Model Experiential Learning Deskripsi Teoritik
kegiatan dan Refleksi analisis dampak kegiatan terhadap perkembangan individu. Ketiganya merupakan kontribusi penting
dalam tercapainya tujuan pembelajaran. Relasi dari ketiganya dapat digambarkan sebagai berikut:
18
Bagan 2.1
Relasi antara EL dengan Aspek Pembelajaran
Sedangkan dalam merancang experiental learning, ada 4 tahapan yang harus dilalui yaitu:
1. Experiencing : tantangan pribadi atau kelompok,
2. Reviewing
: menggali individu untuk mengkomunikasikan pembelajaran dari pengalaman yang didapat,
3. Concluding : menggambarkan kesimpulan dan kaitan antara
masa lalu dan sekarang, serta 4.
Planning : menerapkan hasil pembelajaran yang dialaminya.
3 Peran Fasilitator
Di dalam proses belajar dengan model experiential learning, pengajar berfungsi sebagai seorang fasilitator. Artinya pengajar hanya
memberikan arah guide tidak memberikan informasi secara sepihak dan menjadi sumber pengetahuan tunggal. Setelah peserta didik
melakukan suatu
aktivitas, selanjutnya
peserta didik
akan mengabstraksikan sendiri pengalamannya.
Permasalahan yang
dihadapi, bagaimana cara menyelesaikan masalah, apa yang dapat
18
Ibid., h. 2.
dipelajari untuk memperbaiki diri dimasa depan. Jadi, pengajar lebih menggali pengalaman peserta itu sendiri. Untuk itu kemampuan yang
diperlukan untuk menjadi fasilitator adalah mengobservasi perilaku peserta didik, menghidupkan suasana aktif partisipatif, bersikap netral
dan percaya atas kemampuan peserta didik untuk memecahkan persoalannya sendiri.
4 Tahap-tahap Experiential Learning
Model Experiential Learning sebagai pembelajaran dapat dilihat sebagai sebuah siklus yang terdiri dari dua rangkaian yang berbeda,
memiliki daya tangkap dalam pemahaman dan memiliki tujuan yang berkelanjutan. Bagaimanapun, kesemua itu harus diintegrasikan
dengan urutan untuk mempelajari apa yang terjadi. Daya tangkap dalam memahami sesuatu sangat dipengaruhi oleh pengamatan yang
dialami lewat pengalaman, sementara tujuan yang berkelanjutan berhubungan dengan perubahan dari pengalaman. Komponen-
komponen tersebut harus saling berhubungan untuk memperoleh pengetahuan.
Dengan kata lain dapat disingkat sebagai beriku t “pengamalan
yang dilakukan sendirian tidak cukup dijadikan pembelajaran, harus dilakukan secara terperinci dan perubahan yang dilakukan sendiri tidak
dapat mewakili yang dibutuhkan pembelajaran, untuk itu diperlukan perubahan yang dibutuhkan dalam pembelajaran”. David Kolb,
mengembangkan Model
Experiential Learning
yang dapat
digambarkan seperti berikut ini:
19
19
Ilham Budiman, Model Pembelajaran Experiental Learning, 2011, h. 4, http:fisikasma-online.blogspot.com. 06 Desember 2011, 11:48 WIB.
Bagan 2.2
Siklus Model Experiential Learning David Kolb
Mengacu pada bagan di atas, pada dasarnya pembelajaran Model Experiential Learning ini sederhana dimulai dengan melakukan do,
refleksikan reflect dan kemudian terapkan apply. Jika dielaborasi lagi maka akan terdiri dari lima langkah, yaitu mulai dari proses
mengalami experience, berbagi share, analisis pengalaman tersebut proccess, mengambil hikmah atau menarik kesimpulan generalize,
dan menerapkan apply. Begitu seterusnya kembali ke fase pertama, alami. Siklus ini sebenarnya tidak pernah berhenti.
