik Selain ongkos-ongkos yang disebut di atas yang biasanya bersifat
rutin maka ada ongkos lain yang disebut ongkos sistemik. Ongkos sistemik ini meliputi ongkos perancangan dan perencanaan sistem
persediaan serta ongkos-ongkos untuk mengadakan peralatan misalnya komputer serta melatih tenaga yan digunakan untuk
mengoperasikan sistem. Ongkos sistemik ini dapat dianggap sebagai ongkos investasi bagi pengadaan suatu sistem persediaan.
5. METODE-METODE PENGENDALIAN PERSEDIAAN
Secara umum metode pengendalian persediaan dapat dikelompokkan menjadi :
1. Metode pengendalian secara statistik
2. Metode perencanaan kebutuhan material
3. Metode kanban
6. METODE –METODE PENGENDALIAN PERSEDIAAN
SECARA STATISTIK
Metode ini menggunakan ilmu matematika dan statistik sebagai alat bantu utama untuk menjawab permasalahan-permasalahan kuantitatif di
dalam sistem persediaan, oleh sebab itu sering disebut metode pengendalian persediaan secara statistik Statistical Inventory Control.
~ 172 ~
Metode pengendalian persediaan secara statistik ini biasanya digunakan untuk pengendalian persediaan di mana permintaan barang
yang dikelola saling tidak bergantungan. Oleh sebab itu dasar pendekatannya berorientasi pada pengendalian tiap komponen yang berdiri
sendiri. Sebagai contoh adalah pengendalian persediaan barang pada pasar swalayan. Di sini besarnya permintaan sayur mayur tidak tergantung pada
besarnya permintaan barang-barang pecah belah misalnya.
Di tinjau dari sejarah perkembangannya, metode ini secara formal mulai dikenal sejak tahun 1929 oleh Wilson. Di sini Wilson mencoba
mencari jawab dua pertanyaan dasar yaitu : -
berapa jumlah barang yang harus dipesan untuk setiap kali pemesanan ?
- kapan saat pemesanan dilakukan ?
Bertitik tolak dari formula Wilson kemudian di coba untuk dikembangkan dalam berbagai keadaan yang lebih realistik, terutama untuk
fenomena yang bersifat probabilistik. Dalam kaitan ini dikenal adanya dua metode dasar pengendalian persediaan yang bersifat probabilistik yaitu
metode Q dan metode P. Metode Q pada dasarnya menggunakan aturan jumlah ukuran pemesanan yang selalu tetap untuk setiap kali pemesanan,
sedang metoda P menganut aturan saat pemesanan yang reguler mengikuti suatu periode yang tetap mingguan, bulanan dsb.
7. METODE PERANCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL
Penggunaan metode pengendalian persediaan tradisional menjadi kurang efektif bila digunakan dalam keadaaan adanya ketergantungan
antara kebutuhan suatu komponenmaterial dengan komponenmaterial lainnya. Ketidak efektifan ini akan semakin terasa bila keanekaragaman
jenis komponenmaterial yang dikelola semakin banyak.
Untuk menjawab tantangan ini di Amerika sejak tahun enam
puluhan mulai dikembangkan suatu cara baru yang disebut Perencanaan Kebutuhan Material PKM
atau dikenal dengan Material Requirement Planning MRP
. Metode ini lahir berkat adanya kemajuan teknologi komputer, oleh sebab itu metode ini sangat Computer Oriented Approach.
Metode ini terdiri dari sekumpulan prosedur, aturan-aturan keputusan dan seperangkat mekanisme pencatatan yang dirancang untuk menjabarkan
suatu Jadwal Induk Poduksi JIP.
Dilihat dari sejarahnya, penerapan PKM pertama kali digunakan pada industri logam dengan tipe job shop. Di dalam sistem manufaktur, tipe
semacam ni termasuk yang paling sulit untuk dikendalikan, sehingga kehadiran PKM mempunyai ati yang sangat besar di dalam meminimasi
investasi untuk persediaan, memudahkan penyusunan jadwal kebutuhan setiap komponenmaterial yang diperlukan dan sekaligus juga PKM ini
~ 173 ~
merupakan alat pengendalian produksi dan persediaan. Dalam perkembangan selanjutnya PKM dapat diterapkan juga pada setiap
pengendalian persedian di dalam sistem manufaktur baik pada tipe job shop, tipe produksi massa mass production maupun tipe yang lain.
8. METODE KANBAN
Metode ini merupakan salah satu operasionalisasi dari konsep Just In Time JIT
yang dikembangkan dalam sistem produksi Toyota Motor Co. Produksi JIT berarti produksi massal dalam jumlah kecil, tersedia
untuk segera digunakan. Dalam JIT digunakan teknik pengendalian persediaan yang dinamakan Kanban. Dalam sistem ini, jenis dan jumlah
unit yang diperlukan oleh proses berikutnya, diambil dari proses sebelumnya, pada saat diperlukan. Dan ini merupakan tanda bagi proses
sebelumnya untuk memproduksi unit yang baru saja diambil. Jumlah dan jenis unit yang dibutuhkan tersebut ditulis dalam suatu kartu yang disebut
juga Kanban.
Dalam sistem ini digunakan kareta sebagai tempat komponen, dengan jumlah tetap. Di dalam tiap kereta terdaat dua kartu. Sebuah kartu
menandakan pesanan pada produksi, dan sebuah lagi menandakan pengambilan unit. Perbedaan utama antara sistem ini dengan kedua sistem
sebelumnya terletak pada perbedaan karakteristik “pertimbangan” yang digunakan untuk mengatur jadwal produksi. Pada dua sistem terdahulu,
dilakukan proyeksi permintaan yang akan datang, dan selanjutnya penjadwalan produksi dilakukan untuk memenuhi permintaan tersebut,
penjadwalan mendorong produksi push system. Sedangkan dalam sistem kanban, jadwal produksi diatur sesuai dengan permintaan aktual pull
system
.
9. FORMULA WILSON
Secara formal formula WILSON merupakan hasil pemakaian pendekatan statistikmatematik yang pertama dilakukan didalam bidang
manajemen, khususnya didalam sistem persediaan. Ada dua pertanyaan dasar yang menjadi fokus untuk dijawab di dalam formula ini, yaitu :
- Berapa jumlah barang yang akan dipesan untuk setiap kali
pemesanan dilakukan. -
Kapan saat pemesanan dilakukan. Didalam mencari jawab kedua pertanyaan tersebut, WILSON membuat
beberapa asumsi terhadap fenomena nyata yang dimodelkan sebagai berikut :
1. permintaan barang selama horizon perencanaan satu tahun
diketahui dengan pasti dan akan datang secara kontinu sepanjang waktu.