Penelitian yang Relevan KAJIAN PUSTAKA

44

e. Pemberdayaan kultur sekolah dan struktur sekolah

Dimensi ini merupakan tahap dilakukannya rekonstruksi baik struktur sekolah maupun kultur sekolah. Hal tersebut diperlukan untuk memberikan jaminan kepada semua siswa dengan latar belakang yang berbeda agar mereka merasa mendapatkan pengalaman dan perlakuan yang setara dalam proses pembelajaran di sekolah. Dimensi ini penting dalam memperdayakan budaya siswa yang dibawa ke sekolah yang berasal dari kelompok yang berbeda. Di samping itu, dapat digunakan untuk menyusun struktur sosial sekolah yang memanfaatkan potensi budaya siswa yang beranekaragam sebagai karakteristik struktur sekolah setempat, misalnya berkaitan dengan praktik kelompok, iklim sosial, latihan- latihan, partisipasi ekstrakurikuler dan penghargaan staf dalam merespon berbagai perbedaan yang ada di sekolah Rustam Ibrahim, 2013: 144.

B. Penelitian yang Relevan

Untuk menghindari duplikasi, peneliti melakukan penelusuran terhadap penelitian-penelitian terdahulu. Dari hasil penelusuran penelitian terdahulu, diperoleh beberapa masalah yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, yaitu: Pertama. Penelitian yang dilakukan oleh Evika Fiana Sari 2015 dengan judul “Pelaksanaan Pembelajaran Multikultural Kelompok TK di Labscholl Rumah Citta Yogyakarta” menyimpulkan bahwa: 1 Kurikulum 45 yang digunakan adalah kurikulum yang dibuat sendiri dan memiliki kekhasan, diantaranya inklusif, berpusat pada anak, multiple intelligence, pendidikan nilai universal, ramah lingkungan hidup, menghormati kearifan lokal, mandiri, kreatif, dan adil gender. Perencanaan pembelajaran disusun dengan memperhatikan perkembangan, latar belakang anak dan melibatkan anak. 2 Kegiatan pembelajaran sesuai dengan karakteristik usia anak TK yaitu memberikan stimulai kelima aspek perkembangan anak dan kegiatan terdiri dari: a kegiatan pra pembelajaran dilakukan dengan kegiatan transisi dan apersepsi di circle awal. b kegiatan inti mengenalkan identitas budaya, ras dan keberagaman yang ada di sekitar dengan pembelajaran yang konkret. c kegiatan penutup dilakukan di circle akhir yaitu melakukan review, refleksi, mengevaluasi dan informasi kegiatan berikutnya. 3 Faktor bawaan anak di antaranya agama, bahasa, suku, budaya, kebutuhan, kemampuan dan usia. 4 Bawaan guru di antaranya latar belakang pendidikan, budaya, suku, agama, dan pengalaman hidup. 5 Pedagogi yaitu strategi pembelajaran dan metode. 6 Faktor pendukungnya adalah adanya keberagaman yang ada di sekitar diantaranya anak, guru, staf dan orang tua. Faktor penghambatnya adalah guru dan kurikulum secara umum belum memuat multikultural dalam kebijakan kurikulum nasional. Kedua. Penelitian yang dilakukan oleh Nuryadin 2014 dengan judul “Pendidikan Multikultural di Pondok Pesantren Karya Pembangunan Puruk Cahu Kabupaten Murung Raya” menyimpulkan bahwa: 1 Pendidikan multikultural telah terimplementasi dalam kegiatan penyelenggaraan PPKP 46 yang terintegrasi dalam situasi dan kondisi aktivitas pondok pesantren meliputi: a desain kurikulum yang melibatkan yayasan dan pengurus pesantren. Desain kurikulum disusun berdasarkan pada dua orientasi yakni keadaan santri yang beragam dan kebutuhan tuntutan zaman. b Dalam pembelajaran, pendidikan multikultural diimplementasikan melalui penyisipan materi pembelajaran tentang kesediaan berpikiran luas dan terbuka serta tidak terjebak pada pemikiran dan perilaku radikal. Pembelajaran dilakukan dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab, penugasan, hafalan dan praktek langsung disertai strategi tertentu. c kepemimpinan pondok pesantren yang demokratis, terbuka dan mengakomodir keragaman pengurus maupun pengajar. d Lingkungan pondok pesantren yang terbuka bagi masyarakat dan penerapan tata tertib pondok yang dilandasi kemanusiaan dan keadilan. 