~ 173 ~
merupakan alat pengendalian produksi dan persediaan. Dalam perkembangan selanjutnya PKM dapat diterapkan juga pada setiap
pengendalian persedian di dalam sistem manufaktur baik pada tipe job shop, tipe produksi massa mass production maupun tipe yang lain.
8. METODE KANBAN
Metode ini merupakan salah satu operasionalisasi dari konsep Just In Time JIT
yang dikembangkan dalam sistem produksi Toyota Motor Co. Produksi JIT berarti produksi massal dalam jumlah kecil, tersedia
untuk segera digunakan. Dalam JIT digunakan teknik pengendalian persediaan yang dinamakan Kanban. Dalam sistem ini, jenis dan jumlah
unit yang diperlukan oleh proses berikutnya, diambil dari proses sebelumnya, pada saat diperlukan. Dan ini merupakan tanda bagi proses
sebelumnya untuk memproduksi unit yang baru saja diambil. Jumlah dan jenis unit yang dibutuhkan tersebut ditulis dalam suatu kartu yang disebut
juga Kanban.
Dalam sistem ini digunakan kareta sebagai tempat komponen, dengan jumlah tetap. Di dalam tiap kereta terdaat dua kartu. Sebuah kartu
menandakan pesanan pada produksi, dan sebuah lagi menandakan pengambilan unit. Perbedaan utama antara sistem ini dengan kedua sistem
sebelumnya terletak pada perbedaan karakteristik “pertimbangan” yang digunakan untuk mengatur jadwal produksi. Pada dua sistem terdahulu,
dilakukan proyeksi permintaan yang akan datang, dan selanjutnya penjadwalan produksi dilakukan untuk memenuhi permintaan tersebut,
penjadwalan mendorong produksi push system. Sedangkan dalam sistem kanban, jadwal produksi diatur sesuai dengan permintaan aktual pull
system
.
9. FORMULA WILSON
Secara formal formula WILSON merupakan hasil pemakaian pendekatan statistikmatematik yang pertama dilakukan didalam bidang
manajemen, khususnya didalam sistem persediaan. Ada dua pertanyaan dasar yang menjadi fokus untuk dijawab di dalam formula ini, yaitu :
- Berapa jumlah barang yang akan dipesan untuk setiap kali
pemesanan dilakukan. -
Kapan saat pemesanan dilakukan. Didalam mencari jawab kedua pertanyaan tersebut, WILSON membuat
beberapa asumsi terhadap fenomena nyata yang dimodelkan sebagai berikut :
1. permintaan barang selama horizon perencanaan satu tahun
diketahui dengan pasti dan akan datang secara kontinu sepanjang waktu.
~ 174 ~
2. Barang yang dipesan akan datang secara serentak pada saat
pemesanan dilakukan. 3.
Harga barang yang dipesan tidak bergantung pada jumlah barang yang dipesandibeli.
Dengan ketiga asumsi tersebut maka posisi persediaan barang di gudang dapat digambarkan sebagai berikut :
q
o
Gambar 28 Posisi Persediaan Menurut Model Wilson
Dari gambar diatas nampak dengan jelas bahwa jawaban dari WILSON terhadap kedua pertanyaan dasar terdahulu adalah sebagai berikut :
- Pesan sebesar q
o
untuk setiap kali pemesanan dilakukan. Selanjutnya q
o
inilah yang disebut sebagai ukuran kwantitas pemesanan.
- Pemesanan ulang dilakukan pada saat persediaan barang gudang
mencapai nol. Yang menjadi masalah selanjutnya yang perlu dibahas adalah berapa
besarnya q
o
yang optimal. Di dalam mencari jawab q
o
maka yang menjadi fungsi tujuan utama dari model WILSON adalah minimasi
ongkos total persediaan OT selama horizon perencanaan biasanya satu tahun. Berangkat dari asumsi-asumsi tersebut diatas maka ongkos
total persediaan yang dimaksud disini terdiri dari dua elemen ongkos yaitu ongkos
Pemesanan O
p
dan ongkos simpan O
s
: O
t
= O
p
+ O
s
Dengan demikian WILSON mencoba mencari keseimbangan antara ongkos pemesanan dan ongkos simpan yang dapat memberikan ongkos total
persediaan yang minimum. Adanya titik keseimbangan yang merupakan titik optimal ini dapat ditunjukkan pada gambar 3.1 sebagai berikut :