Aliran monisme dengan primat pada hukum nasional menyatakan, bahwa hukum internasional merupakan kelanjutan dan hukum nasional. Atau hukum internasional
merupakan hukum nasional untuk urusan luar negeri. Alasan pandangan ini kanena 1 tidak ada organisasi di atas negara dan 2 hukum internasional mengikat karena adanya
wewenang negara wewenang konstitusional untuk
mengadakan perjanjian internasional. Kelemahan dipraktikkannya aliran monisme dengan primat hukum nasional
ini adalah 1 hanya memandang hukum yang tertulis saja dan 2 menyangkal adanya hukum internasional.
Aliran monisme dengan primat hukum internasional menyatakan, bahwa: 1 hukum nasional bersumber pada hukum internasional, 2 hukum internasional lebih
ttnggt dari hukum nasional, dan 3 hukum nasional tunduk pada hukum internasional dengan pendelegasian. Alasan yang mendasari pemikiran aliran monisme dengan primat
hukum tnternasional ini talah logis bahwa hukum internasional yang lebih luas cakupannya dibanding hukum nasional memiliki kedudukan yang lebih tinggt dari hukum
nasional. Namun dalam praktiknya pandangan ini juga tidak terlepas dari kelemahan- kelemahan berikut: 1 kenyataan hukum internasional tidak lebih dulu ada dibanding
hukum nasional dan 2 kekuatan mengikat hukum nasional tidak berasal dari hukum internasional.
Akibat yang timbul dengan dianutnya aliran monisme dalam melihat hubungan antara hukum internasional dan hukum nasional adalah dimungkinkannya hubungan
hirarkhis antara keduanya. Bagaimanakah praktik dari beberapa negara dalam melihat hubungan antara hukum
internasional dan hukum nasional dapat diamati dari praktek hukum masing-masing negara tersebut. Dalam hal ini dimungkinkan adanya perbedaan prinsip yang dianut oleh
tiap-tiap negara dalam menerapkan hukum internasional ke sistem hukum nasionalnya.
5. Sumber Hukum Internasional
Pengertian sumber hukum memiliki pengertian sebagai berikut : a. Mochtar Kusumaatmadja Buku I, 1982:106-107 menyatakan, bahwa sumber hukum
dibedakan atas sumber hukum materiil, sumber hukum formil, dan sumber hukum kausal. Suber hakum materill menyatakan apakah yang menjadi dasar mengikatnya
hukum tersebut? Sumber hukum formil menyatakan di manakah kita mendapatkan ketentuan hukum yang dapat diterapkan sebagai kaidah dalam suatu persoalan?
Sedangkan sumber hukum kausal menyatakan faktor apakah yang membantu dalam pembentukan hukum?
b. J.G. Starke Jilid 1, 1989:31 menyatakan, bahwa “sumber-sumber” materiil hukum Internasional didefinisikan sebagai bahan-bahan aktual yang digunakan oleh para ahli
hukum internasional untuk menetapkan hukum yang berlaku bagi suatu situasi tertentu.
c. Rebecca M.M. Wallace 1993:9 membedakan pengertian sumber hukum antara sumber hukum material dan sumber hukum formal. Sumber hukum material akan
menunjukkan di mana hukum tersebut dapat ditemukan. Sedangkan sumber hukum formal menetapkan apa yang merupakan hukum.
d. F.A. Whienu Situni 1989:10-16 menyatakan, bahwa sumber hukum material menentukan isi hukum, karena dipakai sebagai pedoman pembentukan hukum.
Aliran Monisme
Primat pada Hukum Nasional
Primat pada Hukum Internasional
PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
437
Sedangkan sumber hukum formal menyatakan tempat menemukan hokum dan sebagai dasar mengikatnya hukum tersebut.
Sumber hukum internasional secara umum didasarkan kepada ketentuan Pasal 38 1 Statuta Mahkamah Internasional. Ketentuan Pasal 38 1 Statuta Mahkamah
Internasional menyatakan, bagi Mahkamah yang tugasnya memberi keputusan sesuai dengan hukum internasional, bagi perselisihan-perselisihan yang diajukan kepadanya,
akan berlaku : a. Konvensi-konvensi internasional baik yang bersifat umum maupun yang bersifat
khusus yang dangan tegas menyebut ketentuan- ketentuan yang diakui oleh negara- negara yang sedang berselisih.
b. Kebiasaan-kebiasaan internasional, yang terbukti merupakan praktik-praktik umum yang diterima sebagai hukum.
c. Prinsip-prinsip hukum umum yang diakul oleh Bangsa-Bangsa beradab. d. Keputusan-keputusan pengadilan dan ajaran-ajaran dan para ahli hukum yang
tercakup di berbagai negara, sebagai bahan pelengkap untuk penentuan peraturan- peraturan hukum.
