Rumusan Masalah Hubungan Antar Variabel

14 keterampilan, nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak secara konsisten yang memungkinkannya menjadi kompeten atau berkemampuan dalam menjalankan wewenang, tugas dan tanggung jawabnya Depdiknas, 2002. Dapat disimpulkan bahwa kompetensi adalah kecakapan, kemampuan, dan keterampilan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya untuk mecapai tujuan yang diinginkan. Dengan kompetensi, seseorang akan melakukan sesuatu sesuai yang diinginkan, namun juga harus didukung dengan pengetahuan yang memadai. Semakin luas pengetahuan yang dimiliki diharapkan semakin baik pula kualitas kompetensinya. Banyak profesi pekerjaan yang mengaruskan mempunyai kompetensi untuk menunjang kinerjanya, salah satunya adalah profesi guru. Mulyasa 2009: 26 menjelaskan kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kaffah membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalisme. Dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, yang dimaksud dengan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah Sadulloh 2011: 201. Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian. Keempat kompetensi tersebut harus dikuasai oleh guru dan diterapkan secara terpadu. Berkaitan dengan kinerja guru adalah kompetensi pedagogik dan profesional karena kompetensi ini merupakan nilai-nilai dari 15 tugas seorang guru. Kompetensi pedagogik juga sangat dibutukan oleh guru SD karena dalam melaksanakan tugasnya akan berhadapan dengan anak yang belum dewasa. Selain mengajar dan menstransfer materi pengetahuan, guru juga mengembangkan kepribadian peserta didik.

2.1.2 Kompetensi Pedagogik Guru

Istilah pedagogik berasal dari kata Yunani “paedos” yang berarti anak laki- laki, dan “agogos” artinya mengantar, membimbing. Jadi pedagogik adalah ilmu mendidik anak. Langeveld 1980 dalam Syadulloh 2011: 2 menjelaskan pedagogik sebagai ilmu mendidik, lebih menitikberatkan pada pemikiran, perenungan tentang pendidikan. Pedagogik merupakan salah satu ilmu yang masuk kedalam kompetensi yang harus dikuasai oleh guru karena pedagogik ruang lingkupnya untuk mendidik anak, sedangkan salah satu tugas guru adalah mendidik peserta didik agar sesuai dengan tujuan pendidikan. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya Rifai dkk 2012: 7. Jadi pada kompetensi pedagogik ini lebih menekankan pada kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik. Semakin baik kompetensi pedagogik guru maka semakin baik pula kemampuan yang akan dimilikinya. Hal ini dikarenakan guru tersebut akan mampu melaksanakan tugas pendidikan dan pengajaran dengan baik, mampu merencanakan dan mengevaluasi proses belajar mengajar serta mampu menggunakan hasil evaluasi tersebut untuk meningkatkan kualitas mengajarnya, sehingga akan berdampak pada kinerjanya. Menurut Mulyasa 2009: 75 ada 7 tujuh aspek yang 16 berkenaan dengan penguasaan kompetensi pedagogik, yaitu: 1 kemampuan mengelola pembelajaran; 2 pemahaman terhadap peserta didik; 3 perancangan pembelajaran; pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, pemanfaatan teknologi pembelajaran, evaluasi hasil belajar, pengembangan peserta didik. Selengkapnya dijelaskan sebagai berikut.

2.1.2.1 Kemampuan Mengelola Pembelajaran

Secara pedagogis kemampuan mengelola pembelajaran merupakan hal dasar yang perlu dikuasai oleh guru. Kompetensi guru dalam mengelola pembelajaran perlu mendapat perhatian yang serius, karena pendidikan di Indonesia dinyatakan kurang berhasil oleh sebagian masyarakat.

2.1.2.2 Pemahaman Terhadap Peserta Didik

Pemahaman terhadap peserta didik merupakan salah satu kompetensi pedagogik yang harus dimiliki oleh guru. Sedikitnya terdapat empat hal yang harus dipahami guru dari peserta didiknya, yaitu tingkat kecerdasan, kreativitas, cacat fisik, dan perkembangan kognitif. Tugas guru dalam memahami siswa merupakan hal yang wajib dilakukan karena peserta didik butuh perhatian dari guru

2.1.2.3 Perancangan Pembelajaran

Perancangan pembelajaran merupakan salah satu kompetensi pedagogik yang harus dimiliki oleh guru, yang akan bemuara pada pelaksanaan pembelajaran. Perancangan pembelajaran sedikitnya mencakup tiga kegiatan yaitu, identifikasi kebutuhan, perumusan kompetensi dasar, dan penyusunan program pembelajaran. 2.1.2.4 Pelaksanaan Pembelajaran yang Mendidik dan Dialogis Kegagalan pelaksanaan pembelajaran sebagian besar disebabkan oleh penerapan metode pendidikan konvensional, anti dialog, pewarisan pengetahuan. Guru 17 harus memiliki kompetensi untuk melaksanakan pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Hal ini berarti, bahwa pelaksanaan pembelajaran harus berangkat dari proses dialogis antar sesama subyek pembelajaran, sehingga melahirkan pemikiran kritis dan komunikasi.

2.1.2.5 Pemanfaatan Teknologi Pembelajaran

Penggunaan teknologi dalam pendidikan dan pembelajaran dimaksudkan untuk memudahkan atau mengefektifkan kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini, guru dituntut untuk memiliki kemampuan menggunakan dan mempersiapkan materi pembelajaran dalam suatu sistem jaringan komputer yang dapat diakses oleh peserta didik. Prinsip belajar komputer memberikan dampak pada profesionalisme guru, sehingga harus menambah pemahaman dan kompetensi baru untuk memfasilitasi pembelajaran.

2.1.2.6 Evaluasi Hasil Belajar

Evaluasi hasil belajar dilakukan untuk mengetahui perubahan perilaku dan pembentukan kompetensi peserta didik, yang dapat dilakukan dengan penilaian kelas, tes kemampuan dasar, penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi, serta penilaian program.

