26 pertimbangan atas dasar pemantauan kelompok pengikut dan
kelompok penentang beserta dinamikanya.
2. Pendidikan Multikultural
a. Pemahaman pendidikan multikultural
Ainnurofiq Dawam 2003: 100 menjelaskan pendidikan multikultural secara etimologis terdiri dari dua kata yaitu pendidikan
dan multikultural. Pendidikan adalah proses pengembangan sikap dalam usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran, pelatihan dan
dengan cara mendidik.
Mahmud dan Ija Suntana 2012: 113 berpendapat bahwa dalam perspektif antropologis, pendidikan merupakan gejala budaya. Dengan
demikian, menurut para antropolog, pendidikan adalah setiap sistem budaya atau instruksi intelektual yang formal atau semiformal.
Pendidikan adalah ciri masyarakat manusia yang universal. Walaupun sebagai universalisme kebudayaan, sifat spesifiknya sangat berbeda
antara masyarakat yang satu dan masyarakat yang lainnya. Dwi Siswoyo dkk 2008 memaparkan bahwa dalam arti teknis, pendidikan
adalah proses di mana masyarakat, melalui lembaga-lembaga pendidikan sekolah, perguruan tinggi atau lembaga-lembaga lain,
dengan sengaja mentransformasikan warisan budayanya, yaitu pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan-keterampilan dari generasi ke
generasi Dwi Siswoyo, dkk, 2008: 17-19.
27 Berdasarkan beberapa definisi di atas dimaknai bahwa
pendidikan pada dasarnya dapat dilihat menggunakan dua cara pandang yaitu pendidikan dalam arti sempit dan pendidikan dalam arti yang luas.
Dalam arti sempit, makna pendidikan adalah proses mentransmisikan nilai-nilai dan pengetahuan kepada peserta didik secara formal
berdasarkan undang-undang. Pendidikan dalam arti yang luas tidak terpaku pada tempat pendidikan berlangsung, misalnya lembaga formal
seperti sekolah dan perguruan tinggi. Pendidikan dapat berlangsung di mana saja dan dalam lingkungan apapun, tidak hanya berkisar pada
lingkungan sekolah atau formal semata. Pendidikan dapat berlangsung dalam kehidupan bermasyarakat atau sosial, dalam peribadatan atau
agama, dalam kehidupan berpolitik, serta dalam lingkungan sosial
lainnya.
Berdasarkan definisi di atas diperoleh juga pengertian bahwa pendidikan berkaitan dengan gejala budaya dan masyarakat. Oleh
karena itu, sebagai bagian dari kehidupan masyarakat, kegiatan pendidikan selalu berkaitan dengan aspek-aspek kehidupan masyarakat,
seperti kehidupan ekonomi, sosial, politik, agama, dan kebudayaan masyarakat yang masing-masing mengalami fluktuasi menuju pola-pola
perkembangan yang saling mempengaruhi Arif Rohman: 2012: 3. Hal ini menegaskan bahwa pendidikan selalu bersinggungan dengan sifat
multikultural masyarakat.
28 Multikultural berasal dari kata multi yang berarti beragam dan
kultur yang berarti budaya. Secara hakiki, dalam kata itu terkandung pengakuan akan martabat manusia yang hidup dalam komunitasnya
dengan kebudayaannya masing-masing yang unik Choirul Mahfud, 2006: 75. Multikulturalisme ternyata bukanlah suatu pengertian yang
mudah. Di dalamnya mengandung dua pengertian yang sangat kompleks yaitu “multi” yang berarti plural, “kulturalisme” berisi
pengertian kultur atau budaya. Istilah plural mengandung arti yang berjenis-jenis, karena pluralisme bukan berarti sekedar pengakuan akan
adanya hal-hal yang berjenis-jenis tetapi juga pengakuan tersebut mempunyai implikasi-implikasi politis, sosial, dan ekonomi. Oleh
sebab itu pluralisme berkaitan dengan prinsip-prinsip demokrasi
H.A.R. Tilaar, 2004: 82.
Andersen dan Cusher dalam Abdul Munir Mulkhan 2005 menyatakan bahwa pendidikan multikultural diartikan sebagai
pendidikan mengenai keragaman kebudayaan. Artinya, pendidikan multikultural ingin mengeksplorasi perbedaan sebagai keniscayaan.
Kemudian bagaimana cara menghadapi perbedaan tersebut dengan
penuh toleran dan semangat egaliter.