Masing-masing tujuan
dari rangkaian-rangkaian
tersebut kemudian muncullah langkah-langkah dalam proses pembelajaran,
yaitu: Concrete experience, Reflective observation, Abstract concep- tualization, Active experimentation.
Bagan 2.3
Siklus empat langkah dalam Experiential Learning David Kolb.
20
20
Ibid.
Adapun penjabaran dari langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Concrete experience feeling: Belajar dari pengalaman-
pengalaman yang spesifik. Peka terhadap situasi. Individu mempunyai pengalaman langsung yang konkrit.
2.
Reflective observation watching: Mengamati sebelum membuat
suatu keputusan dengan mengamati lingkungan dari perspektif- perspektif yang berbeda. Memandang dari berbagai hal untuk
memperoleh suatu makna. Kemudian ia mengembangkan observasinya atau merefleksikannya.
3.
Abstract conceptualization thinking: Analisa logis dari gagasan-
gagasan dan bertindak sesuai pemahaman pada suatu situasi. Dari itu dibentuk generalisasi dan abstraksi.
4.
Active experimentation doing: Kemampuan untuk melaksanakan
berbagai hal dengan orang-orang dan melakukan tindakan berdasarkan peristiwa. Termasuk pengambilan resiko. Implikasi itu
yang diambilnya dari konsep-konsep itu dijadikan sebagai pegangannya dalam menghadapi pengalaman-pengalaman baru.
21
Kemungkinan belajar melalui pengalaman-pengalaman nyata kemudian direfleksikan dengan mengkaji ulang apa yang telah
dilakukannya tersebut. Pengalaman yang telah direfleksikan kemudian diatur kembali sehingga membentuk pengertian-pengertian baru atau
konsep-konsep abstrak yang akan menjadi petunjuk bagi terciptanya pengalaman atau perilaku-perilaku baru. Proses pengalaman dan
refleksi dikategorikan sebagai proses penemuan finding out, sedangkan proses konseptualisasi dan implementasi dikategorikan
dalam proses penerapan taking action.
21
S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2010, cet. 14, h. 111.
Menurut experiential learning theory, agar proses belajar mengajar efektif, seorang siswa harus memiliki 4 kemampuan,
yakni:
22
Tabel 2.1
Empat Kemampuan Menurut Teori Experiential Learning
Kemampuan Uraian
Pengutamaan 1
Concrete Experience CE
Siswa melibatkan diri sepenuhnya dalam pengalaman.
Feeling perasaan 2
Reflection Observation
RO Siswa mengobservasi dan
merefleksikan atau memikirkan pengalaman dari berbagai segi.
Watcing mengamati
3 Abstract
Conceptuali zation AC
Siswa menciptakan konsep-konsep yang mengintegrasikan observasinya
menjadi teori yang sehat. Thinking berpikir
4 Active
Experimentation AE
Siswa menggunakan teori untuk memecahkan masalah-masalah dan
mengambil keputusan. Doing berbuat
Untuk menentukan gaya belajar orang, Kolb menciptakan suatu Learning Style Inventory LSI dan membedakan 4 tipe gaya pelajar,
yaitu:
23
1. “Converger”.
Pelajar ini lebih suka belajar bila dihadapinya soal yang mempunyai jawaban tertentu. Bila mereka menghadapi tugas atau
masalah, mereka segera berusaha menemukan jawaban yang tepat. Kemampuan utama mereka adalah AC dan AE. Orang serupa ini
termasuk tak-emosional dan lebih suka menghadapi benda daripada manusia. Biasanya minat mereka terbatas dan cenderung
untuk mengkhususkan diri dalam ilmu pengetahuan alam dan engineering.
2. “Diverger”.
22
Ibid., h. 112.
23
Ibid., h. 112-114.
Pelajar serupa ini lebih mengutamakan CE dan RO, kebalikan dari “converger”. Kekuatan mereka terletak pada kemampuan imajinasi
mereka. Mereka suka memandang sesuatu dari berbagai segi dan menjalin berbagai hubungan menjadi suatu keseluruhan yang bulat.
