Tahap pelaksanaan tindakan dan pengamatan

2 Pertemuan ke-2 Senin, 1 April 2013 Pelaksanaan tindakan pada pertemuan kedua ini berlangsung seusai upacara. Saat peneliti dan guru mata pelajaran matematika masuk ruang kelas VIII-5, ketua kelas segera menyiapkan semua siswa untuk berdoa menurut keyakinan masing-masing berlanjut memberi salam, kemudian peneliti dan gurupun membalas salam. Peneliti mengabsen siswa, pada pertemuan kedua terdapat 1 siswa yang sakit dan 1 siswa yang izin, sehingga yang hadir berjumlah 38 siswa. Selanjutnya peneliti meminta siswa untuk membuka PR pada pertemuan sebelumnya untuk dibahas bersama-sama. Untuk soal pertama, semua siswa tidak ada yang berkenan maju karena malu dan takut salah, penelitipun memotivasi siswa untuk bersemangat aktif ke depan untuk melatih keberanian berada di depan umum. Akhirnya satu siswa perempuan memberanikan diri unjuk tangan dan maju menuliskan hasil pekerjaannya, untuk soal selanjutnya beberapa siswa lain unjuk tangan untuk mempresentasikan PR-nya. Usai PR dibahas, peneliti menginformasikan indikator dan tujuan yang akan dicapai pada pertemuan kedua, yakni mengenai nilai phi dan menentukan rumus keliling beserta aplikasinya, penelitipun menjelaskan akan pentingnya mempelajari materi ini. Selanjutnya, siswa diminta berpindah tempat duduk sesuai kelompok-kelompok dipertemuan sebelumnya. Wakil dari masing-masing kelompok maju ke depan untuk mengambil LKS dan perankat experience karton, gunting, benang, dan alat lainnya. Peneliti mengarahkan semua kelompok untuk memulai berexperience sesuai perintah yang tertera pada LKS tahap pertama. Beberapa kelompok mulai aktif bekerja membuat empat lingkaran dengan jari-jari yang berbeda, kemudian lingkaran-lingkaran tersebut digunting dan diukur tepian lingkaran dan garis tengahnya menggunakan bantuan benang dan penggaris. Terdapat pula kelompok yang ribut antar anggotanya mendebatkan langkah mana dahulu yang harus dilakukan, peneliti menghampiri dan mengarahkan sesuai dengan tahap experience yang sudah ada. Gambar 4.2 Lingkaran yang Dibuat Siswa Saat Tahap Experience Data-data yang diperoleh siswa pada tahap experience diobservasi dan direfleksikan pada lembar berikutnya, kemudian siswa diminta menyatukan hasil observasinya membentuk konsep phi dan rumus keliling lingkaran. Selanjutnya kelompok diminta menyelesaikan masalah pada tahap terakhir dengan menerapkan konsep yang telah diperoleh sebelumnya. Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, peneliti dan guru kolaborator berkeliling mengamati tiap kelompok dan membimbing kelompok yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tahapan-tahapan pada LKS. Menurut pengamatan peneliti bahwa sebagian besar siswa terlibat dalam aktivitas pembelajaran. Setelah semua kelompok menyelesaikan samapai tahap active experimentation, peneliti meminta perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas untuk dibahas bersama-sama, kelompok lain memperhatikan dan peneliti merumuskan jawaban yang benar dan meluruskan konsep yang keliru. Peneliti memberikan umpan balik positif dan penguatan konsep dalam bentuk lisan, penelitipun bersama-sama dengan siswa mmenyimpulkan materi pelajaran pada pertemuan kedua ini. Sebelum pembelajaran berakhir, peneliti memberikan tugas pekerjaan rumah PR dan lembar jurnal harian untuk mengukur respon siswa atas penerapan model experiential learning yang telah berlangsung. Bel pergantian jampun berbunyi, ketua kelas menyiapkan siswa-siswa untuk berdiri dan memberi salam penutup, peneliti dan guru kolaboratorpun membalas salam tersebut dan beranjak keluar kelas. 