2.1.2.7 Pengembangan Peserta Didik

Pengembangan peserta didik merupakan bagian dari kompetensi pedagogik yang harus dimiliki guru, untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik. Pengembangan peserta didik dapat dilakukan oleh guru melalui berbagai cara antara lain melalui kegiatan ekstra kurikuler, pengayaan dan remedial, serta bimbingan dan konseling. 18

2.1.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kompetensi Pedagogik Guru

Penelitian dari Yuliharti tahun 2012 menjelaskan ada dua faktor yang mempengaruhi tingkat kompetensi pedagogik guru, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri guru internal dan faktor dari luar diri guru eksternal. Faktor internal meliputi: tingkat pendidikan, keikutsertaan dalam berbagai pelatihan dan kegiatan ilmiah, tingkat kesejateraan guru, kesadaran akan kewajiban dan panggilan hati nurani, peran serta masyarakat. Sedangkan faktor eksternal meliputi: ketersediaan sarana dan media pembelajaran, kepemimpinan kepala sekolah, kegiatan pembinaaan yang dilakukan. Dibawah ini akan dijelaskan sebagai berikut: 1 Tingkat pendidikan disesuaikan dengan Undang- Undang RI No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 8 bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Peningkatan kualifikasi dengan mengikuti pendidikan prajabatan. Kegiatan tersebut tidak hanya memperoleh ijazah, tetapi betul- betul dapat meningkatkan profesionalisme guru. Oleh sebab itu, setiap lulusan lembaga pendidik tenaga kependidikan harus siap menjadi agen pembaharuan dalam proses pembelajaran. Tingkat pendidikan guru dijadikan sebagai ukuran untuk menilai tingkat profesionalitas. 2 Keikutsertaan dalam bebagai pelatihan dan kegiatan ilmiah dalam jabatan juga perlu dilakukan. Pendidikan dan pelatihan dilakukan dengan melibatkan semua personel pendidikan termasuk guru. Dengan mengikuti banyak pelatihan, seminar atau kegiatan kelompok guru nantinya akan membawa dampak positif pada kualitas kompetensi guru sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai. Selain itu juga adanya peran dari pemerintah untuk memfasilitasi potensi dari guru misal mengadakan 19 pelatihan dan uji kompetensi untuk guru dan membuat kebijakan untuk guru mengikuti kegiatan tersebut. 3 Tingkat kesejateraan guru yang didukung dengan komitmen pemerintah baik pusat maupun daerah terhadap penyelenggaraan pendidikan juga sangat diperlukan. Dukungan tersebut baik dari segi peningkatan anggaran dana pendidikan maupun komitmen dalam melaksanakan pembaruan dalam bidang pendidikan. Pemerintah diharapkan menghargai kompetensi guru misalnya melalui pemberian tunjangan, kenaikan pangkat dan golongan bagi guru yang mendapat prestasi, namun itu semua harus didasarkan pada hasil uji kompetensi guru. 4 Kesadaran akan kewajiban dan panggilan hati nurani merupakan faktor yang paling penting karena mempengaruhi kualitas kompetensi pedagogik guru. Dengan kesadaran ini guru akan memiliki kreativitas tinggi dalam mengatasi berbagai keterbatasan dan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Guru yang benar-benar menyukai profesi sebagai guru akan selalu berupaya dan berusaha untuk meningkatkan kompetensinya tanpa ada paksaan dari berbagai pihak. 5 Peran serta masyarakat dalam hal penyelenggaraan pendidikan peningkatan kompetensi guru sangat dituntut. Peran yang bisa dijalankan mulai dari perencanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan namun selama ini peran masyarakat terbatas pada iuran pembangunan, perawatan, dan perbaikan. Salah satu cara dilakukan adalah adanya kerjasama antara pihak sekolah dan masyarakat sekitar seperti menjadi guru bantu, mengajar kebudayaan setempat, dan menjadi sumber informasi. 20 Faktor eksternal meliputi: 1 Ketersediaan sarana dan media pembelajaran dalam pelaksanaan pendidikan pembelajaran penting untuk dipenuhi karena kelengkapan sarana dan prasarana merupakan faktor penunjang keberhasilan dalam pendidikan. Selain itu, kelengkapan sarana pembelajaran juga menjadi alat bantu guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Guru dituntut untuk memanfaatkan sarana yang ada dalam menyampaikan materi. 2 Kepemimpinan kepala sekolah memiliki andil yang cukup besar dalam mendorong dan meningkatkan kompetensi pedagogik guru. Kepala sekolah hendaknya menunjukkan rasa tanggung jawab bersama dan memberikan teladan dalam melaksanakan tugas. Dalam hal ini kepala sekolah memberi perhatian lebih kepada guru yang mengalami kesulitan dalam proses pengajaran. Kepala sekolah bisa mengadakan kegiatan supervisi kepada guru . 3 Kegiatan pembinaaan yang dilakukan secara teratur. Pembinaan bisa dilakukan oleh supervisor, dalam hal ini adalah kepala sekolahpengawas sekolah. Salah satu kompetensi yang dimiliki kepala sekolah adalah kompetensi supervisi. Kegiatan supervisi ini bukan kegiatan sesaat saja namun secara kontinu dan berkesinambungan. Dari hasil supervisi ini kepala sekolah mengadakan evaluasi. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2015 tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa pendidik wajib memiliki kualifikasi, kompetensi, sertifikat pendidik. Kompetensi pendidik yang dimaksud adalah kompetensi sosial, profesional, kepribadian, pedagogik yang dapat diperoleh melalui pendidikan profesi. 21

2.1.4 Supervisi kepala sekolah

Uraian tentang supervisi kepala sekolah meliputi: pengertian supervisi, prinsip- prinsip supervisi, tujuan supervisi, fungsi supervisi, pendekatan supervisi, macam- macam supervisi, faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja sebagai supervisor.

