walaupun mereka sudah terbiasa berhadapan dengan soal pemecahan
masalah matematik saat diskusi kelompok. masalah matematik secara mandiri sesuai
dengan pemahamannya tanpa mengandalkan kelompoknya.
5. Dari hasil tes siklus I peneliti menemukan
banyak siswa setelah memahami masalah pada soal, membuat rencana
pemecahannya dan melakukan perhitungan, mereka melupakan tahap
pemeriksaan kembali hasil yang mereka dapat.
Peneliti harus menjelaskan dan mengingatkan kembali apa saja yang harus
dilakukan saat memecahkan masalah matematik kepada siswa saat mereka
berhadapan dengan soal pemecahan masalah matematik.
6. Peneliti masih belum bisa mengontrol
seluruh siswa sehingga masih terdapat siswa yang tertinggal dalam memahami
materi pelajaran. peneliti harus lebih mengkondisikan kelas
supaya siswa dapat belajar lebih aktif dan efektif dengan cara memberikan arahan
dan perhatian lebih kepada siswa yang tertinggal dalam memahami materi. Jika
hal tersebut tidak terjangkau juga, peneliti akan meminta bantuan guru kolaborator.
3. Pelaksanaan Pembelajaran Pada Siklus II
Tindakan pembelajaran siklus II merupakan hasil dari refleksi siklus I. Tindakan
ini berupa
perencanaan, pelaksanaan
tindakan dan
pengamatanobservasi, observasi dan analisis, dan tahap refleksi. Berikut adalah tahapan-tahapan tindakan pada pembelajaran siklus II:
a Tahap Perencanaan
Pembelajaran pada siklus II ini dilakukan sebagai bentuk perbaikan dari pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus I. Perbaikan untuk siklus
II ini meliputi: 1 memperbaiki anggota-anggota kelompok yang sebelumnya tidak sesuai, namun masih dengan ketentuan kelompok
heterogen, 2 menginstruksikan siswa untuk terlibat langsung dalam kelompok untuk mewujudkan pengalaman pada tahap concrete experience
kemudian pada tahapan selanjutnya setiap siswa memisahkan diri dari
kelompok untuk menyelesaikan tahapan experiential learning yang tersisa secara mandiri, 3 peneliti memperbaiki instrumen tes kemampuan
pemecahan masalah yang disesuaikan dengan kemampuan rata-rata siswa, 4 memberikan reward bagi siswa yang aktif baik saat berkelompok
maupun presentasi. Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan siklus II ini tidak jauh
berbeda dengan kegiatan yang dilakukan pada siklus I. Peneliti menentukan standar kompetensi dasar, indikator yang akan dicapai pada siklus II dan
menyusunnya menjadi rencana pelaksanaan pembelajaran RPP. Selain itu untuk menunjang pembelajaran disusun pula lembar kerja siswa LKS yang
dirancang sesuai model experiential learning, instrumen tes kemampuan pemecahan masalah, dan beberapa instrumen nontes berupa; lembar
observasi, jurnal harian, dan pedoman wawancara. Dengan guru kolaborator peneliti mendiskusikan RPP, dan merencanakan tindakan yang menjadi
perbaikan-perbaikan untuk siklus II berdasarkan hasil refleksi siklus I.
