Reproduksi Sel dan Pew arisan Sifat
99
Gambar 4.26
Perist iw a p indah silang
A B
b a
A b
a B
b A
a B
B a
A b
A a
b B
A b
B a
Sumber:Biology: Discovering Life, 1991
Tabel. 4.3 Perbandingan Hasil Persilangan Dihibrid Normal, Hasil A sli Persilangan,
dan Hasil Pautan
didapat. Dari data tersebut, terdapat sejumlah kecil hasil dengan fenotipe ungu bulat dan merah lonjong yang seharusnya tidak ada jika terjadi
pautan saja pada gen-gennya.
M elalui pengamat an lebih lanjut , para ahli genet ika menget ahui bahwa hasil t ersebut dapat t erjadi melalui mekanisme
pindah silang
crossing over
yang terjadi selama meiosis. Selama meiosis, kromosom homolog saling berpasangan membentuk tetrad. Pada keadaan ini, terjadi
pertukaran materi genetik antara kromosom dan pasangan homolognya. M enyebabkan gen-gen dapat berpindah dari satu kromosom ke kromosom
homolognya.
Perpindahan ini dapat terjadi sepanjang pasangan kromosom. Proses ini disebut juga pindah silang
crossing over
. Pada proses meiosis, pindah silang terjadi pada kiasma. Oleh karena materi serta susunan gen berubah
akibat pindah silang, proses ini disebut juga rekombinasi gen.
Fenotipe
ungu ungu
merah merah
Bunga Polen
ormal Data A sli
Pautan lonjong
bulat lonjong
bulat 56 9
19 3 19 3
6 1 74
6 6
14 75
– –
25
Jika dua gen berpautan, kedua gen ini akan bersama-sama diwariskan dalam satu gamet. A kan tetapi, jika terjadi pindah silang dalam proses
meiosis, kedua gen tersebut dapat berpisah dan membentuk rekombinasi baru dalam gametnya. H al inilah yang menyebabkan adanya hasil pada
sifat bunga ungu-polen bulat dan bunga merah-polen lonjong, meskipun nilai tersebut kecil.
Saat profase, krom osom hom olog berpasangan
m em b en t uk t et rad
Pada pindah silang, m at eri krom osom
b ert ukaran
Gen hasil rekom binasi b erp isah ket ika
krom osom t ert arik ke kut ub yang berlaw anan
Mudah dan Akt if Belajar Biologi unt uk Kelas XII
100
Gambar 4.27
Sel jant an dan bet ina pada lalat buah
5. Determinasi dan Pautan Seks
Prinsip pewarisan sifat yang diajukan M endel berlaku bagi banyak ciri dan sifat yang diturunkan. A kan tetapi, pola pewarisan sifat yang
ada di alam lebih beraneka ragam. Di antaranya penentuan determinasi jenis kelamin dan gen pautan seks.
a. Determinasi Seks
Deteminasi seks, seperti halnya penentuan ciri khas lain dari makhluk hidup, diturunkan dari induk kepada turunannya. M ekanisme penentuan
jenis kelamin ini melalui mekanisme yang sama dengan penentuan ciri lain. Seperti yang telah A nda ketahui dari bab sebelumnya, penentuan
jenis kelamin satu individu bergantung pada kromosom seks. Penentuan ini dil akukan semenjak pembent ukan gamet dan proses fert il isasi.
Berdasarkan t ipe kromosom dan makhluk hidup yang memilikinya, determinasi seks dapat dibedakan atas tipe XY, Z , XO, dan ZO.
1 T ipe Determinasi seks berdasarkan kromosom tipe XY ini berlaku pada
manusia, sebagian hewan, dan tumbuhan. Pada betina, memiliki jenis kromosom seks XX, sedangkan jantan memiliki jenis kromosom seks XY.
Bagaimanakah kromosom ini diwariskan? Jika diperhatikan, kromosom dalam sel tubuh, misalnya pada lalat
D r osophila
, berada dal am keadaan berpasangan dengan kromosom homolognya. Pada lalat
D rosophila
betina, A nda dapat dengan mudah mengelompokkan 8 buah kromosom dalam empat pasangan. A kan tetapi,
pada lalat jantan, hal tersebut berbeda. A nda dapat mengelompokkan enam buah kromosom dalam tiga pasang kromosom sama, tetapi masih
terdapat dua kromosom yang tidak mirip. Kedua kromosom ini, yaitu kromosom X dan Y.
Sumber: Biology: Discovering Life, 1991
Bet i n a Jant an
X X
X
Kromosom X dan Y diberikan dari satu sel ke sel keturunannya seperti kromosom lain, kecuali saat proses meiosis. Sel tubuh betina memiliki
sepasang kromosom X sehingga saat meiosis dan pembentukan gamet, semua sel gamet betina memiliki kromosom X. A dapun sel tubuh jantan memiliki
kromosom X dan Y sehingga saat meiosis dan pembentukan gamet, terdapat gamet dengan kromosom X dan gamet dengan kromosom Y.
Mut asi dapat m enyebabkan perubahan jum lah krom osom pada
m anusia. Selah sat unya perubahan krom osom seks. Jika pada m anusia
norm al, krom osom w anit a XX, m ut asi daoat m enyeb ab kan individu m em iliki
krom osom XXX, XXY, at au hanya X saja.
Fakta
Biologi
Y