BAB V UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA
A. Kompetensi dan Indikator 1. Kompetensi
Menganalisis pemberantasan korupsi di Indonesia.
2. Indikator a. Mendeskripsikan pengertian korupsi dan kasus-kasus korupsi di Indonesia.
b. Menjelaskan instrumen hukum pemberantasan hukum di Indonesia. c. Menjelaskan lembaga pemberantasan korupsi di Indonesia.
d. Berpartisipasi dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia.
B. Uraian Materi 1. Kasus Korupsi di Indonesia
Kenyataan menunjukkan bahwa Indonesia termasuk negara korup yang cukup rawan. Kalau pada masa Orde Baru kebocoran uang negara masih berkisar 30 persen,
maka setelah Era Reformasi indikasi korupsi semakin memprihatinkan, bahkan pada tahun 2004, BPK melaporkan terjadinya penyimpangan mencapai 50 persen dari
keuangan negara dalam APBN 2003.
Selama beberapa tahun berturut-turut Indonesia tergolong “the most currupt country in Asia”. Sesuai data Transparency International yang berkantor pusat di Berlin,
The 2004 Transparency International Corruption Perceptions Index, Indonesia menempati peringkat 133, dengan CPI Corruption Perceptions Index: 2,0, bersama Angola, Congo,
Georgia, Tajekistan, Turkmenistan. Negara yang paling korup adalah Bangladesh dan Haiti dengan CPI 1,5 dan 1,4. Pada tahun 2005 CPI Scores Indonesia meningkat menjadi
2,2 jauh di bawah Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina.
Kondisi Tahun 2012, Saat Ini, Masih Juga Memprihatinkan, Transparency International, Rabu 512, Merilis Laporan Indeks Persepsi Korupsi 2012, Yang
Menetapkan Peringkat Korupsi Negara-Negara Dalam Skala Dari Satu Sampai 100. Tahun Ini Skor Indonesia Adalah 32, Pada Urutan 118 Dari 176 Negara Yang Diukur.
Indonesia Sejajar Dengan Negara-Negara Lain Seperti Ecuador, Mesir, Madagaskar Dan Republik Dominika Yang Sama-Sama Berada Di Urutan 118. Di Tingkat ASEAN Sendiri,
Indonesia Hanya Berada Di Urutan Ke-6. Indonesia Tertinggal Jauh Dari Negara-Negara Tetangganya, Yakni Singapura Dengan Skor 87 Di Urutan Pertama, Diikuti Brunei
Darussalam Di Urutan Kedua Dengan Skor 55 Dan Malaysia Di Urutan Ketiga Dengan Skor 49. Kondisi Ini Lebih Buruk Dari Tahun 2011. Berdasarkan Corruption Perception
Index CPI, Tingkat Korupsi Di Asia Tenggara Indonesia Menempati Posisi Keempat Setelah Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, Dan Thailand Dengan Skor Indeks
Persepsi Korupsi 3,0. Sementara Di Tingkat Dunia, Indonesia Berada Di Rangking 100. Artinya Efektivitas Pemberantasan Korupsi Di Tanah Air Masih Harus Terus Kita
Tingkatkan. Jadi, Korupsi Di Indonesia Semakin Menjadi Ancaman Besar Bagi Upaya Penciptaan Kesejahteraan Dan Keadilan Sosial.
Lembaga pengamat korupsi Indonesia, Indonesian Corruption Watch ICW, menilai bahwa hukum masih memberikan keuntungan kepada koruptor daripada rasa
PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
367
Korupsi adalah setiap perbuatan yang dilakukan siapapun juga untuk
kepentingan diri sendiri, untuk kepentingan orang lain, atau untuk
kepentingan suatu badan yang langsung menyebabkan kerugian
bagi keuangan dan perekonomian negara.
Kolusi adalah permufakatan atau kerja sama secara melawan hukum
antar-Penyelenggara Negara atau antara Penyelenggara Negara dan
pihak lain yang merugikan orang lain, masyarakat, dan atau negara.
Nepotisme adalah setiap perbuatan Penyelenggara Negara secara
melawan hukum yang menguntungkan kepentingan
keluarganya dan atau kroninya di atas kepentingan masyarakat,
bangsa, dan negara. keadilan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari beberapa kejadian, seperti masih macetnya
penanganan kasus korupsi yang ada di kepolisian dan kejaksaan, dihentikannya penyidikan bagi tersangka korupsi, pemberian putusan bebas bagi sejumlah koruptor oleh
pengadilan, dan sejumlah koruptor yang kabur ke luar negeri.