2.1.4.1 Pengertian Supervisi

Supervisi secara etimologis berasal dari bahasa Inggris “supervision” dan merupakan panduan dari dua kata, yaitu “super” yang artinya atas; sedangkan “vision” diartikan melihat atau mensupervisi Imron, 2012: 19. Dengan demikian supervisi berarti melihat dari atas . Imron 2012: 8 berpendapat bahw a “supervisi merupakan serangkaian bantuan yang berwujud layanan profesional yang diberikan orang yang lebih ahli kepala sekolah, penilik sekolah, pengawas, dan ahli lainnya kepada guru ”. Adam dan Dickey dalam Sutomo 2012: 98 menjelaskan supervisi adalah program yang terencana untuk memperbaiki pengajaran. Tujuan utamanya adalah memperbaiki proses belajar mengajar. Sedangkan Pidarta 2009: 200 menjelaskan bahwa supervisi adalah kegiatan membimbing dan membina guru dalam meningkatkan profesinya, terutama dalam proses pembelajaran. Sahertian dalam Sutomo 2012: 99 menjelaskan bahwa supervisi adalah usaha mengawali, mengarahkan, mengkoordinasi dan membimbing secara kontinu pertumbuhan guru-guru di sekolah, baik secara individual maupun secara kolektif agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran sehingga dapat menstimulasi dan membimbing pertumbuhan murid secara kontinu sehingga lebih cepat berpartisipasi dalam masyarakat modern. Dari beberapa definisi tersebut secara implisit makna supervisi mengandung berbagai kegiatan yang dilakukan oleh supervisor seperti pembinaan yang kontinu, pemberian layanan, pengembangan kemampuan profesional, perbaikan situasi 22 belajar, dengan sasaran akhir pencapaian tujuan pendidikan dan pertumbuhan pribadi peserta didik. Supervisi bukanlah kegiatan sesaat seperti inspeksi tetapi merupakan kegiatan yang kontinu dan berkesinambungan sehingga guru selalu berkembang dalam mengerjakan tugas secara efektif dan efisien. Dalam supervisi ada proses pelayanan untuk membantu atau membina guru-guru, dari hasil pembinaan ini diharapkan dapat meningkatkan profesionalitas guru. Perbaikan dan peningkatan kemampuan kemudian ditransfer ke dalam perilaku mengajar sehingga tercipta situasi belajar mengajar yang baik, yang akhirnya juga meningkatkan pertumbuhan peserta didik. Dalam kaitannya di bidang pendidikan khususnya sekolah dasar juga diperlukan supervisi karena banyak terjadi masalah yang kompleks yang perlu adanya penanganan. Di sekolah dasar kepala sekolah berperan sebagai supervisor yang bertanggung jawab mengatasi masalah-masalah yang terjadi, sehingga dalam mencapai kualitas pendidikan bisa optimal. Kepala sekolah harus memahami prinsip-prinsip dari supervisi pendidikan. Karena dengan prinsip tersebut bisa menjadi acuan dan pegangan dalam melaksanakan tugas. 2.1.4.2 Prinsip-prinsip Supervisi Dalam pelaksanaannya ada beberapa prinsip-prinsip yang bisa menjadi pedoman kepala sekolah dalam menjalankan tugasnya agar supervisi dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. Sutomo 2012: 103 menjelaskan prinsip-prinsip atau asas- asas dalam supervisi sebagai berikut : 1 Praktis: artinya supervisi dapat dikerjakan, sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. 23 2 Fungsional: artinya supervisi dapat berfungsi sebagai sumber informasi bagi pengembangan manajemen pendidikan dan peningkatan proses belajar mengajar. 3 Relevansi: artinya pelaksanaan supervisi seharusnya sesuai dan menunjang pelaksanaan yang berlaku. 4 Ilmiah: artinya supervisi perlu dilaksanakan secara sistematis, obyektif, menggunakan prosedur dan instrumen, didasarkan pada pendekatan sistem 5 Demokrasi: artinya supervisi sesuai dengan prinsip demokrasi maka proses yang di tempuh untuk pengambilan keputusan ialah melalui musyawarah untuk mencapai kemufakatan. 6 Kooperatif: artinya adanya semangat kerjasama antara supervisor dengan si- tersupervisi guru. 7 Konstruktif dan kreatif: artinya supervisi akan mendorong kepada bawahan yang dibimbing untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan atau kekurangannya serta secara kreatif, berusaha meningkatkan prestasi kerjanya. Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa pada dasarnya prinsip supervisi dilakukan secara ilmiah. Supervisor yang yang mampu menjalankan prinsip- prinsip supervisi adalah supervisor yang memiliki sikap inovatif yang tinggi terhadap tugas profesionalitasnya, mau dan mampu melakukan perubahan dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan secara terus menerus. Dengan memahami arti dan prinsip-rinsip supervisi tersebut maka diharapkan akan tercapai tujuan supervisi yakni peningkatan mutu proses belajar mengajar.

2.1.4.3 Tujuan Supervisi

Secara operasional supervisi pendidikan bertujuan untuk memberikan bantuan kepada guru guna peningkatan kemampuan mereka dalam rangka mewujudkan proses 24 pembelajaran yang lebih baik yaitu mampu menumbuhkembangkan potensi para siswa. Mulyasa 2003 mengemukakan bahwa tujuan supervisi adalah “mengembangkan iklim yang kondusif dan lebih baik dalam kegiatan pembelajaran, melalui pembinaan dan peningkatan profesi mengajar ”. Dengan kalimat lain, tujuan supervisi pengajaran adalah membantu dan memberi kemudahan kepada para guru untuk meningkatkan kemampuan mereka guna mewujudkan tujuan belajar peserta didik. Ametembun 1981 dalam Sutomo 2012: 100 menjelaskan tujuan supervisi sebagai berikut: 1 Memperbesar semangat guru-guru dan meningkatkan motivasi berprestasi untuk mengoptimalkan kinerja secara maksimal dalam profesi 2 Membina kepala sekolah dan guru untuk lebih memahami tujuan pendidikan yang sebenarnya dan peranan sekolah dalam merealisasikan tujuan tersebut. 3 Membantu kepala sekolah dan guru mengadakan diagnosis secara kritis terhadap aktivitas dan kesulitan belajar mengajar, serta menolong mereka merencanakan perbaikan. 4 Membantu kepala sekolah dan guru dalam mengevaluasi aktivitasnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik. 5 Memperbesar kesanggupan kepala sekolah dan guru untuk mempersiapkan peserta didiknya menjadi anggota masyarakat yang lebih efisien. Supervisi pendidikan berperan memberikan kemudahan dan membantu kepala sekolah dalam mengembangkan potensi secara optimal. Melalui supervisi, guru diberi kesempatan untuk meningkatkan kinerjanya, dilatih untuk memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi. Supervisi pendidikan dilaksanakan atas dasar kerjasama, partisipasi, dan kolaborasi bukan berdasarkan paksaan dan kepatuhan. Demikian tujuan 25 supervisi pendidikan adalah untuk membantu guru meningkatkan kemampuannya agar menjadi guru yang lebih baik dan profesional dalam melaksanakan pengajaran.

