Hui Shih, Filsuf Ming Chia

18 menyainginya. Dia bisa terus melangkah ke depan tanpa ada penghalang yang mengganggunya.

d. Tidak Melakukan Apapun

Tao adalah yang menyebabkan adanya segala sesuatu. Tao bukanlah sesuatu, akan tetapi menyebabkan segala sesuatu menjadi ada. Tao tidak memiliki sifat yang sama seperti segala sesuatu. Oleh karenanya, Dia tidak melakukan apapun, akan tetapi tidak ada sesuatupun yang tidak dikerjakan-Nya. Menurut Fung 2007, seorang penguasa harus mengikuti Tao, tidak melakukan apapun untuk rakyatnya. Hendaknya dia membiarkan rakyat melakukan apapun yang bisa mereka kerjakan sendiri. Kekacauan di dunia muncul karena terlalu banyak hal yang dikerjakan. Misalnya, semakin banyak senjata tajam yang dimiliki rakyat, maka negara semakin kacau. Semakin banyak terdapat pengrajin ahli yang cerdik, maka semakin banyak terdapat rekayasa yang busuk. Hal ini diperkuat oleh Ordy 2010, bahwa penguasa bijaksana adalah campakkan kearifan, singkirkan pengetahuan, maka rakyat akan memperoleh manfaat seratus kali lipat; campakkan rasa kemanusiaan, singkirkan rasa keadilan, maka rakyat akan menjadi penurut dan memiliki rasa kebersamaan; campakkan keahlian, singkirkan keuntungan, maka pencuri akan lenyap; jangan mengagung - agungkan orang - orang terhormat, maka rakyat tidak akan bertengkar lagi; jangan memandang tinggi benda - benda berharga yang sulit diperoleh, maka pencuri tidak aka nada lagi. Intinya, jika rakyat tidak pernah melihat benda - benda yang membangkitkan keinginan, maka pikiran mereka tidak akan rancu. 19 Penguasa hendaknya tidak melakukan apapun, akan tetapi tidak ada sesuatupun yang tidak dikerjakannya. Keberadaannya saja, maka kehidupan akan teratasi dengan sendirinya. Penguasa memiliki shu seni dalam mengurus masalah dan memperlakukan manusia sehingga mereka memperoleh penanganan tanpa mengetahui bagaimana cara menangani mereka. 7. Chuang Tzu, Tahap Ketiga Tao Te Chia Chuang Tzu, dilahirkan pada 369 SM di Negara Meng dan meninggal pada 286 SM. Di negara kecil yang bernama Meng tersebut, dia menjalani hidup sebagai seorang pertapa Fung: 2007.

a. Jalan Mencapai Kebahagiaan Relatif

Chuang Tzu membuat sebuah perbedaan antara yang bersifat kodrati dengan yang bersifat manusiawi. Yang bersifat kodrati adalah yang batiniah dan bersifat manusiawi adalah yang lahiriah. Menggunakan kemampuan kodrat kita secara penuh dan bebas adalah kebahagiaan relatif Fung: 2007. Yang bersifat kodrati, contohnya: Gajah berkaki empat, dan yang bersifat manusiawi, seperti: orang berkulit hitam berkeinginan memiliki kulit putih, maka melakukan operasi pengambilan pigmen yang justru dapat menimbulkan penyakit tumbuh yaitu kanker kulit. Mengikuti hal yang bersifat kodrati merupakan sumber kebahagiaan dan kebaikan, sedangkan mengikuti hal yang bersifat manusiawi merupakan sumber kepedihan dan keburukan. 20 Terdapat berbagai tingkatan untuk mencapai kebahagiaan. Tingkatan pertama pemahaman terhadap kebahagiaan relatif dan tingkat selanjutnya pemahaman terhadap kebahagiaan mutlak.

b. Jalan Mencapai Kebahagiaan Mutlak

Kebahagiaan relatif bersifat terbatas karena tergantung pada sesuatu. Kebahagiaan tersebut bisa berubah menjadi sesuatu penderitaan, apabila datang suatu keadaan seperti kematian yang mengakhiri segala aktivitas manusia dan adanya sakit yang menghalangi kegiatan manusia. Di dalam Fung 2007, ketika istri Chuang Tzu meninggal dunia, sahabatnya yang bernama Hui Shih datang meratapi dan menyatakan bela sungkawa. Ketika menyatakan bela sungkawa, Hui Shih terkejut melihat Chuang Tzu yang justru menyanyi bukannya terlihat sedih. Dia bertanya kepada Chuang Tzu, bagaimana mungkin dia bisa bersikap demikian terhadap istrinya. Chuang Tzu menjawab bahwa ketika istrinya meninggal dunia, dia tidak bisa menghindar dari pengaruh kejadian tersebut. Tetapi segera dia memahami duduk permasalahan dari awalnya. Pada awalnya dia tidak hidup, tidak memiliki bentuk, bahkan tidak memiliki substansi. Tetapi entah bagaimana, kemudian dia memiliki substansi, selanjutnya memiliki bentuk, dan dia menjadi hidup. Sekarang adanya perubahan lebih lanjut, dia meninggal. Penderitaan batin yang dialami oleh Hui Shih sebagai akibat dari emosinya sama beratnya dengan hukuman fisik. Manusia bijaksana adalah manusia yang memiliki pemahaman yang utuh tentang sifat kodrati. Dengan demikian, dia tidak memiliki emosi, sehingga mencapai kebahagiaan mutlak.