Lambang Roda Kehidupan Lambang Bentuk Lingkaran pada Lampion Ditinjau dari Filsafat China

152 menghadap ke Selatan. Jika ditinjau dari filsafat China, Klenteng tersebut menganut prinsip energi Ch’i. Arah Selatan merupakan kekuatan Api. Posisi Selatan sangat baik untuk ruang tempat beraktifitas tinggi. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, matahari mengeluarkan energi paling panas beraktifitas tinggi ketika menduduki posisi Selatan. Arah Selatan merupakan sumber energi Ch’i tertinggi. Oleh karenanya, ruang yang diletakkan pada arah ini maklhuk hidup yang ada di dalamnya dapat menangkap menyerap energi ini sehingga memiliki semangat tinggi. Seseorang yang masuk ke dalam Klenteng tersebut, akan memiliki semangat untuk melakukan aktifitas ibadah dan doa. Menurut prinsip energi Ch’i, arah Selatan merupakan kekuatan Api. Api selaras dengan unsur Kayu dan Tanah. Kayu menghasilkan Api dan Api menghasilkan Tanah. Oleh karenanya, kontruksi bangunannya harus terdapat unsur Kayu dan Tanah. Ornamen pada Klenteng tersebut terbuat dari kayu dan berwarna kuning yang berarti unsur Tanah. Segala sesuatu harus harmoni seimbang, termasuk sebuah bangunan. Jika bangunan menghadap Selatan, maka harus terdapat unsur Kayu dan Tanah pada bangunannya. Sesuatu yang tidak seimbang, akan berdampak buruk. Warna pada bangunan Klenteng tersebut dominan warna kuning. Warna kuning Tanah pada bangunan yang menghadap Selatan, dalam filsafat China bersifat meredakan. Arah Selatan merupakan kekuatan Api. Kekuatan Api merah menghasilkan kekuatan Tanah kuning. Oleh karenanya warna kuning Tanah menyerap sebagian energi yang dihasilkan oleh kekuatan Api. Menurut filsuf Lao Tzu penganut Tao Te chia, pembalikan adalah gerak balik Tao. Hukum 153 tersebut merupakan hukum alam yang tidak berubah. Ketika sesuatu itu mencapai posisi ekstrem, maka akan berbalik darinya. Sesuatu yang ekstrem akan menghasilkan keburukan. Sebagai contoh, kebanyakan mengonsumsi gula dapat menyebabkan penyakit diabetes. Seseorang yang tidak terlalu banyak makan gula atau mengurangi sedikit gula, bagus untuk menjaga kesehatan tubuh. Akan tetapi jika seseorang mengambil langkah ekstrem yakni sama sekali tidak makan gula, bertujuan untuk menghindari diabetes, hal tersebut justru menimbulkan penyakit lain. Memang bukan penyakit diabetes, akan tetapi penyakit lain. Ingat salah satu organ tubuh kita ada yang memerlukan gula. Oleh karenanya, jika kurang mengonsumsi gula, dapat merusak organ tersebut. Kesimpulannya, segala sesuatu harus sewajarnya, mengambil jalan tengah, tidak terlalu banyak dan terlalu sedikit. Begitu juga bangunan. Antara meningkatkan, meredakan, dan menghancurkan yang baik adalah meredakan. Meningkatkan dan menghancurkan merupakan langkah ekstrem. Sebagai contoh, warna hijau kekuatan Kayu bertindak selaku warna penunjang kekuatan Api. Warna hijau meningkatkan kekuatan Api di sisi Selatan, karena Kayu menghasilkan Api. Warna hitam kekuatan Air bertindak selaku penghancur kekuatan Api, karena Air menghancurkan Api. Dua hal tersebut kurang bagus pada sebuah bangunan yang menghadap arah Selatan. 154 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada Klenteng Kwan Tee Kiong Yogyakarta terhadap studi ornamen, dapatlah ditarik sebuah kesimpulan bahwasannya: 1. Di balik ornamen China terdapat suatu ajaran atau filsafat mengenai hakikat kebenaran dari segala yang ada. China menciptakan ornamen dan diwariskan secara turun - temurun, bukan sekedar sebagai hiasan, akan tetapi bertujuan untuk melestarikan ajaran atau filsafat China dan menyebarkannya dari generasi ke generasi selanjutnya agar tidak hilang sepanjang zaman. Semua perbuatan, tentu berlandaskan tujuan. Dimana suatu tindakan diambil, di situ tentunya memiliki tujuan. Macam - macam figur ornamen China beranekaragam, terdapat motif tumbuhan, hewan, manusia, dan lain sebagainya. Setiap ornamen tersebut memiliki lambang yang berbeda - beda, seperti misalnya: ornamen Naga melambangkan kekuatan, Kelelawar melambangkan umur panjang dan kebahagiaan abadi, dan lain sebagainya. Setelah melakukan penelitian di Klenteng Kwan Tee Kiong Yogyakarta, mendapatkan suatu pengetahuan bahwasannya lambang - lambang tersebut mengandung ajaran atau filsafat China. Meskipun lambang - lambang tersebut beranekaragam, sesungguhnya ajaran atau filsafat yang terkandung di dalamnya mengarah ke satu kebenaran yaitu: “Segala sesuatu di Alam Semesta, yang beranekaragam wujud dan rupa, sesungguhnya hanya satu yaitu Dia Yang 155 Tiada. Sebelum adanya kehidupan, awalnya adalah kosong Yang Tiada. Kemudian muncul sesuatu berbentuk yang tiada lain adalah diri-Nya Yang Tiada. Dari Yang Tiada muncul diri-Nya, dari diri-Nya muncul diri-Nya kembali, begitu seterusnya. Ibarat saat bercermin. Seseorang yang ada dalam cermin, tiada lain adalah diri-Nya sendiri. Dia Yang Tiada mengisi segala sesuatu yang berbentuk dan tidak berbentuk. Aku adalah Dia. Dan Dia adalah Aku.”

B. Saran

1. Bagi Seluruh Lembaga Pendidikan pada Umumnya dan UNY pada Khususnya Ornamen China sangat bagus untuk diterapkan ke dalam dunia pendidikan, untuk memahami tentang kebesaran Tuhan. Di balik ornamen China terdapat suatu ajaran filsafat. China menciptakan ornamen dan mewariskannya secara turun - temurun, sesungguhnya bertujuan untuk melestarikan ajaran atau filsafat China dan menyebarkannya dari generasi ke generasi selanjutnya agar mereka memahami pengetahuan ini. Tidak mungkin seseorang melakukan suatu perbuatan, tanpa berlandaskan tujuan. Memang benar, ini berbeda agama, mempelajari ornamen China berarti mempelajari ajaran atau filsafat China, akan tetapi sesungguhnya semua agama yang beranekaragam, mengarahnya pada satu tujuan yang sama yaitu Dia Tuhan Yang Maha Esa. Ajaran atau filsafat utama yang terkandung di dalam ornamen China adalah: “Sesungguhnya segala sesuatu di Alam Semesta, yang beranekaragam wujud dan rupa, adalah satu yaitu Dia Yang Tiada. Sebelum adanya kehidupan,