2.1.4.4 Fungsi Supervisi

Fungsi supervisi diartikan sebagai tugas aktif dari kegiatan supervisi yang dilakukan oleh orang yang berkedudukan sebagai supervisor. Swearingen dalam Sagala 2012: 106 memberikan delapan fungsi supervisi yaitu: 1 mengkoordinir semua usaha sekolah; 2 melengkapi kepemimpinan kepala sekolah; 3 memperluas pengalaman guru-guru; 4 menstimulasi usaha-usaha yang kreatif; 5 memberikan fasilitas dan penilaian yang terus-menerus; 6 menganalisa situasi belajar mengajar; 7 memberikan pengetahuan dan skill kepada anggota staf; 8 mengintegrasikan tujuan pendidikan dan membantu meningkatkan kemampuan mengajar guru. Menurut Purwanto 2012: 86 fungsi-fungsi supervisi dalam lima bidang yaitu: 1 bidang kepemimpinan; 2 hubungan kemanusiaan 3 dalam pembinaan proses kelompok; 4 bidang administrasi personal; 5 bidang evaluasi. Sedangkan menurut Briggs 1938 dalam Imron 2012: 12 supervisi berfungsi untuk mengkoordinasikan, menstimulasi, dan mengarahkan guru, mengkoordinasikan semua usaha sekolah, memperluas pengalaman guru, menstimulasi usaha-usaha yang kreatif, memberi fasilitas dan penilaian, menganalisis situasi belajar mengajar, memberikan pengetahuan dan keterampilan guru serta staf, mengintegrasikan tujuan pendidikan dan membantu meningkatkan kemampuan guru. Fungsi-fungsi tersebut merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, digunakan membantu memecahkan berbagai kesulitan dalam melaksanakan tugas pembelajaran memanfaatkan teknik-teknik supervisi yang sesuai kebutuhan guru. Peran dan fungsi supervisi pendidikan adalah korektif, preventif, konstruktif dan kreatif 26 dengan sasaran memperbaiki situasi belajar mengajar dan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar. Pelaksanaan fungsi-fungsi harus dilaksanakan secara kontinu, konsisten, terpadu dengan antara program supervisi dengan program pendidikan di sekolah. Sebab inti dari kegiatan supervisi adalah pembinaan terhadap kemampuan profesional guru dan tenaga kependidikan lainya agar tercipta iklim belajar yang kondusif.

2.1.4.5 Pendekatan Supervisi

Terdapat beberapa macam pendekatan supervisi yang dapat dilakukan dan menjadi pilihan kepala sekolah dalam melaksanakan kegiatan supervisi. Pendekatan- pendekatan ini didasari oleh pertimbangan dan alasan tertentu tergantung situasi dan kondisinya. Pada prinsipnya tidak ada pendekatan tunggal yang dapat digunakan untuk segala situasi dan tempat. Pemilihan yang tepat bergantung pada masalah yang dihadapi dan tujuan yang hendak dicapai. Berbagai macam pendekatan menurut Wahyudi 2009: 104 adalah kolegial, individual dan klinis dibawah ini dijelaskan sebagai berikut. 1 Pendekatan kolegial artinya dalam melaksanakan supervisi kolegial ada proses formal moderat dimana dua orang guru atau lebih bekerjasama untuk kepentingan perkembangan profesional guru. Kegiatan supervisi kolegial dilakukan dengan saling mengadakan observasi kelas masing-masing dan selanjutnya saling memberikan balikan tentang observasi yang dilakukan dan membahas masalah- masalah profesional mereka. Bentuk supervisi kolegial menurut Kimbrough 1990:183-186 dalam Wahyudi 2009: 105 antara lain pertemuan guru-guru faculty meetings, lokakarya workshop, dan observasi sesama guru di kelas teacher observasing teachers. 27 2 Pendekatan individual dalam pendekatan ini supervisi juga disebut wawancara individual yaitu suatu kesempatan yang diciptakan oleh kepala sekolah untuk bekerja secara individual dengan guru sehubungan dengan masalah-masalah profesional guru. Jadi di dalam pendekatan ini adanya suatu komunikasi antara guru dan kepala sekolah. Kepala sekolah mempunyai tanggung jawab untuk memberi perhatian kepada guru yang merasa kesulitan dalam memecahkan masalahnya. Masalah-masalah yang mungkin dibicarakan antara lain masalah pembelajaran, masalah kesulitan belajar siswa, hubungan antar guru. Pendekatan individual sesuai bagi guru yang lebih suka bekerja secara individual atau kurang dapat bekerja dengan guru lain. Pilihan terhadap pendekatan individual lebih efisien dari segi waktu, biaya, dan terdapat kerjasama antara supervisor dan guru. 3 Pendekatan supervisi klinis menurut Acheson dan Gall 1987 dalam Wahyudi 2009: 108 mengartikan supervisi klinis adalah bentuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan pembelajaran dengan tahapan atau melalui siklus yang sistematis dalam perencanaan, pengamatan, serta analisis yang logis dan intensif mengenai penampilan mengajar yang nyata, dalam mengadakan perubahan dengan cara yang rasional. Supervisi klinis dilakukan atas dasar insiatif awal dari guru. Supervisi muncul atas kesadaran guru datang ke supervisor untuk minta bantuan mengatasi masalahnya. Didalam supervisi klinis ada prosedur dan tahap pelaksanaannya, dan tahapan ini dilakukan secara sistematis. Supervisor dituntut untuk memiliki pengetahuan tentang penerapan supervisi klinis. Kondisi ini diperlukan untuk menjawab permasalahan-permasalahan di sekolah yang terkait dengan supervisi klinis. Masih minimnya supervisi klinis di sekolah menuntut kemampuan kepala sekolah untuk membangun inisiatif dari guru. 28 Pendekatan supervisi individual, supervisi kolegial, supervisi klinis menjadi alternatif dalam pembinaan peningkatan profesionalitas guru. Setiap pendekatan yang digunakan dalam supervisi hendaknya bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi guru, karena itu pemilihan pendekatan supervisi tergantung dari persoalan yang dihadapi oleh guru. Keberhasilan supervisi juga dipengaruhi oleh kemampuan supervisor dalam hal ini di sekolah adalah kepala sekolah yang merupakan figur kunci dalam mendorong perkembangan dan kemajuan sekolah dengan kegiatan seperti membimbing, mengarahkan dan melakukan kerjasama secara profesional dengan para guru.

2.1.4.6 Macam-macam Supervisi Kepala Sekolah

Supervisi kepala sekolah mencakup bidang yang luas, yaitu meliputi seluruh proses pendidikan seperti supervisi pembelajaran, supervisi akademik, supervisi klinis. Macam-macam supervisi ini bisa menjadi pilihan oleh kepala sekolah dalam memilih model yang akan digunakan. Dalam pemilihan supervisi juga harus disesuaikan dengan kebutuhan guru. Dibawah ini akan dijelaskan sebagai berikut. 1 Supervisi pembelajaran adalah pemberian bantuan kepada guru untuk meningkatkan kemampuan profesionalitas guru dalam meningkatkan proses dan hasil belajar. Program supervisi pembelajaran meliputi banyak hal, kepala sekolah sebagai supervisor harus membantu guru untuk meningkatkan profesi mengajar. Imron 2012: 24 “adapun tujuan supervisi pembelajaran adalah terbaikinya proses belajar mengajar, yang di dalamnya melibatkan guru dan siswa melalui serangkaian tindakan, bimbingan, dan arahan ”. 2 Supervisi akademik hampir sama dengan supervisi pembelajaran tetapi supervisi akademik sifatnya lebih kompleks. Dikatakan lebih kompleks karena tidak hanya 29 pembelajaran melainkan menyentuh kurikulum, penelitian, kelompok kerja guru dan sebagainya. Daresh 1989 dalam Prasojo 2011: 84 menjelaskan supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Ruang lingkup supervisi akademik meliputi hal-hal berikut ini, 1 Pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan. 2 Persiapan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran oleh guru. 3 Pencapaian standar kompetensi lulusan, standar proses, standar isi, peraturan pelaksanaannya. 4 Peningkatan mutu pembelajaran melalui pengembangan Prasojo dan Sudiyono, 2011: 84. 3 Supervisi Klinis berbeda dengan supervisi akademik. Perbedaannya adalah supervisi akademik dilakukan dengan inisiatif awal dari supervisor sedangkan supervisi klinis dilakukan berdasarkan inisiatif dari guru. Pelaksanaan supervisi klinis ketika guru meminta bantuan kepada supervisor untuk membantu mengatasi masalahnya. Ada empat langkah dalam pelaksanaan supervisi klinis. Menurut Sullivan Glants 2005 dalam Prasojo 2011: 113 yaitu, 1 Perencanaan. 2 pertemuan. 3 observasi. 4 refleksi kolaborasi.

