TATA URUTAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN NASIONAL

negara hukum adalah adanya sistem tertib hukum. Di dalam Undang-Undang Dasar 1945 Konstitusi Indonesia, kita dapat menemukan sistem tertib hukum itu, yaitu pada pasal 1 ayat 2 tentang sistem kostitusional atau sistem berdasarkan UUD. “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar.” Jadi sistem tertib hukum dapat disebut juga sistem konstitusional. Sistem tertib hukum tersebut menghendaki adanya kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan yang menempatkan hukum atau aturan perundang-undangan pada tempat tertinggi. Sistem demikian juga disebut sebagai sistem supremasi hukum. Supremasi artinya keunggulan atau yang tertinggi. Oleh karena itu, supremasi hukum dimaknai bahwa hukum menjadi pemimpin yang tertinggi atau menjadi “panglima tertinggi” kehidupan, baik dalam sistem kemasyarakatan maupun kenegaraan. Sistem konstitusional, yang menghendaki supremasi dan tertib hukum itu sebenarnya lahir sebagai gagasan negara hukum yang sangat mendasar. Konstitusi adalah alat atau instrumen pembatasan kekuasaan. Artinya, setiap pemerintah dan penyelenggara negara lainnya dalam suatu negara tidak boleh berkuasa mutlak, tanpa batas. Demikian pun dengan organanisasi-organisasi kemasyarakatan yang ada, para pemimpinnya tidak boleh berkuasa tanpa batas terhadap para anggotanya. Jadi kekuasaan apa pun dan di tingkatan mana pun menurut sistem konstitusi harus dibatasi. Pembatas kekuasaan itu adalah hukum, dan hukum yang tertinggi adalah konstitusi UUD. Mengapa kekuasaan itu perlu dibatasi oleh hukum? Pertanyaan sederhana ini jawabannya tidak sederhana. Berdasarkan pengalaman-pengalaman di masa lalu, kekuasaan yang dijalankan oleh para raja atau para pemimpin negara selalu tidak terbatas dan mutlak absolut. Absolut artinya tidak dapat diganggu gugat. Di masa lalu, titah atau perintah raja adalah hukum, tak boleh dibantah, tidak peduli benar atau salah. Yang terjadi kemudian, para raja atau pemimpin negara menggunakan kekuasaan itu dengan sewenang-wenang. Akibatnya, para raja atau pemimpin negara berlaku lalim atau kejam. Mereka berbuat seenaknya yang menyengsarakan rakyatnya. Hak asasi manusia dilanggar dan prinsip-prinsip demokrasi dihancurkan. Berkenaan dengan prinsip demokrasi ini perlu mendapat penjelasan. Coba camkan benar-benar nalar berfikir berikut ini Demokrasi mengakui bahwa raja atau pemimpin negara berkuasa karena rakyatnya. Karena kekuasaan raja berasal dari rakyat, maka raja harus melingdungi hak-hak rakyat dan mempertanggungjawabkan pemerintahannya kepada rakyat. Pemimpin negara sepatutnya menjadi pengayom, pelingdung, serta pemberi kesejahteraan dan keadilan. Pemimpin negara yang tidak mampu menciptakan keamanan, kesejahteraan, dan keadilan, atau bahkan sengaja untuk menyengsarakan rakyatnya, maka rakyat boleh protes. Rakyat secara bersama-sama berhak menarik kembali kekuasaan yang telah diberikan kepada pemimpinnya. Berlakulah pepatah Melayu, bahwa “raja adil raja disembah, raja lalim raja disanggah.”

