21
c. Manusia Bijaksana Tidak Pernah Berhenti Hidup
Alam Semesta adalah kesatuan segala sesuatu. Jika kita telah mencapai kesatuan ini dan mengidentikkan diri kita dengannya, maka anggota - anggota
tubuh kita tak ubahnya seperti debu dan kotoran, sedangkan hidup dan mati tak ubahnya seperti berurutannya siang dan malam. Menurut Fung 2007, jika kita
mempunyai sebuah barang berharga, kemudian kita simpan di tempat yang aman dan dikunci rapat. Kunci tersebut disimpan di dalam sebuah batu yang sangat
keras dan besar. Mungkin hal tersebut cukup aman. Akan tetapi ada saja suatu ketika datang seorang yang sangat kuat bisa memecahkan batu meskipun cukup
dengan tangannya. Jika kita menyimpan sesuatu di dalam Alam Semesta, maka tidak pernah ada kesempatan baginya untuk hilang. Alam Semesta tidak pernah
berhenti ada. Oleh karena itu, orang suci tidak pernah berhenti ada. Uraian di atas diperkuat oleh Lestie 2001, bahwa seseorang yang telah
menyatu dengan diri sejatinya Yang Tiada, maka dia merasakan bahwa keseluruhan Alam Semesta adalah dirinya. Sesungguhnya segala sesuatu di Alam
Semesta adalah Yang Tiada. Seseorang merasakan bahwa segala sesuatunya berbeda, karena seseorang terikat dengan tubuh ini, manakala dia telah menyatu
dengan diri sejatinya Yang Tiada, maka semuanya adalah satu dirinya. Dia merasakan bahwa dia tidak pernah berhenti ada. Karena segala sesuatu adalah
dirinya Yang Tiada.
d. Pengetahuan yang Bukan Pengetahuan
Agar bisa menyatu dengan Kesatuan Yang Besar, manusia bijaksana harus melampaui dan melupakan perbedaan yang ada di antara segala sesuatu dengan
22 sesuatu yang lain. Cara yang bisa ditempuh untuk mencapai hal ini adalah dengan
membuang pengetahuan. Tugas pengetahuan adalah untuk menciptakan perbedaan antara sesuatu itu dengan sesuatu yang lain. Oleh karena itu,
membuang pengetahuan artinya melupakan segala perbedaan - perbedaan ini. Manakala segala perbedaan itu telah terlupakan, maka yang ada hanyalah satu
yang tak terbedakan yaitu Keseluruhan Yang Besar. Seseorang yang telah mencapai ini, maka nir kosong, hampa. Mereka tidak lagi memiliki rasa
keinginan dan ketidakinginan, penderitaan dan kebahagiaan, atau bisa juga disebut tak berasa Fung: 2007.
8. Praktisi Ilmu Gaib, Filsuf Yin Yang Chia
Mazhab yin yang berasal dari para praktisi ilmu gaib. Ketika feodalisme masih menghiasi awal - awal abad kekuasaan Dinasti Chou, setiap istana para
aristokrat dilengkapi dengan para ahli pusaka yang menguasai berbagai jenis ilmu gaib. Mereka menjadi konsultan ketika terdapat suatu tindakan penting yang
sedang dipertimbangkan secara matang. Tetapi dengan adanya disintegrasi feodalisme secara berangsur - angsur, banyak dari para ahli ini yang kehilangan
posisi mereka dan tersebar ke seluruh pelosok negeri, dimana mereka melanjutkan praktek ilmunya di antara rakyat. Ajaran yang terkandung di dalam mazhab ini
adalah yin merupakan prinsip betina dan yang merupakan prinsip jantan, kombinasi dan interaksi dari dua prinsip ini menghasilkan seluruh fenomena yang
ada di alam semesta Fung: 2007.