3 Pertemuan ke-3 Jumat, 5 April 2013 Pertemuan ketiga bertepatan pada jam pelajaran ke-3 dan ke-4 pukul 08:20 sampai 09:40. Saat peneliti dan guru kolaborator masuk kelas, ketua kelas segera menyiapkan semua siswa untuk berdiri dan memberi salam, setelah peneliti dan guru membalas salam maka semua siswapun duduk kembali, materi yang akan disampaikan adalah menghitung luas lingkaran dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas lingkaran. Peneliti mengecek kehadiran siswa, terdapat 1 siswa yang tidak hadir karena sakit, 1 siswa yang izin, 2 siswa yang tidak hadir tanpa keterangan alfa, dan tersisa 36 siswa yang hadir. Kondisi kelas sudah terbagi dalam kelompok- kelompok sebagaimana yang sudah diinstruksikan guru kolaborator sebelum jam pelajaran matematika tiba. Pembelajaran diawali dengan mengingatkan kembali pelajaran sebelumnya mengenai nilai phi dan keliling lingkaran. Kemudian peneliti meminta siswa untuk mempresentasikan hasil pekerjaan rumahnya di depan kelas, hanya beberapa siswa saja yang mengangkat tangan kanannya “saya bu ”. Peneliti menunjuk salah satu dari mereka, pembahasan PR-pun berjalan lancar. Selanjutnya, peneliti menginformasikan indikator dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada pertemuan ketiga, yakni menghitung luas lingkaran dan aplikasinya. Penelitipun menginformasikan akan pentingnya mempelajari materi pada pertemuan kali ini dan mengingatkan siswa akan materi persegi panjang, bagian-bagian dari lingkaran dan nilai phi yang telah dipelajari sebelumnya, karena materi-materi tersebut akan digunakan kembali untuk mendapatkan rumusan luas lingkaran. Kegiatan intipun dimulai, peneliti meminta perwakilan kelompok maju untuk mengambil seperangkat alat experience dan LKS. Peneliti memberikan gambaran umum mengenai experience yang akan dilakukan, tiap kelompok mulai membaca tahapan pada concrete experience. Selang beberapa menit diskusi kelompok mulai aktif dan nampak antar siswa memperdebatkan apa yang sedang mereka kerjakan, salah satu siswa mengangkat tangan kanannya “ibu tolong kami”, penelitipun menghampiri kelompok yang mengalami kesulitan, siswa bertanya “ibu, setelah lingkaran ini dipotong-potong diapain lagi? ”, peneliti menjawab “silahkan kalian susun potongan lingkaran tersebut menyerupai bangun persegi panjang pada lembar yang sudah disediakan ”, kelompok tersebut mulai diskusi dan bekerja kembali menyelesaikan tahapan-tahapan beriutnya. Gambar 4.3 Kerja Sama Siswa Saat Tahap Experience pada Materi Luas Lingkaran Guru kolaborator memantau jalannya penerapan tindakan dan membantu kelompok yang mengalami kesulitan. Usai kerja kelompok peneliti mengarahkan kelas untuk melanjutkan ketahap presentasi, beberapa siswa maju untuk menyajikan pengalaman dan penyelesaian masalah yang berkaitan dengan luas lingkaran. Peneliti memantau jalannya presentasi dan merumuskan jawaban yang benar atas penyelesaian masalah yang sedang dibahas. Gambar 4.4 Aktivitas Guru Kolaborator dan Siswa Saat Presentasi Peneliti memberi soal sebagai pekerjaan rumah dan jurnal harian kepada tiap siswa. Bel istirahatpun berbunyi, ketua kelas menyiapkan semua siswa untuk berdiri dan memberi salam penutup, peneliti dan guru kolaborator membalas salam kemudian beranjak keluar. Hasil pengamatan untuk pertemuan ketiga, siswa mulai akrab dengan model experiential learning dan mudah diarahkan untuk aktif dalam tiap tahapannya. 