Muhaemin E l Ma’hady dalam Choirul Mahfud 2006: 168
berpendapat, pendidikan multikultural adalah pendidikan tentang keragaman kebudayaan dalam merespon perubahan demografis dan
kultural di lingkungan masyarakat tertentu bahkan dunia secara
29 keseluruhan. Pendidikan multikultural merupakan respon terhadap
perkembangan keragaman populasi sekolah, sebagaimana tuntutan persamaan hak bagi setiap kelompok. Dalam dimensi lain, pendidikan
multikultural merupakan pengembangan kurikulum dan aktivitas pendidikan untuk memasuki berbagai pandangan, sejarah, prestasi,
gender, etnik, ras, budaya, strata sosial dan agama.
Howard 1993 dalam Farida Hanum dan Sisca Rahmadona 2010 berpendapat bahwa pendidikan multikultural memberikan
kompetensi multikultural. Dengan demikian pendidikan multikultural harus dibelajarkan sejak dini, sehingga anak mampu menerima dan
memahami perbedaan budaya yang berdampak pada perbedaan usage, folkways, mores, dan customs. Dengan pendidikan multikultural,
peserta didik mampu menerima perbedaan, kritik, dan memiliki rasa empati, toleransi pada sesama tanpa memandang golongan, status,
gender, dan kemampuan akademik.
Lebih dalam lagi, Ainul Yaqin 2005: 25 mengungkapkan bahwa pendidikan multikultural adalah strategi pendidikan yang
diaplikasikan ke dalam semua jenis mata pelajaran yang mengakomodir perbedaan-perbedaan kultural yang ada pada peserta didik. Seperti
perbedaan etnis, agama, bahasa, gender, kelas sosial, kemampuan dan umur, agar proses belajar menjadi efektif dan mudah. Pendidikan
multikultural juga diperlukan dalam menumbuhkan karakter peserta didik agar mampu bersikap demokratis, humanis dan pluralis dalam
30 lingkungan mereka. Pendapat selanjutnya disampaikan oleh Agus
Salim 2006: 25 yang menyatakan bahwa pendidikan multikultural adalah suatu proses yang memberikan penyadaran dalam keragaman
hidup bersama di bidang sosial, ekonomi, dan budaya dengan menanamkan nilai-nilai toleransi, empati, simpati, dan solidaritas sosial
dalam masyarakat multikultural. Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan
multikultural adalah proses penyadaran dan pengembangan potensi manusia agar dapat menghargai pluralitas dan heterogenitas, meliputi
keberagaman budaya, ras, seksualitas dan gender, etnisitas, agama, status sosial, ekonomi, dan lainnya, yang harus diberikan kepada
peserta didik sedini mungkin. Hal ini dilakukan agar peserta didik mampu menerima perbedaan, kritik, dan memiliki rasa toleran
antarsesama.
Mengenai fokus pendidikan multikultural, Tilaar 2004 mengungkapkan bahwa dalam program pendidikan multikultural, fokus
tidak lagi diarahkan semata-mata kepada kelompok rasial, agama dan kultural dominan atau mainstream. Fokus seperti ini pernah menjadi
tekanan pada pendidikan interkultural yang menekankan peningkatan pemahaman dan toleransi individu-individu yang berasal dari kelompok
minoritas terhadap budaya mainstream yang dominan, yang pada akhirnya menyebabkan orang-orang dari kelompok minoritas
terintegrasi ke dalam masyarakat mainstream. Pendidikan multikultural
31 sebenarnya merupakan sikap “peduli” dan mau mengerti difference,
atau politics of recognition politik pengakuan terhadap orang-orang
dari kelompok minoritas. Dalam konteks itu, pendidikan multikultural
melihat masyarakat secara lebih luas. Berdasarkan pandangan dasar bahwa sikap “indifference” dan “non-recognition” tidak hanya berakar
pada ketimpangan struktur rasial, tetapi paradigma pendidikan multikultural mencakup subjek-subjek mengenai ketidakadilan,
kemiskinan, penindasan, dan keterbelakangan kelompok-kelompok minoritas dalam berbagai bidang: sosial, budaya, ekonomi, pendidikan,
dan lain sebagainya. Berdasarkan beberapa definisi di atas, diperoleh kesimpulan
bahwa pendidikan
multikultural pada
dasarnya diimplementasikan untuk menciptakan masyarakat yang menyadari dan
menghargai kemultikulturalan.
b. Pendekatan pendidikan multikultural