2.1.4.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Kepala Sekolah sebagai Supervisor

Kinerja merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, work performance atau job performance. Kinerja dalam bahasa Indonesia disebut juga prestasi kerja. Kinerja atau prestasi kerja diartikan sebagai ungkapan kemampuan yang didasari oleh pengetahuan, sikap, keterampilan, dan motivasi dalam menghasilkan sesuatu Jasmani dan Mustofa 2013: 155. Sedangkan menurut Prawirosentono 1999 dalam Jasmani dan Mustofa 2013: 156 menjelaskan kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang 30 atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan tanggung jawabnya masing-masing, dalam rangka upaya untuk mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan aturan yang berlaku. Berdasarkan berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dicapai seseorang berdasarkan kemampuan yang dimilikinya sesuai dengan standar dan tujuan yang telah ditetapkan. Kinerja dapat ditunjukkan dengan penampilan, keterampilan, sikap, maupun hasil dari apa yang telah dilakukan oleh seseorang. Ada berbagai faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kinerja. Purwanto 2012: 118 mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi berhasil-tidaknya supervisi atau cepat-lambatnya hasil supervisi itu, antara lain: 1 Lingkungan masyarakat tempat sekolah itu berada. Apakah sekolah itu di kota besar, kecil, pelosok pastinya akan mempengaruhi kinerja kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi. 2 Besar-kecilnya sekolah. Apakah sekolah itu merupakan kompleks sekolah yang besar, banyak jumlah guru dan muridnya atau sebaliknya. 3 Tingkatan dan jenis sekolah. Apakah sekolah yang dipimpin itu SD, SMP dll semuanya memerlukan sifat dan sikap supervisi tertentu. 4 Keadaan guru dan pegawai yang tersedia. Apakah sekolah itu umumnya sudah berwenang, bagaimana kehidupan sosial-ekonomi dst 5 Kecakapan dan keahlian kepala sekolah itu sendiri. Faktor ini adalah faktor yang terpenting, jika kepala sekolah itu sendiri tidak mempunyai kecakapan dan keahlian yang diperlukan, semuanya tidak akan ada artinya. 31 Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja kepala sekolah sebagai supervisor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal berasal dari kepala sekolah sendiri misalnya pendidikan, kecakapan, pengalaman dll. Faktor eksternal berasal dari lingkungan masyarakat seperti lingkungan sosial ekonomi masyarakat, akreditasi sekolah, kondisi sekolah dll.

2.1.5 Kepala Sekolah

Uraian tentang kepala sekolah meliputi: pengertian kepala sekolah, peran kepala sekolah, tugas-tugas kepala sekolah, keterampilan manajerial kepala sekolah, kepemimpinan kepala sekolah yang efektif.

2.1.5.1 Pengertian Kepala Sekolah

Suatu organisasi tidak akan berjalan baik jika tidak ada seorang pemimpin, begitu juga dengan dunia pendidikan. Di sekolah dipimpin oleh seorang kepala sekolah karena dianggap sebagai pemimpin maka dituntut untuk mempunyai kemampuan dan kecerdasan dalam mengelola sekolah. Wahyudi 2009: 63 menjelaskan kepala sekolah merupakan jabatan yang diperoleh seseorang setelah sekian lama menjabat sebagai guru. Sesuai Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayan No. 0296 Tahun 1996 Kepala Sekolah adalah guru yang memperoleh tambahan tugas untuk memimpin penyelenggaraan pendidikan dan upaya peningkatan mutu pendidikan sekolah. Kepala sekolah selain memimpin penyelenggaraan pendidikan di sekolah juga berperan sebagai administrator, pengawas dan supervisor pembelajaran. Kepala sekolah merupakan pemimpin pendidikan tingkat satuan pendidikan yang harus memiliki dasar kepemimpinan yang kuat Mulyasa 2011: 16. Untuk itu, setiap kepala sekolah harus memahami kunci sukses kepemimpinanya. 32

2.1.5.2 Peran Kepala Sekolah

Di sekolah tentunya kepala sekolah tidah berpangku tangan dan hanya menyuruh bawahannya saja namun ada berbagai peran yang bisa dilakukan kepala sekolah. Peran tersebut tentunya bisa menjadi teladan dan contoh bagi guru seperti kepala sekolah memberikan demonstrasi mengajar kepada guru. Ada beberapa peran kepala sekolah menurut Sagala 2012: 117 yaitu sebagai administrator, pengawas, dan supervisi pembelajaran. Di bawah ini akan dijelaskan lebih lanjut. 1 Sebagai administrator karena adanya kelemahan administrasi sekolah sebagian besar disebabkan ketidakmampuan pengelolaannya dalam menjalankan fungsinya secara profesional. Pada dasarnya secara konseptual administrasi yang baik menduduki tempat yang sangat menentukan dalam struktur manajemen pendidikan. Danim 2002: 132 menyatakan tugas kepala sekolah sebagai administrator adalah mengarahkan, mengkoordinasikan, dan mendorong kearah keberhasilan pekerjaan bagi semua staf dengan cara mendefinisikan tujuan, mengevaluasi kinerja, mengelolah sumber-sumber organisasi. Peran administrator adalah melakukan perubahan yang lebih berkualitas dan kompetitif, sehingga sekolah yang dipimpinnya mempunyai pengaruh yang kuat terhadap tatanan sosial di mana sekolah itu berada dan berpengaruh pula pada semua guru dan personel sekolah serta peserta didiknya. Mentzberg 1973 dalam Sagala 2012: 122 menjelaskan kepala sekolah sebagai administrator harus kompeten dalam menjalankan tugas teknis manajerial dalam hal a Interpersonal yaitu menjalankan fungsi sebagai figure, pemimpin dan juru runding. b Informational yaitu menjalankan fungsi sebagai pemantau, penyebar dan perantara. c decisional yaitu fungsi sebagai wirawastawan, 33 negosiator, dan pengalokasi sumber-sumber. Administrator juga mempunyai tugas untuk melayani pada setiap unit pelayanan sekolah sehingga diperlukan pelayanan yang prima untuk mendapatkan kualitas yang baik. Kepala sekolah sebagai administrator dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya akan tampak berhasil jika mampu memberdayakan seluruh personel sekolah sesuai tugas pokok dan fungsinya dengan landasan profesional kearah pencapaian tujuan organisasi secara berkualitas. 2 Sebagai pengawas karena dalam pelaksanaan program dan kegiatan sekolah untuk mencapai kualitas yang dipersyaratakan perlu mendapat pengawasan yang sungguh-sungguh oleh kepala sekolah. Pengawasan, pengendalian, controlling yang dilakukan oleh kepala sekolah adalah suatu proses manajemen yang sangat penting kedudukannya dalam mengukur kualitas kegiatan sekolah. Handoko 2003: 379 mengatakan pengawasan sebagai proses “menjamin” bahwa tujuan-tujuan organisasi manajemen tercapai sesuai dengan yang direncanakan. Pengawasan dapat dikaitkan dengan upaya untuk mengendalikan program dan kegiatan, membina orang-orang yang melaksanakan program dan kegiatan, dan pelurusan program dan kegiatan yang tidak mengarah pada sasaran untuk tujuan pengendalian mutu. Kontrol atau pengawasan dari kepala sekolah adalah kegiatan untuk menjamin tidak adanya penyimpangan-penyimpangan, terhindar dari kesalahan sekecil apapun, sehingga kegiatan sekolah dapat berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan, mencapai sasaran yang ditetapkan dan mendapat pengakuan dari stakeholders bahwa sekolah tersebut berkualitas. Sebagai pengawas kepala sekolah juga bertugas memonitoring dan mengevaluasi kegiatan yang ada di 34 sekolah jika terjadi masalah bisa dikomunikasikan dengan personel sekolah seperti guru, Disini kepala sekolah bekerjasama dengan guru untuk menyelesaikan masalah yang ada. Begitupun juga dengan guru misal ada masalah bisa dikonsultasikan dengan kepala sekolah sehinga timbul komunikasi yang baik antara guru dengan kepala sekolah. 3 Sebagai supervisor pembelajaran kepala sekolah menunjukan adanya perbaikan pengajaran pada sekolah yang dipimpinnya, perbaikan ini hasil dari supervisi berupa bantuan kepada guru-guru yang mengalami kesulitan dalam mengajar. Bantuan dapat berupa dukungan fasilitas, bahan-bahan ajar yang diperlukan, pelatihan dll yang akan meningkatkan efektivitas program pengajaran dan implementasi program dalam aktivitas belajar di kelas. Sebagai supervisi maka kepala sekolah senantiasa meningkatkan dan menyegarkan pengetahuannya beberapa tingkat lebih baik dari guru. Kepala sekolah harus mengetahui secara jelas teknik yang dipakai dalam supervisi dan apa yang harus disupervisi. Kualitas pembelajaran ini tidak hanya ditentukan oleh guru sendiri melainkan harus ada upaya bersama dari guru dan supervisor. Hal penting dilakukan kepala sekolah sebagai supervisor adalah memantau dan mengawasi ruang lingkup penilaian yang disiapkan dari guru. Peran dan fungsi kepala sekolah sebagai supervisor pembelajaran adalah membantu dan memfasilitasi guru dalam melakukan proses belajar mengajar dan melakukan penilaian menggunakan teknik-teknik supervisi sesuai kebutuhan. Jadi kepala sekolah berperan sebagai administrator, pengawas, dan supervisor sesuai situasi dan kondisi tuntutan tanggung jawab secara dinamis dalam menggerakan seluruh potensi sekolah kearah pencapaian visi, misi, tujuan dan target sekolah. 35 Dalam melaksanakan berbagai peran tersebut kepala sekolah mempunyai tanggung jawab untuk melaksanakan berbagai tugas

2.1.5.3 Tugas Kepala Sekolah

Kepala sekolah bertanggung jawab atas proses pendidikan di sekolah. Tugas- tugas ini menjadi kewajiban yang sangat penting untuk dilaksanakan. Begitu banyak dan kompleks tugas dari kepala sekolah menurut Sutomo 2012: 87 antara lain: 1 Dalam perannya sebagai pendidik, kepala sekolah bertugas: membimbing guru, karyawan swasta, mengembangkan staf, mengikuti perkembangan iptek, dan menjadi contoh dalam proses pembelajaran. 2 Dalam perannya sebagai manajer kepala sekolah bertugas: menyusun program, menyusun pengorganisasian sekolah, menggerakan staf, mengoptimalkan sumber daya sekolah dan mengendalikan kegiatan. 3 Sebagai administrator, kepala sekolah bertugas: mengelola administrasi, KBM dan BK, kesiswaan, sarana dan prasarana. 4 Sebagai supervisor kepala sekolah bertugas: menyusun program supervisi pendidikan, memanfaatkan hasil supervisi. 5 Sebagai pemimpin kepala sekolah bertugas: menyusun dan mensosialisasikan visi dan misi suatu program sekolah, mengambil keputusan, melakukan komunikasi 6 Sebagai pembaharu kepala sekolah bertugas: mencari dan melakukan pembaharuan dalam berbagai aspek, mendorong guru staf dan orangtua untuk memahami dan memberikan dukungan pembaharuan yang ditawarkan. 7 Sebagai pembangkit motivasi kepala sekolah bertugas: menyihir lingkungan kerja, suasana kerja, membangun prinsip penghargaan dan hukuman yang sistemik. 36 Begitu banyak tugas dan tuntutan kepala sekolah, untuk mengoptimalkan tugas dan peran tersebut, kepala sekolah dituntut untuk mempunyai berbagai keterampilan dan kompetensi karena dari keterampilan ini bisa menjadi penunjang tugasnya dan faktor keberhasilan sehingga bisa memberikan dampak positif dalam mewujudkan tujuan sekolah.

