Kompetensi dan Indikator 1. Kompetensi Uraian Materi 1. Hakikat Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat

BAB III KEGIATAN BELAJAR 3 KEBEBASAN BERPENDAPAT DI MUKA UMUM

A. Kompetensi dan Indikator 1. Kompetensi

Memahami konsep, asas, danbentuk-bentuk kebebasan berpendapat serta penerapannya secara bertanggung jawab dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. 2. Indikator a. Menjelaskan hakikat kemerdekaan mengemukakan pendapat. b. Menjelaskan bentuk-bentuk kemerdekaan mengemukakan pendapat di muka umum. c. Menjelaskan asas-asas umum dalam menerapkan kemerdekaan mengemukakan pendapat di muka umum. d. Menjelaskan konsekuensi logis kebebasan mengemukakan pendapat. e. Menjelaskan pentingnya kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bertanggung jawab.

B. Uraian Materi 1. Hakikat Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat

“PKL Butuh Makan dan Pekerjaan” pernyataan itulah yang ditulis oleh warga masyarakat yang melakukan demonstrasi atau unjuk rasa dalam gambar. Mereka menyuarakan keinginan dan pendapatnya melalui unjuk rasa di jalan raya agar di dengar dan mendapat perhatian dari Pemerintah yang berwenang membuat peraturan tentang PKL PedagangKakiLima didaerahnya. Pendapat dan kepentingan para demonstran tentu tidak selalu sama dengan pendapat dan kepentingan Pemerintah di daerahnya. Pemerintah bermaksud mewujudkan ketertiban dan kelancaran berlalu lantas bagi masyarakat umum, sedangkan para pedagang kaki lima PKL berpendapat bahwa mereka berhak mencari nafkah dengan berdagang di manapun, termasuk dipinggir-pinggir jalan raya atau jalan umum didaerahnya. Perbedaan pendapat dan kepentingan adalah hal yang wajar terjadi dalam masyarakat. Penyampaian pendapat dapat dilakukan secara lisan maupun secara tertulis. Penyampaian pendapat secara lisan misalnya melalui pidato, wawancara, dialog dan diskusi dalam pertemuan, rapat-rapat atau sidang. Sedangkan penyampaian pendapat secara tertulis artinya dilakukan melalui tulisan seperti surat, artikel tulisan di media massa, selebaran atau pamflet, poster, spanduk, buku, danlain-lain. Pemberian suara dalam pemilihan umum baik pemilu untuk memilihPresiden dan Wakil Presiden, memilih anggota–anggota DPR, DPD maupun Pilkada untuk memilih Gubernur, Bupati Wali kota serta Pilkades untuk memilih Kepala Desa semuanya juga merupakan bentuk penyampaian pendapat. Kemerdekaan mengemukakan atau menyampaikan pendapat merupakan hak asasi manusia yang dijamin oleh konstitusi yaitu Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dan Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia DUHAM. Apakah hakikatkemerdekaan mengemukakan pendapat itu? Menurut kamus bahasa Indonesia pendapat adalah; pikiran, anggapan, buahpemikiran, buah gagasan atau perkiraan tentang sesuatu hal. Sedangkan kemerdekaan berarti kebebasan tanpa adanya suatu tekanan dari pihak manapun. Dengan demikian kemerdekaan mengemukakan pendapat pada hakikatnya adalah hak asasi manusia yang menyangkut kebebasan untuk menyampaikan pendapat atau buah pemikirannya baik secara lisan maupun tulisan. Kemerdekaan mengemukakan pendapat berarti setiap orang dapat mengeluarkan pikiran, pendapat, pandangan, kehendak atau perasaannya secara bebas, tanpa tekanan PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN 281 baik fisik maupun psikis dari pihak manapun dan hal itu dilindungi oleh undang-undang Penyampaian pendapat, ide atau gagasan dapat dilakukan secara pribadi maupun di muka umum. Penyampaian pendapat secara pribadi dapat dilakukan antara orang perorang dalam kelompok atau dalam suatu rapat yang sifatnya terbatas tertutup untuk umum. Penyampaian pendapat di muka umum berarti mengemukakan pendapat di hadapan orang banyak umum atau di tempat-tempat tertentu yang dapat didatangi danatau dilihat olehsetiap orang. Menurut undang-undang yang mengatur tentang kemerdekaan mengemukakan pendapat di muka umum, yang dimaksud dengan penyampaian pendapat di muka umum adalah penyampaian pendapat secara lisan, tulisandansebagainya. Lisan antara lain pidato, dialog dan diskusi; tulisan antara lain gambar, pamflet, poster, brosur, selebaran dan spanduk. 2. Bentuk-bentuk Mengemukakan Pendapat Di muka Umum Sebagai wujud pelaksanaan demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, setiap warga Negara baik secara perorangan maupun kelompok dijamin kebebasannya untukmenyampaikan pendapat. Penyampaian pendapat di muka umum dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penyampaian pendapat di muka umum harus berlandaskan pada asas-asas sebagai berikut.