3. TATA URUTAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN NASIONAL

Di negara manapun, begitu sebuah pemerintahan terbentuk, maka Ia pemerintah harus segera mengambil tindakan yang bertujuan untuk kepentingan kemaslahatan seluruh masyarakat. Selanjutnya pemerintah harus mampu memberikan perlindungan terhadap hak-hak rakyatnya, tanpa terkecuali. Berdasarkan prinsip ini, maka pemerintah 350 PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN sendiri tidak bebas. Pemerintah terikat oleh tanggung jawab untuk menjamin rasa aman, kesejahteraan, dan keadilan bagi semua rakyatnya. Oleh karenanya kekuasaan pemerintah untuk bertindak pun dibatasi dan dirinci dengan jelas dan tegas. Disinilah dibutuhkan adanya aturan perundang-undangan. Peraturan perundang-undangan ini berlaku secara nasional, dan meliputi semua bidang kehidupan rakyat dan negara. Peraturan perundang-undangan nasional ini biasanya dibuat pokok-pokoknya di dalam UUD konstitusi. Demikian juga dengan UUD 1945 yang berlaku di negara kita, di dalamnya memuat sistem peraturan perundang- undangan. Sistem peraturan perundang-undangan tersebut, dalam UUD 1945 diatur secara lengkap. Ada beberapa peraturan perundang-undangan nasional yang disebut secara tegas eksplisit di dalamnya, yaitu Undang-Undang Dasar sebagai hukum yang tertinggi, Undang-Undang, Peraturan Pemerintah sebagai Pengganti Undang-Undang, dan Peraturan Pemerintah. Akan tetapi, keempat bentuk peraturan perundang-undangan tersebut belum merupakan keseluruhan peraturan perundang-undangan yang berlaku secara nasional. Masih banyak peraturan lain yang kedudukannya lebih rendah, baik yang berlaku di pemerintahan pusat maupun pemerintahan daerah. Kemudian lebih lanjut pada Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan telah mengatur secara rinci jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan yang dimaksud. Jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan, sebagaimana diatur dalam pasal 7 ayat 1, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat; 3. Undang-UndangPeraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang; 4. Peraturan Pemerintah; 5. Peraturan Presiden; 6. Peraturan Daerah Provinsi; dan 7. Peraturan Daerah KabupatenKota. Jenis Peraturan Perundang-undangan selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat 1 mencakup peraturan yang ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan, Komisi Yudisial, Bank Indonesia, Menteri, badan, lembaga, atau komisi yang setingkat yang dibentuk dengan Undang-Undang atau Pemerintah atas perintah Undang-Undang, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Gubernur, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah KabupatenKota, BupatiWalikota, Kepala Desa atau yang setingkat. Peraturan Perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan kewenangan. Menurut pasal 9, dalam hal suatu Undang-Undang diduga bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pengujiannya dilakukan oleh Mahkamah Konstitusi. Dalam hal suatu Peraturan Perundang-undangan di bawah PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN 351 Undang-Undang diduga bertentangan dengan Undang-Undang, pengujiannya dilakukan oleh Mahkamah Agung.

a. Undang-Undang Dasar UUD 1945

UUD merupakan hukum tertinggi dan sekaligus sumber hukum yang tertinggi. Ini berarti, bahwa di Indonesia semua produk hukum atau peraturan perundang-undangan lainnya harus bersumber, sesuai dan cocok, serta tidak boleh bertentangan dengan UUD 1945. Adapun kekuasaan yang secara khusus harus dijalankan menurut UUD, di dalam UUD 1945 disebutkan antara lain tentang: 1 Pelaksanaan kedaulatan rakyat, pasal 1 ayat 2. 2 Pemberhentian Presiden danatau Wakil Presiden dalam masa jabatannya oleh MPR, pasal 3 ayat 3. 3 Kekuasaan pemerintahan di tangan Presiden, pasal 4 ayat 1. Mengapa ketiga macam kekuasaan tersebut di atas harus dijalankan menurut UUD? Coba diskusikan dengan teman-temanmu. Jika kalian belum menemukan jawaban yang memuaskan, Anda boleh bertanya kepada orang yang mampu memberikan jawaban secara memuaskan. Jangan lupa laporkan hasilnya kepada bapakIbu gurumu.