4 Pertemuan ke-4 Senin, 8 April 2013 Pada pertemuan keempat dimulai pukul 07:40 sampai 09:00 tepat pada jam pelajaran kedua dan ketiga. Materi yang akan disampaikan peneliti adalah menentukan perubahan luas dan keliling lingkaran jika ukuran jari- jari berubah. Melihat peneliti dan guru kolaborator masuk kelas, ketua kelas segera menyiapkan semua siswa untuk berdoa bersama menurut keyakinan masing-masing dan memberi salam, peneliti dan guru kolaboratorpun membalas salam. Selanjutnya, peneliti mengecek kehadiran, siswa yang hadir mengikuti pembelajaran sebanyak 39 siswa, terdapat 1 siswa yang tidak hadir dikarenakan sakit. Peneliti meminta siswa untuk mempersiapkan buku dan alat tulis, dan buku pelajaran matematika, kemudian terdapat siswa yang mengingatkan peneliti dengan mengatakan “ibu ada PR”, penelitipun mempersilahkan masing-masing siswa untuk membuka pekerjaan rumahnya. Saat membahas pekerjaan rumah, beberapa siswa mengangkat tangan sambil mengatakan “ibu no.1 saya yah”, penelitipun mempersilahkan siswa tersebut untuk ke depan kelas, satu persatu pekerjaan rumah dibahas bersama-sama. Selanjutnya peneliti memulai apersepsi dengan menginformasikan indikator dan tujuan yang ingin dicapai pada pertemuan keempat, yaitu; menentukan perubahan luas dan kelilling jika ukuran jari-jari berubah. Penelitipun menjelaskan tentang pentingnya mempelajari materi pada pertemuan kali ini, dan mengingatkan siswa akan materi luas dan keliling lingkaran yang telah dipelajari sebelumnya. Sesuai permintaan peneliti, perwakilan dari masing-masing kelompok maju ke depan untuk mengambil seperangkat alat experience dan LKS. Diskusi kelompok dimulai, siswa memperhatikan langkah-langkah experience yang terdapat pada tahap awal LKS. Dengan mempertimbangkan proses yang aktif, peneliti mengarahkan setiap kelompok untuk membagi tugas pada setiap anggotanya. Tiap anggota memegang 1 uang logam yang berbeda-beda, yakni pecahan; Rp100,- Rp200,- Rp500,- dan Rp1000,- yang telah disediakan untuk dijiplak pada kertas HVS, kemudian dihitung panjang jari-jarinya dan dilakukan pengukuran luas dan keliling dari tiap koin tersebut. Hasil pengukuran dicatat dan dianalisis untuk mendapatkan rumusan nilai perubahan luas dan keliling lingkaran jika jari-jarinya berubah. Saat memasuki tahap kedua yakni tahap reflection observation banyak diantara siswa yang kesulitan memahami tahapan tersebut “ibu yang ini diapain? Saya ngga ngerti ”. Peneliti menghampiri kelompok yang mengalami kesulitan dan meminta bantuan, dan guru kolaboratorpun ikut andil membantu dikelompok yang lain yang mengalami kesulitan juga. Setelah semua kelompok mampu menyelesaikan tahapan pada LKS, peneliti meminta perwakilan beberapa kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Peneliti memantau jalannya presentasi, merumuskan jawaban yang benar, dan meluruskan konsep yang keliru. Sesuai pengamatan pada pertemuan keempat ini, banyak siswa yang merasa bosan dan kurang aktif menanggapi tahapan setelah experience dan banyak yang bergumam “pelajaran hari ini susah”. Gambar 4.5 Peneliti Membantu Siswa Saat Diskusi Kelompok dan Presentasi Sebelum pembelajaran diakhiri, peneliti menjelaskan kembali rumusan perubahan luas dan keliling lingkaran jika jari-jarinya berubah, rumusannya dapat berupa selisih maupun perbandingan dari luas dan keliling