163 multikultural melalui pemberdayaan kultur fisik dan non fisik yang
dimiliki. Kedua kultur tersebut dioptimalkan fungsinya sehingga dapat mewujudkan pendidikan multikultural.
Secara lebih ringkas, strategi pendidikan multikultural melalui kultur sekolah yang dibangun TK Katolik Sang Timur Yogyakarta
disajikan dalam tabel di berikut ini. Tabel 13. Strategi Pendidikan Multikultural melalui Kultur yang
Dibangun oleh Sekolah
Kultur yang Dibangun
Strategi yang Dilakukan
Kultur fisik Pemanfaatan slogan dan poster sebagai media penanaman
nilai multikultural. Kultur non fisik
Penanaman kultur persaudaraan, kultur kegembiraan, dan kultur kesederhanaan.
Pemberian keteladanan kepada peserata didik. Sumber: Olah Data Penelitian
e. Evaluasi pendidikan yang dijalankan dalam mewujudkan
pendidikan multikultural di TK Katolik Sang Timur Yogyakarta
Selayaknya lembaga pendidikan pada umunya, TK Katolik Sang Timur menyelenggarakan evaluasi pendidikan sebagai salah satu
aktivitas kelembagaan. Evaluasi yang dimaksudkan di sini adalah evaluasi sekolah dan evaluasi pembelajaran untuk mengetahui
kemajuan belajar peserta didik. Pelaksanaan evaluasi di TK Katolik Sang Timur Yogyakarta dijalankan sesuai dengan prosedur yang sudah
ditentukan. Pada aktivitas ini, sekolah juga berupaya untuk memasukkan nilai-nilai multikultural. Evaluasi tingkat sekolah
dilakukan melalui kegiatan evaluasi sekolah dan juga Evaluasi Diri Sekolah EDS. Aktivitas evaluasi sekolah dilaksanakan oleh sekolah
dengan melibatkan guru, karyawan, dan orangtua peserta didik melalui
164 paguyuban. Sekolah melibatkan pihak-pihak yang memang dibutuhkan
partisipasinya, tanpa mengkotak-kotakan berdasarkan golongan mereka berasal.
Pada evaluasi pembelajaran di kelas, sekolah menghendaki evaluasi pembelajaran yang dilakukan harus meliputi keseluruhan
aspek kemanusiaan dan kepribadian peserta didik, sesuai dengan tujuan dan konten yang dikembangkan. Oleh karena itu, alat evaluasi
yang digunakan harus beraneka ragam menyesuaikan keadaan sifat, tujuan, dan informasi yang ingin dikumpulkan. Hal ini senada dengan
pemaparan S. Hamid 2000 dalam Choirul Mahfud 2006 yang menyampaikan bahwa Evaluasi yang digunakan haruslah meliputi
keseluruhan aspek kemanusiaan dan kepribadian peserta didik, sesuai dengan tujuan dan konten yang dikembangkan. Alat evaluasi yang
digunakan haruslah beragam sesuai dengan sifat, tujuan dan informasi yang ingin dikumpulkan. Penggunaan alternative assessment
portofolio, catatan observasi, wawancara dapat pula digunakan. Perwujudan sistem evaluasi di atas terlihat dalam cara-cara
penilaian yang dilakukan oleh guru. Guru menilai kemajuan pembelajaran peserta didik tidak hanya dalam satu aspek saja,
melainkan keseluruhan aspek. Evaluasi terhadap pembelajaran peserta didik dilakukan oleh guru secara objektif, tanpa membeda-bedakan.
Hal ini dilakukan sebagai salah satu srategi dalam mewujudkan pendidikan multikultural di sekolah. Guru senantiasa memakai
165 pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam melakukan penilaian,
disesuaikan dengan kondisi yang mereka hadapi. Salah satu kondisi tersebut adalah ketika guru akan melakukan penilaian terhadap
aktivitas peserta didik di kelas, misalkan berdoa. Kondisi yang dihadapi guru adalah beragamnya keyakinan yang dianut peserta didik
di kelas. Strategi yang dilakukan guru untuk mensikapi hal ini adalah dengan mengambil nilai-nilai karakter yang dimunculkan oleh peserta
didik. Berdasarkan hasil penelitian dan analisa yang disajikan di atas,
dapat dilihat bahwa evaluasi pendidikan yang dijalankan di TK Katolik Sang Timur Yogyakarta mengacu pada teori James Banks 1993 yaitu
pada dimensi mengurangi prasangka dan pedagogi kesetaraan. Dalam memberikan evaluasi guru senantiasa bersikap adil dan melihat nilai-
nilai karakter yang dimunculkan oleh peserta didik.
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Kebijakan