Mereka disebut “divergers” karena subur dalam melahirkan ide-ide baru dan trampil dalam “brainstorming”. Mereka ini suka
menghadapi manusia. Bidang spesialisasi mereka sering bahasa, kesusastraan, sejarah, dan ilmu-ilmu social lainnya. Bidang
pekerjaan yang sesuai dengan tipe ini antara lain, konseling, urusan personalia, dan pengembangan organisasi.
3. “Assimilator”.
Cara belajar kelompok ini terutama bersifat AC dan RO. Mereka menunjukkan kemampuan yang tinggi dalam menciptakan model
teori. Mereka
disebut assimilator,
karena mereka
suka mengasimilisasikan berbagai ragam hal menjadi suatu keseluruhan
yang bulat. Mereka kurang perhatian kepada menusia dan lebih tertarik kepada konsep-konsep yang abstrak. Mereka juga kurang
mengindahkan penerapan praktis dari ide-ide. Bidang studi yang mereka sukai ialah science dan matematika dan pekerjaan yang
sesuai bagi mereka ialah perencanaan dan penelitian. 4.
“Accomodator”. Mereka ini bertentangan minatnya dengan assimilator. Mereka ini
justru tertarik pada pengalaman yang konkrit CE dan eksperimentasi aktif AE. Mereka suka akan pengalaman baru dan
melakukan sesuatu. Mereka berani mengambil risiko dan disebut accommodator, karena mereka mampu menyesuaikan diri dalam
berbagai situasi yang baru. Mereka intuitif dan sering melakukan cara “trial-and-error” dalam memecahkan masalah-masalah.
Mereka kurang sabar dan ingin segera bertindak dan bila dihadapkan dengan teori yang tidak sesuai dengan fakta, mereka
cenderung untuk mengabaikannya saja. Bidang studi yang serasi
bagi mereka ialah lapangan usaha dan teknik dan menyukai pekerjaan dalam penjualan dan pemasaran.
Hubungan antara keempat tipe itu dapat digambarkan dalam bagan yang berikut:
Bagan 2.4
Learning Style Inventory dan 4 Tipe Gaya Pelajar
Peter Honey dan Alan Mumford mengembangkan sistem cara belajar mereka sebagai variasi pada model Kolb. Empat tahap yang
dikembangkan oleh Honey dan Mumford secara langsung saling terkait, karena berbeda dari model Kolb dimana cara belajar yang
merupakan produk kombinasi pembelajaran tahapan siklus. Yang khas dari presentasi Honey dan Mumford tentang gaya masing-masing
tahapan pada lingkaran atau empat tahap berhubung dengan putaran arus diagram.
Tahap1: Having an Experience, mempunyai sebuah Pengalaman dan berperan sebagai Activis gaya 1, baik di sini maupun
sekarang. Selain itu, orang dengan ciri ini juga suka berteman, mencari tantangan dan pengalaman, berpikiran
terbuka, dan merasa bosan dengan implementasi.
Tahap2: Reviewing the Experience, mengulas pengalaman dan berperan sebagai Reflectors gaya 2. Orang dengan tipe ini
berusaha mengarah ke belakang, mengumpulkan data, mempertimbangkan dan menganalisis, menunda mencapai
berbagai kesimpulan, mendengarkan sebelum berbicara, dan penuh pertimbangan.
Tahap3: Concluding from the Experience, menyimpulkan dari pengalaman
dan bersikap Theorists gaya 3. Orang dengan
tipe ini memikirkan segala hal melalui langkah-langkah yang logis, mengasimilasi berbagai fakta yang berbeda ke
dalam teori-teori yang koheren secara rasional dan objektif, serta menolak subjektivitas, juga sembrono dalam berbicara.
Tahap4: Planning the next steps, merencanakan langkah selanjutnya
dan bersikap Pragmatists gaya 4. Orang
dengan tipe ini berusaha mencari dan menguji coba ide baru, praktis, membumi, menikmati pemecahan masalah dan
membuat keputusan dengan cepat, serta bosan dengan pembicaraan yang panjang.
