Kurikulum Teori yang mendukung

terhadap kemajuan tekhnologi informasi 4 Kemampuan bertanggung jawab dalam ilmu dan tekhnologi. 5 Kemampuan mencoba dalam memahami pandangan yang berbeda dari segi ekonomi berbasis pengetahuan; 6 Kemampuan hidup dalam menanggapi kebangkitan industry kreatif dan budaya; 7 Kemampuan minat luas untuk memperbaiki pergeseran kekuatan ekonomi dunia; 8 Kemampuan untuk bekerja untuk menghindari pengaruh dan imbas dari teknosains; 9 Kemampuan meningkatkan mutu, investasi, dan transformasi pada sektor pendidikan; dan 10 Memperbaiki hasil TIMSS dan PISA. Kesimpulannya peran guru dalam dunia pendidikan sangat penting untuk menciptakan generasi yang dapat menjawab tantangan-tantangan tersebut. Guru dihadapkan pada tantangan yang baru untuk menciptakan pembelajaran yang sesuai dan tepat sehingga siswa dapat memahami pembelajaran dengan baik seperti apa yang diharapkan dalam tujuan pendidikan. Implementasi kurikulum oleh pemerintah dapat menjadi wujud bantuan lembaga kependidikan untuk guru atau tenaga pendidik. Implementasi kurikulum tersebut dikembangkan melalui prinsip dasar pengembangan kurikulum. Kemendikbud dalam Kunandar: 2014 berpendapat ada sebelas prinsip pengembangan kurikulum. Prinsip tersebut yaitu kurikulum satuan pendidikan atau jenjang pendidikan; Standar Kompetensi Lulusan ditetapkan untuk satu satuan pendidikan, jenjang pendidikan, dan program pendidikan; pengembangan kompetensi berupa sikap, pengetahuan, keterampilan berpikir, dan keterampilan psikomotorik; kurikulum berbentuk kemampuan dasar yang dapat dipelajari dan dikuasai siswa; kurikulum dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan perbedaan kemampuan dan minat. Prinsip yang selanjutnya kurikulum berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan siswa; kurikulum harus tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, budaya, tekhnologi, dan seni; harus relevan dengan kebutuhan kehidupan; kurikulum diarahkan pada proses pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan siswa; kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan daerah; dan penilaian hasil belajar ditujukan untuk mengetahui dan memperbaiki pencapaian kompetensi. Prinsip- prinsip dasar tersebut merupakan faktor penting dalam mengembangkan atau melakukan perubahan terhadap kurikulum. Prinsip tersebut dikembangkan menjadi sebuah kurikulum yang akan dijadikan pedoman yang sudah dihadapkan pada kebutuhan pendidikan yang semakin hari semakin maju oleh perkembangan global. Kurikulum di Indonesia sudah mengalami beberapa perubahan dari tahun 1945 sampai 2014.

2.1.4 Sejarah Kurikulum

Pendidikan Sekolah Dasar di Indonesia dari tahun 1945 sampai tahun 2014 sudah mengalami sepuluh kali perubahan kurikulum. Pertama, Rencana Pelajaran 1947 merupakan kurikulum pertama di Indonesia dengan mengunakan istilah rencana pelajaran. Kurikulum hanya memuat 2 hal pokok yaitu daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya, serta garis-garis besar pengajarannya. Pembelajaran yang diajarkan lebih mengutamakan pendidikan watak, kesadaran bernegara, dan bermasyarakat daripada pendidikan pikiran. Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, namun perhatian lebih terhadap kesenian, dan pendidikan jasmani Trianto: 2009. Materi pelajaran pada produk penelitian yang akan digunakan oleh peneliti hampir seperti materi pelajaran pada kurikulum 1947, namun perbedaannya penekanan lebih pada kebiasaan atau kejadian sehari-hari. Kesenian dan pendidikan jasmani digunakan sebagai pelajaran tambahan yang harus dipelajari siswa. Produk peneliti juga berpedoman pada pendidikan watak atau yang disebut sekarang dengan pendidikan karakter. Kedua , Rencana Pelajaran 1950. Kurikulum ini lahir karena adanya UU Nomor 4 Tahun 1950 tentang Dasar-Dasar Pendidikan dan Pengajaran di sekolah. Kurikulum ini masih relatif sama dengan Rencana Pelajaran 1947. Kurikulum ini termasuk kurikulum dengan mata pelajaran yang terpisah-pisah separated curriculum Suparlan: 2011. Berbeda dari kurikulum ini peneliti akan menggunakan pembelajaran terpadu atau mata pelajarannya tidak terpisah-pisah. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara bersama-sama dalam satu tema dan subtema yang berisi beberapa muatan pembelajaran yang dipadukan. Muatan pembelajaran yang tidak masuk dalam produk peneliti adalah pelajaran Agama. Ketiga , kurikulum 1952 merupakan rencana pelajaran lebih rinci lagi pada setiap pelajarannya, yang dikenal dengan istilah Rencana Pelajaran Terurai 1952. Kurikulum ini di setiap mata pelajaran diajarkan oleh 1 orang guru dan silabus untuk mata pelajarannya sangat jelas sekali. Masa ini dibentuk kelas masyarakat yaitu sekolah khusus bagi lulusan SR 6 Tahun yang tidak melanjutkan ke SMP. Kelas ini mengajarkan keterampilan bagi anak tak mampu sekolah ke jenjang SMP, sehingga bisa langsung bekerja Trianto: 2009. Berbeda dengan produk yang akan dibuat oleh peneliti, peneliti akan memakai satu guru kelas yang menguasai semua muatan pembelajaran kecuali Pendidikan Jasmani PJOK dan Agama untuk mengajar siswa. Silabus juga sudah dibuat oleh Pemerintah, sehingga guru tinggal mengembangkan dari yang sudah ada sebagai acuan untuk membuat RPPH. Keempat, Rencana Pelajaran 1964 merupakan penyempurnaan dari kurikulum Rencana Pelajaran Terurai 1952, dalam kurikulum ini terdapat pembagian kelompok cipta, rasa, karsa, dan krida Suparlan: 2011. Peneliti akan mengembangkan produk yang hampir sama maksudnya dengan kurikulum ini, hanya saja kelompok tersebut dimasukkan dalam kompetensi untuk mengukur tingkat kemampuan siswa. Kompetensi yang dipakai oleh peneliti adalah kompetensi inti spiritual, sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Kelima , Kurikulum 1968. Adanya kurikulum 1968 bertujuan untuk menciptakan masyarakat sosialis Indonesia diberangus, pendidikan pada masa ini lebih ditekankan untuk membentuk manusia Pancasila sejati. Kurikulum 1968 bersifat correlate subject curriculum, yang artinya materi tingkat bawah mempunyai korelasi dengan kurikulum sekolah lanjutan. Bidang studi pada kurikulum ini dikelompokkan pada 3 kelompok besar yaitu pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Materi pelajarannya hanya teoritis tidak mengkaitkan hal-hal faktual di lingkungan Trianto: 2009. Kurikulum ini, untuk pertama kali istilah kurikulum digunakan di Indonesia Suparlan: 2011. Peneliti akan mengembangkan produk dengan memperhatikan kejadian atau kebiasaan pada kehidupan sehari-hari, tentu sangat berbeda sekali pada kurikulum