b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat

Sebagai penyempurnaan terhadap Undang-Undang sebelumnya UU No. 10 Tahun 2004, terdapat materi muatan baru yang ditambahkan dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peratutan Perundang-undangan, yaitu penambahan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat sebagai salah satu jenis Peraturan Perundang-undangan dan hierarkinya ditempatkan setelah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Apa yang dimaksudkan dengan “Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat” di atas adalah Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat yang masih berlaku sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 4 Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor: IMPR2003 tentang Peninjauan Terhadap Materi dan Status Hukum Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Tahun 1960 sampai dengan Tahun 2002, tanggal 7 Agustus 2003.

c. Undang-Undang UU

UUD 1945 secara eksplisit tegas menyebutkan keharusan adanya 39 masalah yang harus diatur dengan UU. UU yang dibuat berdasarkan ketentuan eksplisit di dalam UUD 1945 biasanya disebut UU Organik. Ketiga puluh sembilan UU yang diperintahkan pembuatannya secara eksplisit oleh UUD 1945 itu antara lain tentang: 1 Susunan MPR, pasal 2 ayat 1. 2 Syarat-syarat untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden, pasal 6 ayat 2. 3 Tata cara pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, pasal 6 ayat 5. 4 Perjanjian internasional, pasal 11 ayat 3. 5 Pemberian gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan oleh Presiden, pasal 15. 6 Dan seterusnya, untuk yang ke-6 sampai dengan ke-39, cari di dalam UUD 1945. 352 PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Namun demikian, menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, bahwa Undang-Undang harus mengandung materi muatan atau berisi hal-hal yang: a mengatur lebih lanjut ketentuan Undang-Undang Dasar 1945 yang meliputi: 1 Hak-hak asasi manusia; 2 Hak dan kewajiban warganegara; 3 Pelaksanaan dan penegakan kedaulatan negara serta pembagian kekuasaan negara; 4 Wilayah negara dan pembagian daerah; 5 Kewarganegaraan dan kependudukan; 6 Keuangan negara. b. Diperintahkan oleh suatu Undang-Undang untuk diatur dengan Undang-Undang. Sebagai contoh, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Sisdiknas, memerintahkan adanya pengaturan oleh Undang-Undang sebanyak 2 Undang-Undang. Salah satu Undang-Undang yang dibuat menurut perintah Undang-Undang Sisdiknas tersebut adalah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Hal itu memenuhi ketentuan pasal 39 ayat 4 Undang-Undang Sisdiknas, bahwa mengenai guru diatur dengan undang-undang tersendiri.

d. Peraturan Pemerintah sebagai Pengganti Undang-Undang Perpu

Sebagaimana diatur oleh pasal 22 ayat 1 UUD 1945, bahwa dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, Presiden berhak menetapkan Peraturan Pemerintah sebagai Pengganti Undang-Undang. Perpu mempunyai kedudukan setingkat dengan UU, meskipun pembuatannya dilakukan oleh Presiden sendiri, tidak dilakukan bersama atau atas persetujuan DPR. Menurut Undang-Undang No. 102004 tentang Pebentukan Peraturan perundang-undangan, materi muatan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang sama dengan materi muatan Undang-Undang. Dasar universal pemberian kewenangan istimewa kepada Presiden ini adalah prinsip hukum yang berbunyi: “salus populi suprema lex”, yang artinya “keselamaan rakyat adalah hukum yang tertinggi.” Sedangkan pertimbangan khusus pemberian kewenangan ini adalah agar Presiden dapat mengambil tindakan cepat jika negara dalam keadaan genting gawat. Karena dibuat dalam keadaan kegentingan yang memaksa, maka Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang itu, pada waktunya harus memperoleh persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat. Menurut pasal 22 ayat 2, bahwa Peraturan Pemerintah itu harus mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat dalam persidangan berikut. Bahkan, pasal 22 ayat 3 menggariskan dengan tegas, bahwa jika tidak mendapat persetujuan maka Peraturan Pemerintah itu harus dicabut. Contoh-contoh Perppu yang disahkan menjadi UU adalah UU No. 56PRP1960 tentang Lendreform, UU No. 52PRP1960 tentang Perubahan UU No. 23PRP1959 tentang Keadaan Bahaya, dan UU No. 15PRP2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, serta UU No. 16PRP2003 tentang Pemberlakuan Perppu No. 012003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, pada peristiwa Bom Bali tanggal 12 Oktober 2002. Namun begitu, Undang-Undang No. 16PRP2003 tersebut PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN 353 dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi MK pada tanggal 23 Juli 2004, sehingga UU tersebut tidak mempunyai kekuatan mengikat lagi.

