Kemendikbud 2014 berpendapat bahwa model discovery learning adalah proses pembelajaran yang tidak menyajikan hasil atau bentuk final, namun siswa
mengorganisasikan sendiri pembelajarannya. Model discovery learning menuntut siswa untuk melakukan berbagai kegiatan yaitu menghimpun informasi,
membandingkan, mengkategorikan,
menganalisis, mengintegrasikan,
mengorganisasikan, dan menyimpulkan. Kesimpulan dari paparan tersebut bahwa dalam model discovery learning siswa dituntut untuk aktif dalam melakukan
proses pembelajaran dimana masalah disiapkan dari guru. Guru disini dituntut untuk kreatif dalam menciptakan pembelajaran yang menarik.
2.1.5.2.5 Model Kooperatif Learning
Model pembelajaran lain yang digunakan adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran
kooperatif adalah
pembelajaran yang
secara langsung
mengembangkan interaksi dalam kelompok, untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang akan menimbulkan permusuhan Sugiyanto: 2010.
Pembelajaran ini mengembangkan siswa untuk berlatih dalam bersosialisasi dalam kelompok. Pembelajaran kooperatif mempunyai ciri-ciri. Ciri-ciri
pembelajaran kooperatif yaitu menciptakan suasana yang mendorong, mengembangkan interaksi untuk bertatap muka, penguasaan konsep setiap siswa,
keterampilan menjalin hubungan antar sesama.
2.1.6 Desain Pembelajaran
Alternatif yang diperlukan guru untuk menciptakan pembelajaran yang sesuai dapat dilakukan dengan mendesain pembelajaran kurikulum 2013. Desain
pembelajaran dapat membantu guru untuk menjadi pedoman sebelum mengajar.
Desain pembelajaran merupakan proses dalam menentukan kebutuhan, mengembangkan rancangan untuk merespon kebutuhan tersebut, dan kemudian
mengaplikasikan rancangan, dan menentukan hasil evaluasi Wiyani: 2014. Sanjaya 2008 berpendapat bahwa kegiatan menentukan kebutuhan dapat
dilakukan dengan observasi, dokumentasi, maupun wawancara. Pengembangan rancangan dapat dilakukan dengan mengembangkan silabus, Rencana Program
Pembelajaran Harian RPPH, bahan ajar, dan media pembelajaran sesuai analisis kebutuhan yang telah dilakukan. Setelah dilakukan pengembangan kemudian
diaplikasikan sehingga memperoleh hasil. Tahap dalam melakukan desain pembelajaran tersebut beberapa penting
dilakukan oleh guru. Gagne dalam Wiyani: 2014 berpendapat bahwa desain pembelajaran yang disusun guru dapat membantu proses belajar yang mana proses
belajar tersebut memiliki tujuan. Desain yang membantu untuk proses pembelajaran disebut juga sebagai desain pembelajaran instruksional Sanjaya:
2008. Pengembangan desain pembelajaran dapat membantu guru dalam mendidik siswa, karena melalui desain yang dibuat oleh guru sendiri dapat sesuai kebutuhan
dari siswa. Guru yang lebih tahu dan mengerti setiap harinya pengembangan potensi yang diharapkan siswa.
Silabus, RPPH, bahan ajar, dan media pembelajaran termasuk dalam perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran merupakan perangkat yang
digunakan guru dalam mengelola proses pembelajaran Trianto: 2010. Perangkat pembelajaran yang disusun maupun dikembangkan oleh guru dijadikan acuan
dalam proses belajar mengajar di kelas. Perangkat pembelajaran terdiri dari