Lambang Kekuatan Api Lambang Ornamen Burung Phoenix Ditinjau dari Filsafat China a. Lambang Keabadian

120 Jika semua ini bisa sepenuhnya berkembang, maka akan menjadi kebajikan tetap. Semua manusia memiliki perasaan simpati, perasaan malu dan segan, perasaan rendah hati dan kebersamaan, serta memahami antara yang benar dan salah. Perasaan simpati adalah permulaan rasa kemanusiaan, perasaan malu dan segan adalah permulaan kebajikan, perasaan rendah hati dan kebersamaan adalah permulaan kesopanan, serta pemahaman terhadap yang benar dan salah adalah permulaan kebijaksanaan. Rasa kemanusiaan, kebajikan, kesopanan, dan kebijaksanaan adalah kebajikan tetap kebaikan pada manusia.

e. Lambang Maklhuk Spiritual

Bapak Margo berkata, “Ornamen Burung Phoenix melambangkan maklhuk spiritual. Maklhuk ini merupakan salah satu maklhuk spiritual dari Naga, Qilin, dan Kura - kura. Dia bisa naik ke langit, oleh karenanya dilambangkan maklhuk spiritual.” Berdasarkan hasil wawancara, Burung Phoenix naik ke langit sama artinya dengan sesuatu yang berada di dalam fisik manusia sedang keluar dari fisiknya, keluar ke atas. Sesuatu yang keluar tersebut adalah Yang Tiada. Yang berada dalam fisik manusia adalah Yang Tiada. Maksud dari maklhuk spiritual sesungguhnya adalah Yang Tiada. Manusia yang berusaha mengeluarkan sesuatu yang berada di dalam dirinya disebut dengan pencapaian kenirwanaan. Nir berarti kosong kembali. Seseorang agar dapat mencapai atau menyatu dengan Yang Tiada nirwana, dia harus memiliki pengetahuan yang bukan pengetahuan. Menurut filsuf Chuang Tzu penganut Tao Te chia, tugas pengetahuan adalah untuk menciptakan perbedaan antara sesuatu dengan sesuatu yang lain. Seseorang 121 yang ingin menyatu dengan Yang Tiada, dia harus dapat menyatu dengan keseluruhan Alam Semesta. Oleh karenanya dia harus membuang segala pengetahuan. Jika pengetahuan benar - benar telah dapat terlupakan atau segala perbedaan telah terlupakan, maka yang ada hanyalah satu yang tak terbedakan yaitu Keseluruhan yang Besar. Seseorang merasakan bahwa dirinya dengan keseluruhan Alam Semesta adalah identik. Jika hal ini benar - benar telah tercapai, maka seluruh manusia, hewan, tumbuhan, benda, musim, kebahagiaan, penderitaan, semuanya adalah dirinya. Maka setelah ini yang dia rasakan hanyalah hampa atau kosong tak berasa. Penderitaan, kebahagiaan, tidak berasa sama sekali. Karena ia telah menyatu dengan kosong. Seseorang yang telah mencapai kenirwanaan, dia akan mengetahui bahwa sesungguhnya segala sesuatu di alam ini hanya satu yaitu Yang Tiada. Meskipun dilihat dari luarnya berbeda - beda, akan tetapi di dalamnya adalah sama yaitu satu, Yang Tiada. Seseorang yang benar - benar telah mencapai ini, maka di dunia ini dia akan melakukan pengembangan yang bukan pengembangan. Seperti yang diungkapkan oleh filsuf Huai Jang penganut ch’anisme, sebagai contoh ia ingin membuat sebuah kaca, akan tetapi yang ia lakukan adalah menggiling batubata. Mana mungkin dengan menggiling batubata dapat membuat sebuah kaca ? Pengembangan adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja untuk menghasilkan efek yang baik. Akan tetapi semua ini tidak akan kekal. Semua kekuatan memiliki batas akhirnya. Mereka semua terkait dengan roda kelahiran dan kematian. Seperti bola yang dilambungkan ke udara, ketika kekuatannya habis, maka akan jatuh ke tanah. Seseorang yang telah mencapai kenirwanaan, dia tidak bertujuan kembali. Karena