e. Peraturan Pemerintah PP

Sebagaimana diatur oleh pasal 5 ayat 2 UUD 1945, bahwa Presiden menetapkan Peraturan Pemerintah untuk menjalankan UU sebagaimana mestinya. Dengan demikian, PP bukanlah satu peraturan yang berdiri sendiri, sebab ia dibuat untuk melaksanakan UU yang telah ada. Konsekuensinya, bahwa bentuk maupun isi sebuah PP tidak boleh bertentangan dengan UU. Misalnya, PP No. 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah, merupakan pelaksanaan dari UU No. 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Dalam hal ini, isi PP No. 65 Tahun 2001 sudah semestinya tidak bertentangan dengan UU No. 34 Tahun 2000. Hal itu ditegaskan oleh pasal 10 UU No. 10 Tahun 2004, menyatakan bahwa materi muatan Peraturan Pemerintah berisi materi untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya. Meskipun fungsinya untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya, mengingat banyaknya perintah UU untuk mengatur suatu hal dalam PP, seringkali pemerintah tidak dapat segera menyelesaikan tugasnya menyusun PP dimaksud. Suatu contoh, UU Sisdiknas No. 202003 memerintahkan pengaturan hal- hal tertentu dalam PP sebanyak 38 buah.

f. Peraturan Presiden

Peraturan Presiden adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibuat oleh Presiden. Berdasarkan pasal 11 Undang-Undang No. 102004, materi muatan Peraturan Presiden berisi materi yang diperintahkan oleh Undang-Undang atau materi untuk melaksanakan Peraturan Pemerintah. Salah satu contoh hal yang harus diatur oleh Peraturan Presiden sebagai perintah Undang-Undang adalah mengenai tatacara penyusunan dan pengelolaan program legislasi nasional, yang diatur pada pasal 16 ayat 4 UU No. 10 Tahun 2004. Dalam UU tersebut memerintahkan adanya 4 Peraturan Presiden. Coba Anda cari

g. Peraturan Daerah

Peraturan Daerah Perda merupakan peraturan perundang-undangan yang terendah. Menurut UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan perundang- undangan, sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, bahwa Peraturan Daerah meliputi Peraturan Daerah Provinsi, Peraturan Daerah KabupatenKota, dan Peraturan Desaperaturan yang setingkat. Adapun materi muatan Peraturan Daerah adalah seluruh materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan, dan menampung kondisi khusus daerah serta penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi. Peraturan Daerah dan peraturan perundang-undangan lain yang kedudukannya lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundangan yang kedudukannya lebih tinggi, dan seterusnya sampai kepada UUD sebagai sumber hukum tertinggi. Setelah mempelajari peraturan perundang-undangan yang ada di negara kita, maka jelaslah bagi kita bahwa hukum harus mengatur dan melingkupi semua masalah yang 354 PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN dihadapi rakyat dan negara. Di dalam negara hukum Indonesia tidak boleh ada masalah yang terlewatkan oleh peraturan hukum. Singkatnya dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara harus ada kepastian hukum. Kepastian hukum adalah keniscayaan yang harus nyata adanya. Kita tidak boleh hidup dalam ketidakpastian, sebab bisa timbul kekacauan. Oleh karena itu, satu hal penting dalam negara hukum, adalah jaminan agar tidak terjadi kekosongan kefakuman aturan hukum.

4. MENAATI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN