Pengakuan Negara Materi Sertifikasi Dan Uji Kompetensi Guru PendidikanKewarganegaraan

Konsep hidup berdampingan secara damai merupakan perkembangan dalam hukum internasional untuk mewujudkan hak dan kewajiban negara-negara dalam masyarakat internasional. Konsep hidup berdampingan secara damai dikembangkan melalui kesepakatan-kesepakatan internasional. Contoh konsep ini adalah perjanjian antara India dan EEC tentang masalah Tibet pada tanggal 29 April 1954, serta prinsip Dasa Sila Bandung yang dihasilkan dalam Konferensi Asia-Afrika bulan April 1955. Bentuk negara atau kesatuan bukan negara dibedakan sebagai berikut: a Konfederasi, b Federasi, c Vassal, d Kondominium, e Protektorat, f Anggota Persemakmuran, g Wilayah Perwalian.

8. Pengakuan Negara

Pengakuan negara bertujuan untuk memulai hubungan formal antara negara yang diakui dengan negara yang mengakui. Persoalan pengakuan negara belum merupakan prinsip yang jelas dalam hukum internasional. Hal tersebut disebabkan oleh: a. dalam praktik, masalah pengakuan negara lebih hanyak sebagai masalah kebijaksanaan politik negara daripada sebagai masalah hukum; b. ada beberapa kategori. dalam memberikan pengakuan negara. Ada dua teori yang berkenaan dengan sifat, fungsi, dan akibat pengakuan negara, yaitu: a. Teori Konstitutif yang menyatakan, bahwa hanya pengakuan yang dapat menciptakan status kenegaraan. Teori ini didukung adanya fakta, bahwa pengadilan suatu negara akan memberikan status kenegaraan apabila suatu negara telah melalui prosedur pengakuan negara. b. Teori DekiaratoarTeori Evidensier yang menyatakan, bahwa status kenegaraan telah ada sebelum adanya pengakuan dan negara lain. Dengan kata lain adanya negara terlepas dan persoalan pengakuan negara. Teori ini didukung oleh; 1 apabila timbul pertanyaan tentang tanggal berdirinya suatu negara dalam kebiasaan bukan sejak negara tersebut diakui melainkan sejak negara itu menyatakan kemerdekaannya, dan 2 pengakuan negara dalam kebiasaan berlaku retroaktif berlaku surut, yaitu sejak negara tersebut merdeka. Kategori pengakuan negara tersebut dapat berupa pengakuan di bawah ini. a. Pengakuan secara Eksplisit atau Implisit Pengakuan negara secara ekeplisit merupakan bentuk pengakuan secara de jure yang memungkinkan terjadinya hubungan formal dan memiliki konsekuensi hukum internasional yang tegas antara negara yang mengakui dan negara yang diakui. Dalam praktik hanya ada tiga peristiwa yang memperlihatkan adanya pengakuan secara de jure yaitu: 1 Penandatanganan penjanjian bilateral oleh negara yang mengakui dengan negara yang akan diakui. 2 Pemrakarsaan reuni hubungan diplomatik antara negara yang mengakui dan negara yang akan diakui. 3 Penyerahan sebuah execuatur konsuler oleh negara yang mengakui kepada konsul sebuah negara yang akan diakui. Pengakuan implisit merupakan bentuk pengakuan de facto, yaitu membiarkan adanya pendapat yang menyimpulkan bahwa suatu negara telah mengakui negara lain. Peristiwa yang dapat menunjuk adanya pengakuan implisit ini adalah: 1 Partisipasi bersama dalam sebuah perjanjian internasional yang bersifat multilateral. 2 Partisipasi bersama dalam sebuah konferensi internasional. 3 Pemrakarsaan perundingan antara negara yang mengakui dan negara yang diakui. b. Pengakuan Bersyarat Pengakuan bersyarat merupakan bentuk pengakuan dimana suatu negara yang mengakui memberikan pengakuan kepada negara yang diakui dengan mengajukan persyaratan-persyaratan tertentu adanya pembebanan tertentu kepada negara yang 442 PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN diakui. Misalnya pengakuan yang diberikan oleh Amerika Serikat kepada Bolivia tahun 1937 dengan syarat adanya jaminan menghormati harta kekayaan perseorangan dan pemerintah Bolivia. c. Pengakuan Kolektif Pengakuan kolektif merupakan pengakuan terhadap suatu negara yang dilakukan secara bersama-sama oleh beberapa negar, biasanya pengakuan negara melalui organisasi internasional. Misalnya suatu negara diterima menjadi anggota PBB. d. Pengakuan Kepala NegaraKepala Pemerintah Baru Pengakuan ini terlepas dari persoalan pengakuan negara, sebab pengakuan kepala negarakepala pemerintah baru tidak memiliki akibat terhadap kedudukan negara antara negara yang mengakui dan negara yang diakui. Permaslahan baru muncul apabila pergantian kepala negarakepala pemerintahan baru dalam suatu negara bersifat inkonstitusional. e. Pengakuan de jute dan de facto Pengakuan de jute bersifat eksplisit dan pengakuan de facto bensifat implisit.

9. Yurisdiksi