Faktor Penyesuaian Performance Rating
~ 127 ~
c. Cara Westinghouse mengarahkan penilian pada 4 faktor yang
dianggap menetukan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja yaitu Keterampilan, Usaha, Kondisi kerja, dan Konsistensi. Dengan
pembagian 4 faktor ini pengukur akan lebih terarah dalam menilai kewajaran pekerja dilihat dari berbagi segi. Karenanya factor
penyesuaian yang nantinya diperoleh dapat lebih obyektif.
Cara pemberian nilai setiap karyawan yaitu nilai performance kerja seseorang karyawan dibagi dengan nilai performance seorang karyawan
yang dipandang bekerja normal. Apabila factor penyesuian p 1 maka karyawan bekerja cepat, factor penyesuaian p = 1 maka karyawan bekerja
normal, dan factor penyesuaian p 1 maka karyawan bekerja lambat.
d. Cara obyektif memperhatikan dua factor yaitu kecepatan kerja dan
tingkat kesulitan pekerja. Kecepatan kerja adalah dalam melakukan pekerjaan dalam pengertian biasa. Disini pengukur harus melakukan
penilaian tentang kewajaran kecepatan kerja yang ditunjukan oleh operator. Untuk kesulitan kerja menunjukan berbagi keadaan
kesulitan kerja seperti apakah pekerjaan tersebut memerlukan banyak anggota badan, apakah penggunaan tangan, dan lain-lain.
Pada penelitian tugas akhir ini menggunakan cara Westinghaouse karena cara ini dianggap ini lebih lengkap dibandingkan cara-cara yang telah
disebutkan diatas. Sutalaksana, 1979. Tabel 25. Faktor Penyesuaian Menurut Westinghouse.
Faktor Kelas
Lambang Penyususan
Ketrampilan Superskill
A1 + 0,15
A2 + 0,13
Excellent B1
+ 0,11 B2
+ 0,08 Good
C1 + 0,06
C2 + 0,03
Average D
0,00 Fair
E1 - 0,05
E2 - 0,10
Poor F1
- 0,16 F2
- 0,22 Usaha
Excessive A1
+ 0,13 A2
+ 0,12 Excellent
B1 + 0,10
B2 + 0,08
Good C1
+ 0,05
~ 128 ~
C2 + 0,02
Average D
0,00 Fair
E1 - 0,04
E2 - 0,08
Poor F1
- 0,12 F2
- 0,17 Kondisi Kerja
Ideal A
+ 0,06 Excellent
B + 0,04
Good C
+ 0,02 Average
D 0,00
Fair E
- 0,03 Poor
F - 0,07
Konsistensi Perfect
A + 0,04
Excellent B
+ 0,03 Good
C + 0,01
Average D
0,00 Fair
E - 0,02
Poor F
- 0,04 H.
Kelonggaran Alowance
Kelonggaran ini adalah waktu dimana karyawan melakukan interupsi dari prose belangsung karena hal-hal tertentu tidak dapat
dihindarkan. Waktu yang dibutuhkan dalam menginterupsi prose yang sedang berlangsung ini dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Kelonggaran untuk membutuhkan pribadi Personal Allowance
Yang termasuk kedalam kebutuhan pribadi adalah hal-hal seperti minum sekedar menghilangkan rasa haus, kekamar kecil, sholat,
bercakap-bercakap dengan teman sekerja untuk menghilangkan ketegangan ataupun dalam berkerja. Kebutuhan ini jelas terlihat
sebagai sesuatu yang mutlak, misalnya : sesorang diharuskan terus berkerja dengan rasa haus atau melarang pekerja untuk sama sekali
tidak bercakap-cakap sepanjang jam-jam kerja. Larangan demikian tidak saja merugikan pekerja karena merupakan tuntutan psikologis
dan fisologis yang wajar tetapi juga merugikan perusahaan karena dengan kondisi demikian pekerja tidak akan dapat bekerja dengan
baik bahkan hampir dapat dipastikan produktivitasnya menurun.
2. Kelonggaran untuk menghilangkan rasa lelah Fatique Allowance
Rasa lelah atau fatique tercermin antara lain dari menurunnya produktivitas, salah satu ciri-cirinya adalah sering terlambat datang,
kurang serius dalam malaksanakan tugasny, dll.
~ 129 ~
3. Kelonggaran untuk hambatan-hambatan tak terhindarkan
Dalam melaksanakan pekerjaannya, karyawan tidak akan lepas dari berbagai hambatan. Ada hambatan yang dapat dihindarkan seperti
mengobrol yang berlebihan dan menganggur dengan sengaja. Menurut Sutalaksana 1999 ada pula hambatan yang tidak dapat
terhindarkan karena berada diluar kekuasaan pekerjaan untuk mengkendalikannya, antara lain :
a. Menerimameminta petunjuk kepada kepala bagian
b. Menunggu akibat computer tidak dapat dioperasikan
c. Mengganti tinta printer yang sudah habis
~ 130 ~