b Tahap pelaksanaan tindakan dan pengamatanobservasi
Siklus II ini terdiri dari lima pertemuan, empat pertemuan untuk proses pembelajaran dan satu pertemuan untuk tes akhir siklus II. Pelaksanaan
tindakan siklus II dimulai pada tanggal 19 April 2013 sampai dengan 3 Mei 2013. Materi pembelajaran pada siklus II ini yaitu menggunakan hubungan
sudut pusat, panjang busur, luas juring dalam pemecahan masalah, menghitung dan menentukan hubungan sudut pusat dan sudut keliling jika
menghadap busur yang sama, menggunakan sudut-sudut keliling dalam pemecahan masalah, menghitung dan menggunakan luas tembereng dalam
pemecahan masalah. Berikut adalah deskripsi data hasil intervensi tindakan siklus II pada
setiap pertemuan:
1. Pertemuan ke-6 Jumat, 19 April 2013
Pertemuan keenam merupakan pertemuan pertama di siklus II, peneliti dan guru klaborator masuk ke kelas VIII-5 pada jam ke-3 sampai dengan
jam ke-4 2 x 40 menit. Seperti biasanya ketua kelas segera menyiapkan semua siswa untuk berdiri dan memberi salam, peneliti dan guru
kolaboratorpun membalas salam dan semua siswa dipersilahkan duduk kembali. Pembelajaran diawali dengan mengecek kehadiran siswa, terdapat
2 siswa yang tidak hadir karena sakit dan yang hadir di kelas berjumlah 38 siswa. Kemudian peneliti menyebutkan nama anggota-anggota kelompok
yang telah diperbaharui oleh peneliti, guru kolaborator menginstruksikan siswa segera pindah tempat duduk sesuai dengan kelompok yang
disebutkan. Selanjutnya peneliti melakukan apersepsi dengan menginformasikan
indikator dan tujuan yang akan dicapai pada pertemuan kali ini, yaitu mengenai hubungan sudut pusat, panjang busur, luas juring dan
penggunaannya dalam pemecahan masalah matematik. Penelitipun menginformasikan tentang pentingnya mempelajari materi tersebut, dan
mengingatkan siswa akan materi perbandingan, unsur-unsur dan bagian- bagian lingkaran, keliling dan luas lingkaran yang telah dipelajari
sebelumnya. Tidak hanya itu, peneliti juga menginformasikan model pembelajaran yang akan diterapkan yakni model experiential learning
dengan beberapa perbaikan pada tahap reflection observation sampai tahap akhir dilakukan secara individu.
Peneliti menyajikan power point sebagai motivasi dan gambaran umum pengalaman yang akan dialami siswa, kemudian peneliti
membagikan lembar experience, karton, gunting, benang, dan alat lain yang diperlukan. Peneliti meminta tiap kelompok membaca langkah-langkah
pada tahap concrete experience dengan seksama, kemudian setiap anggota kelompok terlibat langsung untuk mewujudkan pengalaman yang diminta.
Diskusi kelompok berjalan lancar, sesekali ada siswa yang mengangkat tangan kanan dan memanggil peneliti untuk meminta bantuan, penelitipun
mengha mpiri kelompok yang mengalami kesulitan dan siswa bertanya; “ibu,
ini bener beginikan? Abis ini dihitung ya bu.. pake benang ama penggaris busur?
”, peneliti menjawab; “iyah itu sudah benar, jika kalian sudah
melakukan sesuai langkah-langkah yang tertera di lembar experience tidak perlu ragu, silahkan lanjutkan
”. Usai tahap concrete experience, peneliti membagikan LKS yang berisi
tahapan kedua, ketiga dan keempat dari experiential learning kepada setiap siswa. Peneliti menginstruksikan kepada siswa untuk menyelesaikan tahap
reflection observation sampai tahap active experimentation secara mandiri. Semua siswa mulai mengerjakan lembar kerja yang telah diberikan dan
sesekali melihat hasil experience yang telah dikerjakan berkelompok.
Gambar 4.7 Suasana Kelompok Mewujudkan Pengalaman
Peneliti dan
guru kolaborator
mengamati jalannya
proses pembelajaran, dan membantu siswa yang mengalami kesulitan. Nampak
beberapa siswa
dengan cepat
menyelesaikan tahap
abstract conceptualization, adapula yang mengabaikan tahap reflection observation
dan abstract conceptualization ia langsung mengerjakan tahap active experimentation, peneliti menghampiri dan menegurnya siswa tersebut
menanggapi; “saya ngga ngerti tahap yang ini bu... makanya saya langsung ke soal-soal
”, peneliti mengarahkan dan membantunya. Setelah semua siswa menyelesaikan LKSnya, peneliti meminta dua
orang siswa mempresentasikan hasil pemikirannya pada tahap kedua dan ketiga dan siswa yang lain diminta untuk menanggapinya, sebagai motivasi
peneliti akan menambahkan nilai bagi siswa yang berani mempresentasikan hasil pemikirannya di depan kelas dan juga bagi siswa yang menanggapi