RISIKO USAHA PERNYATAAN DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS

98 untuk menolak kebijakan tersebut. Pada bulan Desember 2010, Dewan Perwakilan Rakyat menyetujui rencana penggunaan BBM bersubsidi untuk sarana transportasi umum, dan membatasi penjualan BBM bersubsidi bagi pengguna kendaraan pribadi sumber: Surat Kabar Kontan, Desember 2010. Pemerintah mengambil kebijakan untuk meningkatkan subsidi BBM pada November 2012 berdasarkan UU No 19 Tahun 2012 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun 2013. Namun begitu, pada tanggal 22 Juni 2013, Pemerintah meningkatkan harga bensin bersubsidi sebesar 44 dan Solar bersubsidi sebesar 22 berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No.18 Tahun 2013. Dengan demikian tidak ada jaminan bahwa dimasa mendatang Pemerintah tidak akan melakukan perubahan kebijakan subsidi BBM. Berdasarkan UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, tarif untuk taksi reguler dan eksekutif ditentukan oleh masing-masing pemerintah daerah di wilayah di mana Perseroan beroperasi. Dengan demikian, perusahaan taksi tidak bisa meningkatkan tarif berdasarkan keputusan sendiri untuk menyesuaikan terhadap kenaikan harga BBM. Perusahaan taksi secara historis telah mampu membebankan kenaikan bahan bakar kepada para pelanggan melalui peningkatan tarif taksi karena adanya penyesuaian tarif oleh pemerintah lokal sumber: Surat Kabar Kompas, Juli 2013. Tidak ada jaminan bahwa Perseroan akan dapat terus melakukannya, karena kenaikan tarif tersebut ditentukan oleh pemerintah daerah terkait di mana Perseroan beroperasi. Peningkatan harga dapat mempengaruhi permintaan terhadap layanan taksi, limusin dan sewa mobil maupun sewa bus, serta bisnis, keadaan keuangan, hasil usaha dan prospek Perseroan. Sesuai dengan kebijakan bisnis Perseroan, Perseroan menanggung sebagian risiko yang terkait dengan kenaikan harga BBM, dimana Perseroan memberikan kompensasi kepada pengemudi Perseroan melalui peningkatan subsidi BBM, untuk pengemudi taksi regular atau penggantian biaya bahan bakar, untuk pengemudi limusin dan sewa mobil serta sewa bis. Sebagai hasilnya, ketidakmampuan untuk membebankan kenaikan harga BBM kepada pelanggan Perseroan secara penuh dapat memiliki dampak negatif terhadap marjin Perseroan yang kemudian dapat mempengaruhi secara negatif kondisi keuangan, hasil usaha dan prospek Perseroan.

4. Adanya risiko sehubungan dengan

penurunan kondisi perekonomian Indonesia atau perekonomian global. Layanan taksi, limusin, penyewaan mobil dan bis, hasil dari operasi dan prospek usaha Perseroan, senantiasa dipengaruhi oleh kondisi dan pertumbuhan perekonomian Indonesia serta perekonomian global. Jika terjadi suatu keadaan yang berpengaruh secara material dan negatif terhadap permintaan terhadap layanan jasa Perseroan hal ini dapat memberikan dampak negatif dan material terhadap kegiatan usaha, kondisi keuangan dan kinerja operasi serta prospek usaha Perseroan. Keadaan perekonomian Indonesia atau perekenomian global yang mengalami penurunan atau perlambatan yang menyebabkan penurunan kegiatan ekonomi secara menyeluruh dapat mengakibatkan melemahnya faktor – faktor pendorong utama kemajuan kegiatan usaha Perseroan, yaitu pertumbuhan PDB, pertumbuhan pendapatan domestik yang tersedia untuk dibelanjakan, pertumbuhan pendapatan pada segmen konsumen berpenghasilan menengah dan atas, dan pertumbuhan industri pariwisata Indonesia. Melemahnya faktor-faktor pendorong utama ini dapat menyebabkan turunnya permintaan layanan taksi, sewa mobil dan jasa penyewaan bis Perseroan yang pada akhirnya akan memberikan dampak negatif terhadap pendapatan, keuntungan dan hasil usaha Perseroan. Disamping itu, berkurangnya kepercayaan investor sebagai dampak dari gejolak yang terjadi di pasar keuangan juga dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan Perseroan untuk mendapatkan sumber pendanaan yang diperlukan untuk mendanai kebutuhan modal kerja dan belanja modal. Tidak ada jaminan bahwa peningkatan kondisi perekonomian dan ketahanan dalam menghadapi lambatnya perekonomian global akan terus berlanjut atau bahwa memburuknya kondisi ekonomi Indonesia dan seluruh kawasan Asia Pasifik yang pernah ada sebelumnya tidak akan terjadi lagi di masa depan. Secara khusus, berkurangnya kepercayaan investor terhadap sistem keuangan yang ada di pasar yang sedang berkembang dan juga pasar lainnya, atau disebabkan pengaruh faktor - faktor lainnya, dapat menyebabkan peningkatan volatilitas di pasar internasional dan pasar keuangan Indonesia sehingga menghambat atau memperburuk pertumbuhan ekonomi global dan perekonomian Indonesia. Situasi ekonomi global saat ini dapat menjadi lebih buruk dan dapat memberikan dampak kepada perekonomian Indonesia dan kegiatan usaha Perseroan. Terjadinya pelemahan dalam perekonomian Indonesia atau global dapat menyebabkan turunnya permintaan jasa transportasi darat dan selanjutnya mengakibatkan turunnya nilai penjualan, marjin dan keuntungan Perseroan. Ketidakpercayaan investor