2.1.5.4 Keterampilan manajerial Kepala Sekolah

Peranan kepala sekolah sebagai manajer perlu memiliki berbagai keterampilan yang perlu dikuasai karena keterampilan ini diperlukan dalam melaksanakan tugas manajerial secara efektif, meskipun penerapan masih tergantung pada tingkatan manajerial. Agar seorang kepala sekolah secara efektif dapat melaksanakan fungsinya maka kepala sekolah memerlukan keterampilan manajerial. Ada tiga keterampilan manajerial kepala sekolah menurut Wahyudi 2009: 67 antara lain keterampilan konseptual, keterampilan hubungan manusia, keterampilan teknik. Dibawah ini akan dijelaskan sebagi berikut: 1 Keterampilan konseptual menurut Pidarta dalam Wahyudi 2009: 70 menjelaskan keterampilan konseptual adalah kemampuan manajer dalam menentukan strategi, kebijakan, mengkreasikan atau merencanakan suatu yang baru, dan mengambil keputusan. Dengan kemampuan konseptual memungkinkan seseorang bertindak selaras dengan tujuan organisasi secara menyeluruh dari pada hanya atas dasar tujuan dan kebutuhan kelompok sendiri. Dalam organisasi pendidikan, keterampilan konseptual adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh kepala sekolah untuk melihat sekolah sebagai suatu keseluruhan, merencanakan perubahan, merancang tujuan sekolah, membuat penilaian tentang efektifitas kegiatan sekolah mengkoordinasikan program secara harmonis. Pentingnya 37 keterampilan konseptual bagi kepala sekolah sebagai manajer pendidikan dalam melaksanakan tanggung jawab manajerialnya, menentukan kebijaksanaan, pemecahan masalah dan dalam pengembangan program secara efektif. Sehingga kepala sekolah dalam memahami keterampilan ini nantinya dapat memberikan efek yang positif terhadap setiap usaha dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. 2 Keterampilan hubungan manusia merupakan aktifitas hubungan antar manusia dan interaksi antar anggota organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sering terjadi di dalam suatu hubungan adanya masalah seperti kurang harmonis antar individu biasanya disebabkan kurang lancarnya dalam berkomunikasi, tidak sepahamsependapat tentang suatu hal untuk itu perlu diciptakan hubungan yang baik. Hubungan antar individu di dalam organisasi bersifat esensial terutama dalam aktifitas kerjasama dalam mencapai tujuan. Di dalam sebuah hubungan tidaklah selalu berjalan harmonis pasti ada masalah yang terjadi. Dalam organisasi pendidikan tentunya peran dari kepala sekolah sangat dinanti untuk memecahkan masalah yang ada. Kepala sekolah yang memiliki keterampilan ini diharapkan dapat bekerjasama, berkomunikasi dengan personel sekolah dalam rangka menciptakan suasana saling percaya terhadap program sekolah dan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan unjuk kerja guru. Perilaku hubungan manusia yang dilakukan oleh kepala sekolah meliputi: 1 menjalin hubungan kerjasama dengan guru; 2 membangun semangatmoral kerja guru; 3 memberikan penghargaan kepada guru yang berprestasi; 4 menjalin komunikasi yang baik dengan guru. 3 Keterampilan teknikal ini bersifat konseptual yaitu merencanakan, mengorganisir, memecahkan masalah, dan mengadakan kerjasama dengan guru dan masyarakat 38 juga harus mampu melaksanakan kegiatan yang bersifat praktis teknikal. Terry dalam Wahyudi 2009: 75 berpendapat bahwa keterampilan teknikal keahlian dalam hal menggunakan sesuatu aktifitas spesifik yang meliputi suatu proses, prosedur, dan teknik, keterampilan teknikal memungkinkan orang yang bersangkutan melaksanakan mekanisme yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan khusus. Dalam kaitannya dengan dunia pendidikan keterampilan teknikal dibutuhkan oleh kepala sekolah karena dengan keterampilan ini kepala sekolah dapat menggunakan pengetahuan, metode, teknik serta perlengakapan untuk menyelesaikan tugas tertentu seperti pengetahuan tentang cara pengelolaan kelas, menggunakan metode pembelajaran, teknik mengarahkan dan membina guru-guru di sekolah. Ketiga keterampilan tersebut diperlukan untuk melaksanakan tugas manajerial secara efektif, meskipun penerapan masing-masing keterampilan tersebut masih tergantung dari kemampuan kepala sekolah. Dengan memahami dan melaksanakan keterampilan maka akan timbul variasi gaya kepemimpinan dari kepala sekolah. Kerena setiap kepala sekolah mempunyai cara dan metode yang berbeda-beda. Meskipun dengan cara yang berbeda-beda dalam memimpin tetapi mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk mewujudkan visi dan misi sekolah.

2.1.5.4 Kepemimpinan Kepala Sekolah Yang Efektif

Kepala sekolah merupakan motor penggerak, penentu arah kebijakan sekolah, yang akan menentukan bagaimana tujuan-tujuan sekolah dan pendidikan pada umumnya direalisasikan. Berkaitan dengan manajemen berbasis sekolah kepala sekolah dituntut senantiasa meningkatkan efektivitas kerja sehingga akan berdampak positif pada kinerja guru. Sehubungan dengan itu, kepemimpinan kepala sekolah yang efektif 39 dalam manajemen berbasis sekolah berdasarkan kriteria menurut Sutomo 2012: 88 sebagai berikut: 1 Mampu memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan baik ,lancar, produktif. 2 Dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai waktu yang telah ditetapkan. 3 Mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat sehingga dapat melibatkan mereka secara aktif dalam rangka mewujudkan tujuan sekolah dan pendidikan 4 Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat kedewasaan guru dan pegawai lain di sekolah. 5 Bekerja dengan tim manajemen. 6 Berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Kinerja kepemimpinan kepala sekolah yang berhubungan dengan manajemen berbasis sekolah merupakan satu usaha yang yang dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Sebagai figure kunci keberhasilan di sekolah tentunya kepala sekolah tidak bisa mewujudkan sendiri melainkan harus ada kerjasama dengan personel sekolah. Akan tetapi dalam realitanya masih banyak personel sekolah yang menghadapi berbagai macam masalah yang menghampiri contohnya masih kurangnya minat dan motivasi guru dalam bekerja. Sehingga ini menjadi tugas kepala sekolah untuk membangkitkan semangat dan motivasi guru. Tentunya bukan hal gampang kepala sekolah dalam membangkitkan motivasi guru, tetapi dengan usaha yang keras dan upaya yang optimal diharapkan dapat tercipta iklim bekerja yang kondusif. Untuk menunjang bebagai peran dan tugas tentunya kepala 40 sekolah harus mempunyai berbagai kompetensi yang bisa diapliksikan dalam tugasnya di sekolah. Salah satunya adalah kompetensi dalam memberikan motivasi. Sebagai pemimpin, kepala sekolah harus menjadi pribadi yang motivatif yang mampu berperan sebagai motivator yang menyemangat dan membesarkan hati guru, pegawai, siswa dan mendukung tercapainya tujuan sekolah Ambarita 2015: 95.