Namun demikian ketentuan sumber hukum internasional
tersebut dalam pandangan beberapa ahli hukum internasional ada yang menambah dan ada yang
memberikan modifikasi. Berikut ini akan dikemukakan pandangan beberapa ahli berkenaan dengan sumber hukum internasional tersebut, yaitu:
a. J.G. Starke Jilid 1, 1989:31 menyatakan, bahwa “sumber-sumber” materiil hukum
internasional terdiri atas: 1 kebiasaan, 2 traktat, 3 keputusan pengadilan atau badan-badan arbitrase, 4 karya- karya hukum, dan 5 keputusan atau ketetapan
organ-organ lembaga internasional. b. Mochtar Kusumaatmadja Buku I, 1982: 109-149, pandangannya tentang sumber
hukum internasional mengikuti ketentuan Pasal 38 1 Statuta Mahkamah Internasional dengan tambahan keputusan- keputusan badan-badan perlengkapan
organ-organ dan organisasi internasiona1.
c. Rebecca M.M. Wallace 1993:9-35, pandangannya tentang sumber hukum internasional mengikuti ketentuan Pasal 38 1 Statuta Mahkamah Internasional
dengan tambahan sumber-sumber lain hukum internasional yang mungkin, seperti: 1 peraturan organisasi-organisasi internasional, 2 putusan organisasi regional, 3 hasil
kerja komisi hukum internasional, dan jus cogens.
Adapun klasifikasi hukum internasional adalah sebagai berikut. a. Mochtar Kusumaatmadja Buku I, 1982:108-109 mengklasifikasikan sumber hukum
internasional sebagai berikut. 1 Sumber hukum primer utama: 1 Konvensi Internasional, 2 Kebiasaan
Internasional, dan 3 Prinsip Hukum Umum. 2 Sumber hukum subsider tambahan: 1 Keputusan Pengadilan dan 2 Ajaran Ahli
Hukum. b. Rebecca M.M. Wallace 1993:9 mengklarifikasikan sumber hukum internasional
sebagai berikut: 1 Sumber formal: Perjanjian Internasional, Kebiasaan Internasional, dan Prinsip Hukum
Umum. 2 Sumber material: Keputusan Pengadilan dan Ajaran Ahli Hukum.
Bentuk sumber-sumber hukum internasional akan dijelaskan lebih lanjut di bawah ini.
a. Perjanjian Internasional
Perjanjian internasional disebut juga dengan istilah traktat. Pengertian perjanjian internasional adalah:
1 Suatu persetujuan agreement di mana dua atau lebih negara mengadakan atau bermaksud mengadakan suatu hubungan timbal balik menurut hukum internasional
Konverisi Wina, 1969.
438
PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
2 Perjanjian yang diadakan antara anggota masyarakat bangsa- bangsa dan bertujuan untuk mengakibatkan akibat-akibat hukum tertentu Mochtar Kusumaatmadja, Buku I,
1982:109. Perjanjian internasional biasanya dibedakan antara treaty contract dan law making
treaties. Perjanjian internasional yang disebut treaty contract merupakan perjanjian internasional yang tidak langsung membentuk hukum dan hanya mengikat para pihak
yang menjadi peserta perjanjian internasional tersebut. Sedangkan penjanjian internasional yang disebut law making treaties merupakan penjanjian internasional yang
langsung membentuk hukum, yaitu berlaku sebagai kaidah bagi masyarakat internasional. Perjanjian internasional semacam ini dinamakan juga sebagai traktat
normatif.
Suatu perjanjian internasional langsung membentuk hukum dikarenakan oleh: 1 penjanjian Internasional tersebut memuat peraturan mengenal hukum internasional
secara universal danatau 2 penjanjian internasional tersebut menetapkan peraturan yang benar- benar bersifat umum.
Pembedaan antara perjanjian internasional yang bersifat treaty contract dan law making treaties oleh Mochtar Kusumaatmadja Buku I, 1982:114-115 dinyatakan kurang
tepat. Pembahasan dalam hal perjanjian internasional dapat dilengkapi dengan tahap- tahap pembuatan penjanjian internasional, penenimaankeikutsertaan negara-negara
dalam suatu penjanjian internasional, dan kapan suatu perjanjian internasional itu berakhir.
b. Kebiasaan Internasional
Suatu kebiasaan internasional dapat diterima sebagai hukum internasional apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut.
1 Unsur material, bahwa kebiasaan internasional itu merupakan pola tindak yang berlansung lama, bersifat umum, dan bertalian dengan hubungan internasional.
2 Unsur psikologis, bahwa kebiasaan internasional tersebut dirasakan memenuhi kewajiban hukum opinio juris sive neceseitatis.
Dengan demikian tidak semua kebiasaan internasional diterima sebagai hukum internasional. Suatu kebiasaan internasional yang tidak memenuhi unsur psikologis
dinamakan sopan-santun Internasional.
c. Prinsip-prinsip Hukum Umum
Prinsip-prinsip hukum umum diterima sebagai salah satu sumber hukum internasional dengan alasan untuk mengisi kekosongan dan untuk menghindari
penggerogotan hukum internasional sebagai akibat tidak mampu memberi keputusan karena tidak cukup adanya hukum.