24
Dari tahapan di atas, ada kesamaan yang kuat antara Honey dan Mumford tahapan yang sesuai dan gaya belajar Kolb:
25
Activistc= Accommodating, Reflectorc= Diverging
Theoristc= Assimilating, Pragmatist = Converging
Bagan 2.5
24
Dina Indriana, Mengenal Ragam Gaya Pembelajaran Efektif, Jogjakarta: Diva Press, 2011, h. 129.
25
Budiman, op. cit., h. 6.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa model pembelajaran experiential learning merupakan model pembelajaran
yang memperhatikan atau menitikberatkan pada pengalaman yang akan dialami peserta didik. Dengan terlibat langsung dalam proses
belajar dan mengkonstruksi sendiri pengalaman-pengalaman yang didapat sehingga menjadi suatu pengetahuan.
Seperti halnya model pembelajaran lainnya, dalam menerapkan model experiential learning guru harus memperbaiki prosedur agar
pembelajarannya berjalan dengan baik. Menurut Oemar Hamalik, mengungkapkan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam model
pembelajaran experiential learning adalah sebagai berikut:
26
1. Guru merumuskan secara seksama suatu rencana pegalaman
belajar yang bersifat terbuka open minded mengenai hasil yang potensialmemiliki seperangkat hasil-hasil alternatif tertentu.
2. Guru memberikan rangsangan dan motivasi pengenalan terhadap
pengalaman. 3.
Siswa dapat bekerja secara individualbekerja dalam kelompok- kelompok
kecilkeseluruhan kelompok
di dalam
belajar berdasarkan pengalaman.
4. Para siswa di tempatkan di dalam situasi-situasi nyata pemecahan
masalah, bukan dalam situasi pengganti. 5.
Siswa aktif berpartisipasi di dalam pengalaman yang tersedia, membuat
keputusan sendiri,
dan menerima
konsekuensi berdasarkan keputusan tersebut.
6. Keseluruhan kelas menyajikan pengalaman yang telah dipelajari
sehubungan dengan mata pelajaran tersebut untuk memperluas pengalaman belajar dan pemahaman guru melaksanakan pertemuan
yang membahas bermacam-macam pengalaman tersebut.
26
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2010, cet. 11, h. 213.
Berdasarkan pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran experiential learning disusun dan dilaksanakan
dengan berangkat dari hal-hal yang dimiliki oleh peserta didik. Prinsip inipun berkaitan dengan pengalaman di dalam melaksanakan tugas dan
pekerjaan serta dalam cara-cara belajar yang biasa dilakukan oleh peserta didik.
5 Tujuan Experiential Learning
Experiential learning dapat didefinisikan sebagai tindakan untuk mencapai sesuatu berdasarkan pengalaman yang secara terus menerus
mengalami perubahan guna meningkatkan keefektifan dari hasil belajar itu sendiri.
6 Manfaat Experiential Learning
Beberapa manfaat model experiential learning secara individual antara lain adalah:
1 Meningkatkan kesadaran akan rasa percaya diri.
2 Meningkatkan kemampuan berkomunikasi, perencanaan dan
pemecahan masalah. 3
Menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan untuk menghadapi situasi yang buruk.
4 Menumbuhkan dan meningkatkan komitmen dan tanggung jawab.
5 Mengembangkan ketangkasan, kemampuan fisik dan koordinasi.
Sedangkan manfaat model experiential learning dalam
membangun dan meningkatkan kerjasama kelompok antara lain adalah:
1 Mengembangkan dan meningkatkan rasa saling ketergantungan
antar sesama anggota kelompok. 2
Meningkatkan keterlibatan dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.
3 Mengidentifikasi dan memanfaatkan bakat tersembunyi dan
kepemimpinan. 4
Meningkatkan empati dan pemahaman antar sesama anggota kelompok.