Lambang Sifat Dasar Manusia
121 yang ingin menyatu dengan Yang Tiada, dia harus dapat menyatu dengan
keseluruhan Alam Semesta. Oleh karenanya dia harus membuang segala pengetahuan. Jika pengetahuan benar - benar telah dapat terlupakan atau segala
perbedaan telah terlupakan, maka yang ada hanyalah satu yang tak terbedakan yaitu Keseluruhan yang Besar. Seseorang merasakan bahwa dirinya dengan
keseluruhan Alam Semesta adalah identik. Jika hal ini benar - benar telah tercapai, maka seluruh manusia, hewan, tumbuhan, benda, musim, kebahagiaan,
penderitaan, semuanya adalah dirinya. Maka setelah ini yang dia rasakan hanyalah hampa atau kosong tak berasa. Penderitaan, kebahagiaan, tidak berasa sama
sekali. Karena ia telah menyatu dengan kosong. Seseorang yang telah mencapai kenirwanaan, dia akan mengetahui bahwa sesungguhnya segala sesuatu di alam
ini hanya satu yaitu Yang Tiada. Meskipun dilihat dari luarnya berbeda - beda, akan tetapi di dalamnya adalah sama yaitu satu, Yang Tiada. Seseorang yang
benar - benar telah mencapai ini, maka di dunia ini dia akan melakukan pengembangan yang bukan pengembangan. Seperti yang diungkapkan oleh filsuf
Huai Jang penganut ch’anisme, sebagai contoh ia ingin membuat sebuah kaca,
akan tetapi yang ia lakukan adalah menggiling batubata. Mana mungkin dengan menggiling batubata dapat membuat sebuah kaca ? Pengembangan adalah usaha
yang dilakukan dengan sengaja untuk menghasilkan efek yang baik. Akan tetapi semua ini tidak akan kekal. Semua kekuatan memiliki batas akhirnya. Mereka
semua terkait dengan roda kelahiran dan kematian. Seperti bola yang dilambungkan ke udara, ketika kekuatannya habis, maka akan jatuh ke tanah.
Seseorang yang telah mencapai kenirwanaan, dia tidak bertujuan kembali. Karena
122 yang dia lihat, ketika
Ch’i kekuatan berkeinginan untuk membentuk, maka sesuatu akan terbentuk. Akan tetapi kemudian
Ch’i tersebut berkeinginan untuk mengurai, sehingga menjadi kosong kembali. Selanjutnya terbentuk lagi,
mengurai lagi, begitu seterusnya tiada akhir. Dia tidak lagi memiliki tujuan di dunia ini. Oleh karenanya dia melakukan sesuatu yang biasanya dilakukan oleh
manusia, akan tetapi yang dilakukan tersebut bukan untuk mencapai suatu tujuan. Apapun yang dia lakukan tidak memerlukan pengaruh apapun. Oleh karenanya
pengembangan yang bukan pengembangan adalah melakukan berbagai tugas tanpa diikuti unsur usaha yang bersifat disengaja atau maksud - maksud tertentu,
yakni melakukan wu wei tanpa tindakan dan wu hsin tanpa pikiran, hasil dari perbuatan tersebut tidak untuk menghasilkan pengaruh baik atau pengaruh
apapun. Karena baginya baik dan buruk adalah sama yaitu kosong hampa. Menurut filsuf
Nan Ch’uan penganut ch’anisme, seseorang yang telah mencapai kenirwanaan, dia masih memiliki tugas lain. Tugas tersebut tiada lain adalah
kegiatan manusia kehidupan sehari - hari, karena dia masih dalam keadaan manusia. Dia melakukan apapun seperti yang dilakukan manusia pada umumnya,
akan tetapi apa yang dia lakukan tersebut tidak bertujuan kembali. Makan setiap hari, tetapi tidak pernah menelan sebutir padi. Berpakaian setiap hari, tetapi tidak
pernah menyentuh seutas benang. Dia melakukan semua itu, karena itu memang harus dia lakukan sebagai dalam wujud manusia, tetapi dia sekedar melakukan,
tanpa memiliki tujuan sama sekali. Inilah yang dinamakan pencapaian yang bukan pencapaian.
Dia makan,
kelihatannya dia
memang bertujuan
untuk mempertahankan kehidupannya, akan tetapi sesungguhnya dia tidak bertujuan
123 untuk mempertahankan kehidupannya. Dia berpakaian, kelihatannya dia bertujuan
untuk menutupi badan, akan tetapi sesungguhnya dia tidak bertujuan untuk menutupi badan.