20 Terdapat berbagai tingkatan untuk mencapai kebahagiaan. Tingkatan
pertama pemahaman terhadap kebahagiaan relatif dan tingkat selanjutnya pemahaman terhadap kebahagiaan mutlak.
b. Jalan Mencapai Kebahagiaan Mutlak
Kebahagiaan relatif bersifat terbatas karena tergantung pada sesuatu. Kebahagiaan tersebut bisa berubah menjadi sesuatu penderitaan, apabila datang
suatu keadaan seperti kematian yang mengakhiri segala aktivitas manusia dan adanya sakit yang menghalangi kegiatan manusia. Di dalam Fung 2007, ketika
istri Chuang Tzu meninggal dunia, sahabatnya yang bernama Hui Shih datang meratapi dan menyatakan bela sungkawa. Ketika menyatakan bela sungkawa, Hui
Shih terkejut melihat Chuang Tzu yang justru menyanyi bukannya terlihat sedih. Dia bertanya kepada Chuang Tzu, bagaimana mungkin dia bisa bersikap demikian
terhadap istrinya. Chuang Tzu menjawab bahwa ketika istrinya meninggal dunia, dia tidak bisa menghindar dari pengaruh kejadian tersebut. Tetapi segera dia
memahami duduk permasalahan dari awalnya. Pada awalnya dia tidak hidup, tidak memiliki bentuk, bahkan tidak memiliki substansi. Tetapi entah bagaimana,
kemudian dia memiliki substansi, selanjutnya memiliki bentuk, dan dia menjadi hidup. Sekarang adanya perubahan lebih lanjut, dia meninggal. Penderitaan batin
yang dialami oleh Hui Shih sebagai akibat dari emosinya sama beratnya dengan hukuman fisik. Manusia bijaksana adalah manusia yang memiliki pemahaman
yang utuh tentang sifat kodrati. Dengan demikian, dia tidak memiliki emosi, sehingga mencapai kebahagiaan mutlak.
21
c. Manusia Bijaksana Tidak Pernah Berhenti Hidup
Alam Semesta adalah kesatuan segala sesuatu. Jika kita telah mencapai kesatuan ini dan mengidentikkan diri kita dengannya, maka anggota - anggota
tubuh kita tak ubahnya seperti debu dan kotoran, sedangkan hidup dan mati tak ubahnya seperti berurutannya siang dan malam. Menurut Fung 2007, jika kita
mempunyai sebuah barang berharga, kemudian kita simpan di tempat yang aman dan dikunci rapat. Kunci tersebut disimpan di dalam sebuah batu yang sangat
keras dan besar. Mungkin hal tersebut cukup aman. Akan tetapi ada saja suatu ketika datang seorang yang sangat kuat bisa memecahkan batu meskipun cukup
dengan tangannya. Jika kita menyimpan sesuatu di dalam Alam Semesta, maka tidak pernah ada kesempatan baginya untuk hilang. Alam Semesta tidak pernah
berhenti ada. Oleh karena itu, orang suci tidak pernah berhenti ada. Uraian di atas diperkuat oleh Lestie 2001, bahwa seseorang yang telah
menyatu dengan diri sejatinya Yang Tiada, maka dia merasakan bahwa keseluruhan Alam Semesta adalah dirinya. Sesungguhnya segala sesuatu di Alam
Semesta adalah Yang Tiada. Seseorang merasakan bahwa segala sesuatunya berbeda, karena seseorang terikat dengan tubuh ini, manakala dia telah menyatu
dengan diri sejatinya Yang Tiada, maka semuanya adalah satu dirinya. Dia merasakan bahwa dia tidak pernah berhenti ada. Karena segala sesuatu adalah
dirinya Yang Tiada.
d. Pengetahuan yang Bukan Pengetahuan
Agar bisa menyatu dengan Kesatuan Yang Besar, manusia bijaksana harus melampaui dan melupakan perbedaan yang ada di antara segala sesuatu dengan