Indikator Badan-Badan Peradilan Materi Sertifikasi Dan Uji Kompetensi Guru PendidikanKewarganegaraan

BAB IV SISTEM PERADILAN INDONESIA

A. Kompetensi dan Indikator 1. Kompetensi

Memahami sistem peradilan di Indonesia.

2. Indikator

a. Membedakan berbagai peran lembaga peradilan di Indonesia. b. Menjelaskan proses peradilan pidana dan perdata. c. Menjelaskan proses peradilan militer.

B. Uraian Materi

Pernahkah Anda mengunjungi atau melihat gedung Pengadilan Negeri? Jika pernah, tahukah Anda di mana alamat Pengadilan Negeri di KabupatenKotamu? Menurut Anda, untuk apa diadakan gedung pengadilan itu? Samakah pengertian peradilan dengan pengadilan? Peradilan menunjuk kepada proses mengadili, sedangkan pengadilan merupakan salah satu lembaga dalam proses tersebut. Sistem peradilan adalah suatu sistem penyelesaian perkara melalui proses peradilan pada lembaga-lembaga hukum yang berwenang di lingkungan kekuasaan kehakiman. Kekuasaan kehakiman di lingkungan peradilan, misalnya di lingkungan peradilan umum dilaksanakan oleh Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi yang berpuncak di Mahkamah Agung. Setiap jenis lembaga peradilan menyelenggarakan proses hukum menurut sistem peradilan yang berlaku di lingkungan masing-masing.

1. Badan-Badan Peradilan

Menurut Undang-undang RI No.4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, ada 4 lingkungan peradilan, yaitu: Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer dan Peradilan Tata Usaha Negara. a. Peradilan Umum. Badan Peradilan Umum memeriksa dan memutus semua perkara perdata dan pidana atau permohonan yang tidak menjadi kompetensi badan peradilan khusus, seperti peradilan agama, peradilan militer, peradilan tata usaha negara, dan peradilan tindak pidana korupsi.

b. Peradilan Agama. Badan Peradilan sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman

khusus Special court, pada saat ini diatur oleh Undang-Undang No.7 Tahun 1989. Badan Peradilan Agama diadakan untuk memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara perdata di bidang perkawinan, kewarisan, wasiat dan hibah yang dilakukan berdasarkan hukum Islam.

c. Badan Peradilan Militer. Badan Peradilan Militer diatur oleh Undang-Undang No. 31

Tahun 1997. Pengadilan dalam lingkungan peradilan militer berwenang: a. Mengadili tindak pidana yang dilakukan oleh seseorang yang pada waktu melakukan tindak pidana. 1 Prajurit. 2 Yang bedasarkan Undang-Undang dipersamakan dengan prajurit. 3 Anggota suatu golongan atau jawatan atau badan atau yang dipersamakan atau dianggap sebagai prajurit berdasarkan Undang-Undang. 358 PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN 4 Seseorang yang tidak masuk golongan pada nomor 1, nomor 2, dan nomor 3 tetapi atas keputusan Panglima dengan persetujuan Menteri Kehakiman harus diadili suatu pengadilan dalam lingkungan peradilan militer. b. Memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Angkatan Bersenjata. c. Menggabungkan perkara guagatan ganti rugi dalam perkara pidana yang bersangkutan atas permintaan dari pihak yang dirugikan sebagai akibat yang ditimbulkan oleh tindak pidana yang menjadi dasar dakwaan, dan sekaligus memutus kedua perkara tersebut dalam satu putusan Undang-Undang No.31 Tahun 1997, pasal 9. d. Badan Peradilan Tata Usaha Negara. Badan Peradilan Tata Usaha Negara PERATUN disebut juga peradilan Administrasi Negara Undang-Undang No. 5 Tahun 1986, pasal 144. Peradilan Tata Usaha Negara adalah peradilan khusus yang memeriksa dan memutus sengketa tata usaha negara. Sengketa Tata Usaha Negara adalah sengketa yang timbul dalam bidang tata usaha negara antara orang atau badan hukum perdata dengan badan atau pejabat tata usaha negara, baik di pusat maupun di daerah sebagai akibat dikeluarkannya keputusan tata usaha negara, termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan demikian objek Peradilan Tata Usaha Negara adalah keputusan tata usaha negara. Yang dimaksud keputusan tata usaha negara adalah “penetapan tertulis yang dikeluarkan badan atau pejabat tata usaha negara yang berisi tindakan hukum tata usaha negara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat kongkrit, individual, dan final yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum.“

2. Hierarkhi Badan Peradilan