setelah jari-jarinya berubah dari yang semula. Salah satu dari siswapun ber tanya; “ibu.. jadi kalau ada soal yang menanyakan tentang perbandingan dua lingkaran, ngga usah dihitung satu-satu yah.. cukup pake jari-jarinya aja? ”, peneliti menjawab; “benar sekali, kalian cukup menggunakan rumusan-rumusan yang sudah didapat ini, sesuai apa yang diminta dari soal selisih atau perbandingannya ”. Peneliti bersama siswa menyimpulkan pelajaran. Sebagai penutup, peneliti memberikan jurnal harian untuk mengukur respon siswa atas pembelajaran pada pertemuan keempat ini. Kemudian peneliti menginformasikan kepada siswa bahwa pertemuan berikutnya akan diadakan ulangan harian dengan bahan uji; unsur dan bagian-bagian dari lingkaran, menghitung keliling dan luas lingkaran serta aplikasinya dalam pemecahan masalah, menghitung nilai perubahan luas dan keliling lingkaran jika jari-jarinya berubah. Dengan demikian, peneliti menginstruksikan kepada siswa untuk membuat rangkuman materi sesuai dengan bahan uji. Belpun berbunyi menandakan jam pelajaran ketiga telah berakhir, ketua kelas menyiapkan semua siswa untuk berdiri dan memberi salam, peneliti dan guru kolaborator menjawab salam kemuudian beranjak keluar. 5 Pertemuan ke-5 Jumat, 12 April 2013 Pada pertemuan kelima ini dilakukan ulangan harian sebagai tes siklus I untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII-5, berlangsung selama 2 jam pelajaran 2 x 40 menit pada jam pelajaran ke-3 dan ke-4. Peneliti dan guru kolaborator masuk ke kelas, dan ketua kelas segera menyiapkan semua siswa untuk berdiri dan memberi salam, kami berduapun menjawabnya. Nampak siswa duduk pada kursinya masing-masing menandakan mereka tidak akan bekerja lagi dalam kelompok akan tetapi siap untuk menghadapi ulangan harian. Peneliti mengecek kehadiran siswa, 38 siswa yang hadir, dan 2 siswa tidak hadir dikarenakan sakit. Kemudian peneliti meminta siswa untuk menyiapkan alat tulis dan penyimpan semua buku di laci masing-masing. Setelah siswa nampak siap, peneliti membagikan lembar soal dan lembar jawaban ulangan harian. Soal terdiri dari 5 butir soal pemecahan masalah yang berkaitan dengan keliling dan luas lingkaran, nilai perbandingan luas dan keliling lingkaran. Peneliti memotivasi seluruh siswa agar mereka optimis dan yakin dalam menjawab soal-soal yang diberikan. Pelaksaan tes siklus I ini berjalan lancar. Setelah selang beberapa menit terdapat siswa yang menanyakan rumusan utama dan maksud dari soal kepada teman semejanya, peneliti kemudian menghampiri dan menegurnya untuk berusaha lebih dalam berpikir dan mengerjakan soal secara mandiri untuk mendapatkan jawaban yang tepat. Suasana kembali tenang dan kondusif, peneliti ditemani guru kolaborator memantau jalannya ulangan harian. Gambar 4.6 Suasana Tes Siklus I Di Kelas VIII-5 Setelah pelaksanaan tes siklus I, peneliti melakukan wawancara dengan siswa untuk mengungkap pendapat mereka tentang pembelajaran matematika dengan menggunakan model experiential learning. Tidak hanya itu, penelitipun mengumpulkan dan mendiskusikan hasil lembar observasi yang telah diisi oleh guru observer guru mata pelajaran. Selanjutnya, peneliti melakukan wawancara dengan guru tersebut guna memperoleh pendapatnya atas penerapan model experiential learning terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa selama empat pertemuan terakhir, dan pandangannya akan perbaikan model experiential learning untuk pertemuan berikutnya.

c. Tahap observasi dan analisis data siklus I

Tahap observasi ini berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti selaku pelaksana tindakan dan guru bidang studi matematika selaku observer yang mengamati kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam pembelajaran dilakukan dengan penilaian langsung melihat dari kegiatan siswa selama kegiatan pembelajaran matematika berlangsung, antara lain saat diskusi kelompok, penyelesaian masalah matematika, mengisi LKS, maupun saat presentasi di depan kelas. Hasil pengamatan tersebut tertuang dalam lembar observasi dan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.1 Skor Aktivitas Pembelajaran Matematika Siswa pada Siklus I No Aspek yang diamati Persentase pada pertemuan Rataan Ke-1 Ke-2 Ke-3 Ke-4 1. Memperhatikan penjelasan guru. 90 92,11 100 94,87 94,24 2. Terlibat langsung dalam pengalaman yang telah dirancang guru. 85 84,21 83,33 82,05 74,2 3. Mengamati kemudian merefleksikan kembali pengalamannya. 40 36,84 50 51,28 44,53 4. Mengungkapkan idegagasan dalam bentuk bahasa matematik kepada teman. 60 57,89 75 46,15 59,76 5. Mengkonsep pengalaman yang telah direfleksi dalam bentuk teorirumus. 27,5 52,63 50 41,03 42,79 6. Menerapkan konsep yang telah didapat untuk memecahkan masalah. 85 78,95 88,89 82,05 83,72 7. Mengajukan pertanyaan yang relevan kepada guruteman. 25 44,74 55,56 61,54 46,71 8. Berani mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas. 20 42,11 66,67 71,79 50,14 9. Mendengarkanmemperhatikan presentasi teman. 65 78,95 77,78 92,31 78,51 10. Berani menanggapimenyanggah pendapat guruteman. 12,5 31,58 22,22 38,46 26,19 Rata-rata tiap pertemuan 51 60 66,94 66,15 Rata-rata total 61,02 Berdasarkan tabel 4.1 terlihat bahwa persentase aktivitas siswa pada proses pembelajaran matematika siklus I sebesar 61,02 cukup, menunjukkan sudah mencapai indikator keberhasilan kinerja ≥ 60. Pada setiap pertemuan juga terlihat adanya peningkatan rata-rata aktivitas siswa. Dalam siklus I ini keaktifan siswa didominasi pada aspek memperhatikan penjelasan guru mengenai tujuan pembelajaran sebesar 94,24. Hal ini terjadi karena pemberian gambaran umum materi dan tujuan pembelajaran berada pada awal proses pembelajaran, sehingga perhatian siswa masih mudah untuk dikendalikan. Pada saat proses menerapkan konsep yang telah didapat untuk memecahkan masalah, banyak siswa yang tergerak melakukannya hingga skor aspek tersebut mencapai 83,72. Sebagian siswa terbiasa dengan rumusan siap saji sehingga terburu-buru ketahap active experimentation tidak memahami secara dalam saat rumusan itu dibentuk, adapula yang terlihat ikut-ikutan teman yang lainnya. Hal inipula yang menyebabkan aktivitas siswa saat merefleksikan dan mengkonsep pengalaman dalam bentuk teori atau rumus masih rendah skornya tidak lebih dari 45. Saat mengungkapkan ide atau gagasan dalam bentuk bahasa matematik kepada teman, mengajukan pertanyaan yang relevan kepada guru atau teman, mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas, maupun menyanggah pendapat guru atau teman masih rendah. Hal ini disebabkan karena siswa tidak percaya diri dan masih malu-malu dalam mengemukakan pendapatnya. Sesuai pengamatan langsung, peneliti melihat bahwa siswa yang sering mengajukan pertanyaan didominasi oleh siswa yang berkemampuan sedang, sedangkan siswa yang berkemampuan tinggi lebih banyak diam dan hanya mengerjakan LKS, adapula sebagian siswa yang mengandalkan diri pada teman sekelompoknya. Kemudian pada aspek presentasi hasil diskusi di depan kelas, siswa yang maju ke depan didominasi oleh siswa perempuan. Selama empat kali pertemuan pula, siswa yang sering presentasi hanya siswa yang itu-itu saja. Untuk mengevaluasi hasil dari pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus I dan sebagai bahan untuk melakukan perbaikan dalam pelaksanaan tindakan tahap selanjutnya digunakanlah jurnal harian untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran. Pengisian jurnal dilakukan diakhir kegiatan belajar mengajar dan dikumpulkan pada saat itu juga. Respon siswa terhadap pembelajaran pada setiap siklus dikategorikan menjadi respon positif, netral dan negatif. Respon pada siklus I dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut: Tabel 4.2 Rata-rata Persentase Respon Siswa pada Siklus I Pertemuan Ke- Kategori Positif Netral Negatif Jml Jml Jml I 27 67,5 8 20 5 12,5 II 30 78,95 6 15,79 2 5,26 III 29 80,56 3 8,33 4 11,11 IV 34 87,18 3 7,69 2 5,13 Rata-rata 78,55 12,95 8,5 Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa rata-rata persentase siswa yang memberikan respon positif selama empat kali pertemuan sebesar 78,55, siswa yang bersikap netral sebesar 12,95 sedangkan siswa yang memberikan respon negatif 8,5. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar dari siswa menyukai pembelajaran yang telah dilakukan oleh peneliti. Penerapan pembelajaran model experiential learning masih perlu dikembangkan, karena masih terdapat siswa yang merespon negatif dan netral. Respon-respon siswa tersebut baik yang positif, netral, maupun negatif akan dijadikan bahan refleksi untuk tindakan pembelajaran berikutnya. Selain lembar observasi dan jurnal harian, peneliti juga melakukan wawancara kepada siswa pada akhir siklus I untuk mengetahui tanggapan mereka terhadap pembelajaran model experiential learning. Hal ini dilakukan untuk mengevaluasi hasil dari pemblajaran yang telah dilakukan