Dalam praktik internasional belum terdapat kepastian apa yang dimaksudkan dengan prinsip-prinsip hukum umum. Ketidak pastian semacam itu menguntungkan
karena tidak memberi pembatasan tentang prinsip hukum yang diterapkan. Namun demikian Mochtar Kusumaatmadja Buku I, 1982:138 memberikan pengertian, bahwa
asas-asas hukum umum adalah asas-asas hukum yang mendasari sistem hukum moderen. Sistem hukum moderen tersebut adalah sistem hukum positif yang didasarkan
atas asas-asas dan lembaga- lembaga hukum negara Barat yang untuk sebagian besar didasarkan atas asas-asas dan lembaga hukum Romawi.
d. Keputusan Pengadilan
Keputusan pengadilan yang dimaksudkan adalah dalam arti luas, yaitu meliputi peradilan internasional, peradilan nasional, dan lembaga arbitrase Pasal 38 ayat 1.d.
Statuta Mahkamah Internasional. Keputusan pengadilan tersebut tidak mempunyai kekuatan mengikat kecuali bagi para pihak dan mengenai hal yang khusus itu Pasal 59
Statuta Mahkamah Internasional. Dengan demikian keputusan pengadilan oleh masyarakat internasional tidak diakui sebagai preseden yang mengikat atau tidak
menimbulkan kaidah hukum. Keputusan pengadilan berfungsi untuk membuktikan
PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
439
bahwaada kaidah hukum internasional primer perjanjian internasional,hukum kebiasaan, dan prinsip hukum umum yang dipakai sebagai pedoman hukum mengenai suatu
persoalan.
e. Karya-karya Hukum sebagai Ajaran Sarana Hukum
Karya-karya hukum dari sarjana hukum terkemuka berupa hasil penelitian dan tulisan dari sarjana hukum terkemuka yang berfungsi untuk menemukan apa yang
menjadi sumber hukum intennasional. Karya-karya hukum itu sendiri tidak menimbulkan hukum bagi masyarakat internasional.
f. Keputusan Organ Organisasi Internasional
Secara umum keputusan suatu organisasi internasional bersifat mengikat anggota dan organisasi internasional yang bersangkutan. Namun demikian keputusan organ suatu
organisasi internasional dapat membentuk peraturan hukum internasional.
g. Komisi Hukum Internasional
Komisi Hukum Internasional dibentuk pada tahun 1946 dengan anggota awal 15 anggota, menjadi 21 anggota. pada tahun 1956, dan menjadi 25 anggota pada tahun
1961. Komisi Hukum Internasional bertugas memajukan perkembangan progresif dan kodifikasi hukum internasional.
h. Jus Cogens
Jus Cogens merupakan istilah teknis yang diberikan kepada norma-norma hukum internasional umum yang merupakan kekuatan yang tak dapat diubah sebagai
konsukuensi tidak adanya pengguguran yang dapat dilakukan kecuali oleh norma lain yang seimbang.
6. Subjek Hukum Internasional Ada beberapa pengertian tentang Istilah subjek hokum Internasional sebagai berikut :
a. Mochtar Kusumsatmadja Buku I, 1982:91-92 memberikan batasan, bahwa subjek hukum internasional adalah: a pemegang segala hak dan kewajiban menurut
hukum internasional, atau b pemegang hak dan kewajiban untuk mengadakan penuntutan hak yang diberikan oleh hukum internasional di muka pengadilan
berdasarkan suatu konvensi.
b. J.G. Starke Jilid 1, 1989:313 menerangkan, bahwa subjek hukum internasional adalah: a pemegang hak-hak dan kewajiban- kewajiban menurut hukum
internasional, b pemegang privilese prosedural untuk mengajukan tuntutan di muka suatu pengadilan internasional, dan c pemilik kepentingan-kepentingan untuk mana
dibuat ketentuan oleh hukum internasional.
c. Rebecca 11.11. Wallace 1993:62 menggunakan istilah kepribadian internasional international personality yang berarti bahwa suatu satuan merupakan suatu subjek
dan hukum internasional dan mampu memiliki hak dan kewajiban internasional, dan juga memiliki kapasitas untuk mendapatkan hak-haknya dengan menyampaikan
tuntutan-tuntutan internasional.
Dalam pemahaman teoritik, subjek hukum internasional dipahami sebagai berikut : a. Teori Kiasik menyatakan, bahwa hanya negara yang menjadi subjek hukum
internasional, karena hukum internasional terutama berkenaan dengan hak-hak, kewajiban, dan kepentingan- kepentingan Negara-negara.
b. Teori Monisme yang dikembangkan oleh Hans Kelsen menyatakan hanya individu yang menjadi pemegang hak dan kewajiban internasional, karena dalam pemahaman
terakhir individulah yang menjadi subjek sebagai hukum, baik lukisan nasional maupun hukum internasional.
Atas dasar teori tersebut di atas dalam praktik, subjek hukum internasional dirinci sebagai berikut:
440
PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
a. J.G. Starke Jilid 1, 1969:59-61 merinci subjek hukum internasional terdiri atas: 1 Negara,