a. Asas keseimbangan antara hak dan kewajiban

Penyampaian pendapat di muka umum harus dilaksanakan dengan memperhatikan keseimbangan antara hak dan kewajiban. Menyampaikan pendapat di muka umum adalah hak asasi yang dilindungi oleh undang-undang, namu npelaksanaannya juga harus diimbangi dengan kewajiban untuk menjunjung tinggi hak- hak orang lain dan kepentingan umum. Dalam penyampian pendapat di muka umum seseorang tidak boleh hanya mendahulukan haknya, melainkan juga harus memenuhi kewajiban yang menyertai hak tersebut. Karena setiap hak selalu disertai dengan kewajiban dan tanggung jawab tertentu.

b. Asas musyawarah dan mufakat

Sesuai dengan nilai-nilai Pancasila khususnya yang terkandung dalam sila ke- empat yaitu ”Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratanperwakilan” demokrasi yang diterapkan di Indonesia adalah demokrasi Pancasila yaitu demokrasi yang berasaskan musyawarah untuk mencapai mufakat. Maka segala persoalan yang menyangkut kepentingan orang banyak harus diselesaikan dengan cara musyawarah untuk mencapai mufakat yang dilandasi oleh akal sehat dan semangat kekeluargaan. c. Asas kepastian hukum dan keadilan Penyampaian pendapat di muka umum dilaksanakan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk mewujudkan perlindungan hukum dan menjamin kepastian hukum dan terwujudnya keadilan. Artinya: siapapun yang melakukan pelanggaran hukum dalam penyampaian pendapat di muka umum dapat diadili sesuai dengan ketentua nyang berlaku. d. Asas proporsionalitas Artinya penyampaian pendapat di muka umum harus memperhatikan kesesuaian antara kegiatan dengan tujuan.

e. Asas manfaat

Kegiatan penyampaian pendapat di muka umum harus memperhatikan asas manfaat adapun bentuk-bentuk penyampaian pendapat di muka umum, sebagaimana diatur pada pasal 9 ayat 1 Undang-Undang No. 9 Tahun. 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum, antara lain: unjuk rasa atau demonstrasi, pawai atau arak- arakan, rapat umum, dan mimbar bebas. 282 PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN a Unjuk rasa atau Demonstrasi Gambar 5. 1 Buruh PT Spotec berunjuk rasa di halaman pabrik di kawasan Tangerang, Senin 6Nov ’06. Pabrik sepatu milik pengusaha asal Korea itu berhenti berproduksi akibat kesulitan keuangan dan kesulitan pasokan bahan bakuKompas, 2 Des’06 Unjuk rasa atau demonstrasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh seorang atau lebih untuk megeluarkan pikiran dengan lisan, tulisan dan sebagainya secara demonstratif di muka umum. Unjuk rasa dilakukan untuk menyampaikan aspirasi, kehendak atau tuntutan sesuatu kepada pihak tertentu. b Pawai Pawai adalah cara penyampaian pendapat di muka umum dengan arak-arakan atau konvoi di jalan umum. Contohnya, arak-arakan di jalan raya untuk menyampaikan aspirasi atau kehendak tentang ”ajakan bersatu” dalam membentuk pemerintahan demokratis dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Contoh lainnya, konvoi pengendara sepeda motor yang menolak rencana suatu kebijakan tertentu yang melarang sepeda motor di jalan protokol. Melalui pawai dan konvoi tersebut mereka peserta berharap mendapatkan perhatian dari pihak-pihak tertentu yang dituju serta simpati atau dukungan terhadap aspirasi mereka dari berbagai pihak. c Rapat Umum Rapat umum adalah pertemuan terbuka yang dilakukan untuk menyampaikan pendapat dengan tema tertentu Contoh rapat umum adalah kampanye pemilu. Misalnya pemilu untuk memilih Presiden, Wakil Presiden atau anggota DPR dan DPD. Rapat umum juga dilakukan dalam kampanye pemilihan Gubernur, Bupati, Walikota dan lain- lain. Tema rapat umum berupa program-program yang ditawarkan atau dikampanyekan dengan maksud agar mendapatkan dukungan secara luas dari warga masyarakat. d Mimbar Bebas Mimbar bebas adalah kegiatan penyampaian pendapat di muka umum yang dilakukan secara bebas dan terbuka tanpa tema tertentu. Penyampaian pendapat di muka umum dilaksanakan di tempat-tempat terbuka untuk umum. Namun demikian ada tempat yang terlarang untuk penyampaian pendapat di muka umum yaitu di lingkungan: 1 istana kepresidenan, 2 tempat ibadah, 3 instalasi militer, 4 rumah sakit, 5 pelabuhan udara atau laut, PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN 283 6 stasiun kereta api, 7 terminal angkutan darat, dan 8 obyek-obyek vital nasional lainnya. Penyampaian pendapat di muka umum juga tidak boleh dilaksanakan pada hari besar nasional seperti: 1 Tahun Baru 2 Hari Raya nyepi 3 Hari Wafa tIsaAl-Masih 4 Isra Mi’raj 5 Kenaikan Isa Al-Masih 6 Hari Raya Waisak 7 Hari Raya Idul Fitri 8 Hari Raya Idul Adha 9 Hari Maulid Nabi 10 1 Muharam 11 Hari Natal 12 17 Agustus Pelaku atau peserta penyampaian pendapat di muka umum juga dilarang membawa benda-benda yang dapat membahayakan keselamatan umum.

3. Konsekuensi Logis Kebebasan Mengemukakan Pendapat