Dokumen yang terkait

Upaya peningkatan pemahaman konsep matematika siswa dengan pendekatan belajar bermakna (meaningful learning): penelitian tindakan kelas di SMP Waskita Madya Kota Tangerang

0 10 96

Meningkatkan pemahaman konsep zat adiktif pada makanan yang terintegrasi nilai melalui pendekatan pemecahann masalah (problem solving)

1 3 155

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Aljabar Berbasis TIMSS Pada Siswa SMP Kelas VIII

0 3 9

UPAYA MENINGAKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 BADIRI.

0 2 19

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA ALJABAR BERBASIS TIMSS PADA SISWA SMP KELAS VIII Analisis kemampuan pemecahan masalah matematika aljabar berbasis timss pada siswa kelas viii Semester gasal SMP Negeri 1 Mojosongo Tahun 2015/2016.

0 4 17

Upaya Peningkatan Kreativitas Memecahkan Masalah Melalui Model Pembelajaran Discovery Learning pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Upaya Peningkatan Kreativitas Memecahkan Masalah Melalui Model Pembelajaran Discovery Learning pada Siswa Kelas VIII SMP Neg

0 3 16

Upaya Peningkatan Kreativitas Memecahkan Masalah Melalui Model Pembelajaran Discovery Learning pada Siswa Kelas VIII Semester Genap Upaya Peningkatan Kreativitas Memecahkan Masalah Melalui Model Pembelajaran Discovery Learning pada Siswa Kelas VIII SMP

0 6 9

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Dengan Model Pembelajaran Inquiry Learning Pada Siswa Kelas VII A Semester Genap SMP Negeri 2 Kartasura Tahun Ajaran

0 2 13

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Dengan Model Pembelajaran Inquiry Learning Pada Siswa Kelas VII A Semester Genap SMP Negeri 2 Kartasura Tahun Ajaran

0 2 16

PENINGKATAN KETERAMPILAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI DISCOVERY LEARNING PADA SISWA Peningkatan Keterampilan Pemecahan Masalah Matematika Melalui Discovery Learning Pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 1 Bulukerto Tahun Ajaran 2014/201

0 3 17