2 Peranan pemimpin pondok pesantren dalam mengimplementasikan pendidikan multikultural meliputi peran sebagai mudir atau leader, pendidik dan anggota masyarakat. Wewenang yang diemban mudir terkait perannya adalah melaksanakan proses pembelajaran, menjalankan kurikulum, dan melaksanakan kepengasuhan santri. Selain itu juga terdapat aktivitas kemasyarakatan yang dilakukan mudir sebagai anggota masyarakat. 3 Sementara nilai-nilai pendidikan multikultural yang diterapkan di PPKP terlihat dari visi misi, dan motto pesantren, kepemimpinan pondok pesantren, pembelajaran, kegiatan pengembangan diri santri, aturan pondok pesantren, dan simbol sarana 47 prasarana. Nilai tersebut meliputi nilai demokrasi, nilai toleransi, nilai humanisme dan HAM, dan nilai inklusif dengan berbagai sisinya. Ketiga. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Rochmaniyah 2014 dengan judul “Implementasi Pendidikan Multikultural di Sekolah Inklusi SMP Tumbuh Yogyakarta” menyimpulkan bahwa: 1 dalam mengimplementasikan pendidikan multikultural, SMP Tumbuh Yogyakarta melakukan inovasi-kritis serta kreasi terhadap kurikulum yang ada dengan memasukkan nilai-nilai multikultural yang inklusif yakni dengan menyisipkan pendidikan multikultural ke dalam semua kegiatan belajar mengajar, baik melalui kegiatan intrakurikuler, ekstra kurikuler, maupun metode pembelajaran. Dengan begitu, peserta didik akan memiliki sikap saling menghargai, toleransi, terbuka dalam berfikir, dan percaya diri. 2 faktor pendukungnya adalah adanya kerjasama yang baik antara semua komponen sekolah, mulai dari murid, guru, karyawan, dan orangtua peserta didik. Adanya keluasan kepada peserta didik dalam mengembangkan potensinya baik melalui intra maupun ekstra kurikuler. 3 SMP Tumbuh masih tergolong sebagai sekolah baru, sehingga sarana dan prasarana sekolah masih kurang memadai dan belum banyak yang mengenal SMP Tumbuh Yogyakarta. Dari ketiga hasil penelitian yang dipaparkan di atas, terdapat kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, yaitu implementasi pendidikan multikultural. Akan tetapi, dari ketiga penelitian tersebut tidak ada yang benar-benar sama dengan masalah yang diteliti dalam penelitian ini. 48 Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian tentang alasan kebijakan pendidikan multikultural diterapkan di sekolah. Lebih jauh lagi, penelitian ini difokuskan pada strategi implementasi pendidikan multikultural yang dilihat pada: 1 struktur sosial yang dibangun sekolah; 2 pelaksanaan proses pembelajaran; 4 pengembangan kurikulum yang dilakukan oleh sekolah; 3 kultur yang dibangun oleh sekolah; dan 5 evaluasi pendidikan yang dijalankan oleh sekolah dalam mewujudkan pendidikan multikultural. Selain itu, perbedaan penelitian terdahulu terhadap penelitian yang dilakukan terletak pada pemilihan seting. Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu terletak pada beberapa poin hasil penelitian yang sudah ada, di antaranya: pada penelitian pertama dan kedua, persamaan terletak pada kegiatan pembelajaran pendidikan multikultural dan juga beberapa poin terkait dengan pengembangan kurikulum sekolah.

C. Alur Pikir Penelitian