Tugas
Buatlah ringkasan berita dalam kasus yang Anda temukan Selanjutnya identifikasi kasus tersebut dengan memperhatikan siapa pelaku, jumlah kerugian negara, peraturan
yang dilanggar, dan hukuman yang diancamkan terhadap pelaku. Akhitnya berikan komentar singkat tentang perasaan dan sikap Anda terhadap pelaku Tulis laporannya
pada tabel berikut ini
Ringkasan Kasus
Pelaku Kerugian
Negara Hukuman
Komentar
Perilaku korupsi, kolusi, dan nepotisme KKN merupakan perilaku yang merusak sendi-sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta membahayakan
eksistensi negara. Hal ini terjadi karena perilaku korupsi, kolusi, dan nepotisme merusak berbagai macam tatanan, seperti tatanan
hukum, tatanan politik, tatanan sosial budaya dari negara yang bersangkutan. Prinsip-
prinsip keadilan diabaikan, pembodohan terhadap masyarakat, ekonomi biaya tinggi,
dan etika kemasyarakatan diabaikan. Apa yang dimaksud dengan korupsi, kolusi, dan
nepotisme itu?
Korupsi, kolusi, dan nepotisme di Indonesia biasanya hanya dianggap sebagai
perbuatan tindak pidana. Padahal korupsi praktik koruptif seringkali meliputi perbuatan
atau perilaku yang lebih luas daripada tindakan, kelalaian atau perbuatan yang
dihukum oleh peraturan Hukum Pidana. Bahkan bila seorang pegawai negeri atau
pejabat negara atau hakim enggan menerima seseorang yang ingin membicarakan
kepentingannya yang merupakan tugas kewenangan pejabat negara itu, ia pun sudah
melakukan praktik koruptif. Menunda-nunda pemberian pelayanan publik yang menjadi
368
PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
“Malu Aku Jadi Orang Indonesia”
Di negeriku, keputusan pengadilan secara rahasia dan tid ak rahasia dapat
ditawar d alam
bentuk j ual-beli, kab arnya dengan sepotong SK suatu
hari akan masuk Bursa Efek Jakarta secara resmi.Penggalan puisi karya
Taufiq Ismail
Korupsi, kolusi, dan nepotisme dianggap
oleh sebagian orang sudah menjadi budaya
bangsa yang membuat negeri ini semakin
terpuruk ke dalam kerendahan mutu
sumber daya i
kewajiban pegawai negeripejabat negara, juga termasuk praktik koruptif, sekalipun hal tersebut belum dikategorikan sebagai tindak pidana.
Klasifikasi perbuatan koruptif dalam arti luas, termasuk di dalamnya tindakan yang tidak sesuai dengan asas umum penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas KKN.
Menurut laporan yang diterima Komisi Ombudsman Nasional, Tahun 2000-2005 adalah: penyimpangan prosedur, imbalanpraktik KKN, nyata-nyata berpihak, penyalahgunaan
wewenang, inkompetensi, penanganan berlarut, intervensi, pemalsuan, melalaikan kewajiban, bertindak tidak layak, dan penggelapan barang bukti.
Tidak dapat disangkal bahwasannya korupsi di negeri Indonesia bukan saja disebabkan karena lemahnya upaya penegakan hukum, tetapi aparat-aparat penegak
hukum itu sendiri merupakan bagian dari kerawanan korupsi, termasuk dipengadilan.
Kepercayaan masyarakat terhadap dunia peradilan selama ini menurun. Hukum dan
keadilan telah diperjualbelikan di pengadilan.
Fakta lain dapat dilihatdari ±4600
laporan yang diterima Komisi Ombudsman Nasional periode Maret 2000 sd Maret 2005,
diklasifikasi terlapor bahwa ±35 merupakan
Badan Peradilan, ±13 Kepolisian dan ±9
Pemerintah Daerah dan Instansi Pemerintah. Dari tiga besar klasifikasi tersebut, terlihat
±16 merupakan penundaan berlarut, ±15 penyimpangan prosedur, dan ±15 penyalahgunaan wewenang. Sedangkan lainnya yang tak kalah menarik
±12 imbalanpraktik KKN yang juga tidak sedikit dilakukan oleh oknum pejabat publik.
2. Upaya Pemberantasan Korupsi Di Indonesia