2.1.6 Motivasi

Uraian tentang motivasi meliputi: pengertian motivasi, pola motivasi, teknik motivasi, tipe-tipe motivasi, kepemimpinan dan motivasi, motivasi berprestasi

2.1.6.1 Pengertian Motivasi

Motif diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai alasan atau landasan untuk melakukan aktivitas-aktivitas demi mencapai tujuan. Berawal dari kata “motif” itu, motivasi dapat diartikan keinginan yang menggerakkan atau mendorong seseorang tahu diri sendiri untuk berbuat sesuatu. Callahan and Clark dalam Sutomo 2012: 84 menjelaskan motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku kearah tujuan tertentu. Dalam sebuah organisasi faktor motivasi sangat dominan dalam mencapai efektivitas kerja. Kaitannya dengan dunia pendidikan, kepala sekolah sebagai pemimpin dituntut untuk memiliki kemampuan membangkitkan motivasi para guru sehingga kinerja bisa meningkat. Dalam melaksanakan tugas pasti guru mempunyai perasaan jenuh dan malas melaksanakan kewajibannya. Hal ini menjadi tanggung jawab kepala sekolah untuk menumbuhkembangkan semangat dan antusias guru dalam melaksanakan tugas. Tentunya kepala sekolah harus memahami bahwa ada tahapan dan proses yang harus 41 dilalui dalam meningkatkan motivasi sehingga tujuan dapat tercapai secara efektif dan efisien. Maslow 1970 dalam Sutomo 2012: 84 menjelaskan motivasi merupakan tenaga pendorong dari dalam yang menyebabkan manusia berbuat sesuatu atau berusaha memenuhi kebutuhannya. Motivasi merupakan bagian penting dalam setiap kegiatan, tanpa motivasi tak ada kegiatan yang nyata. Sedangkan menurut Danim 2012: 2 “motivasi diartikan sebagai kekuatan, dorongan, kebutuhan, semangat, tekanan, atau mekanisme psikologi yang mendorong seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai prestasi tertentu sesuai dengan apa yang dikehendakinya ”. Ada dua jenis motivasi yaitu instrinsik dan ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah motivasi yang datang dari diri seseorang. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari lingkungan di luar diri seseorang, misalnya pegawai bekerja karena ingin mendapatkan pujian atau hadiah. Dibawah ini disajikan tentang jenis-jenis motivasi menurut Hamzah 2015:73. Tabel 2.1 Jenis-jenis Motivasi D imensi Indikator Motivasi InternalI Tanggung jawab guru dalam melaksanakan tugas. Melaksanakan tugas dengan target yang jelas. Memiliki tujuan yang jelas dan menantang Memiliki perasaan senang dalam bekerja. Selalu berusaha untuk 42 Dimensi Indikator Motivasi Eksternal - Selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kebutuhan kerjanya. - Senang memperoleh pujian dari apa yang dikerjakannya. - Bekerja dengan ingin mendapat insentif. - Bekerja dengan harapan ingin memperoleh perhatian dari teman dan atasan. 2.1.6.2 Pola Motivasi Newstrom dan Davis 1997 dalam Usman 2013: 253 memberikan pola motivasi dengan asumsi bahwa setiap manusia cenderung mengembangkan pola motivasi tertentu sebagai hasil dari lingkungan budaya tempat manusia hidup. Empat pola motivasi yang sangat penting adalah prestasi, afiliasi, kompetensi, kekuasaan. Akan dijelaskan dibawah ini. Tabel 2.2 Pola Motivasi Pola Motivasi Keterangan Prestasi Dorongan untuk mengatasi tantangan, untuk maju,untuk berkembang,untuk mendapatkan yang terbaik menuju pada kesempurnaan Afiliasi Dorongan untuk berhubungan dengan orang lain secara efektif atas dasar sosial, dorongan ingin memiliki sahabat sebanyak- banyaknya 43 Pola Motivasi Keterangan Kompetensi Dorongan untuk mencapai hasil kerja dengan kualitas tinggi, dorongan untuk mencapai keunggulan kerja, keterampilan memecahkan masalah,dan berusaha untuk berinovasi. tidak mau kalah dengan hasil orang lain Kekuasaan Dorongan untuk mempengaruhi orang dan situasi Pola ini sebagai sikap yang mempengaruhi cara-cara orang memandang pekerjaan dan menjalani kehidupan. Dalam kehidupan di sekolah guru tentunya sangat rentan terjadi kejenuhan dalam bekerja sehingga membawa dampak menurunnya motivasi. Jika semangat bekerja sudah hilang maka semangat untuk meraih prestasi juga akan hilang. Dalam memotivasi guru, kepala sekolah berhadapan dengan dua hal dalam mempengaruhi orang dalam pekerjaan yaitu kemauan dan kemampuan. Kemauan bisa diatasi dengan pemberian motivasi oleh kepala sekolah sedangkan kemampuan dapat diatasi dengan mengadakan diklat atau seminar yang bertujuan untuk peningkatan kualitas guru.

2.1.6.3 Teknik Motivasi

Teknik memotivasi berhubungan dengan kemampuan seseorang secara konseptual dengan berbagai sumberdaya dan sarana dalam menciptakan timbulnya motivasi pada setiap bawahan untuk berperilaku sesuai dengan tujuan pendidikan. Satu hal yang perlu diperhatikan seorang pemimpin dalam memberi motivasi adalah bisa menjaga wibawa dari seorang pemimpin tersebut. Menurut Usman 2011: 272 ada beberapa contoh teknik memberi motivasi seperti: 1 Berpikiran positif. Jangan mengkritik cara kerja orang lain tetapi kita tidak mampu memberi contoh terlebih dahulu. 44 2 Menciptakan perubahan yang kuat. Adanya kemauan yang kuat untuk mengubah situasi oleh diri sendiri. 3 Membangun harga diri. Banyak kelebihan kita sendiri dan orang lain yang tidak kita hargai padahal penghargaan merupakan salah satu bentuk motivasi. 4 Memantapkan pelaksanaan. Ungkapkan dengan jelas, bagaimana cara kerja yang benar, mengharhgai dengan tulus. 5 Membangkitkan orang lemah menjadi kuat. Buktikan bahwa mereka sudah berhasil, dan nyatakan bahwa anda akan membantu apa yang mereka butuhkan. 6 Membasmi sikap menunda-nunda. Hilangkan sikap menunda-nunda dengan alasan pekerjaan itu terlalu sulit. Teknik diatas dapat digunakan oleh kepala sekolah tetapi ada hal-hal yang harus dipersiapkan oleh kepala sekolah. Sebelum menggunakan teknik tersebut kepala sekolah perlu mengetahui proses motivasi karena dengan ini kepala sekolah dalam memberikan motivasi akan lebih terstruktur dan lebih efektif sehingga tujuan dapat tercapai .

2.1.6.4 Tipe-tipe Motivasi

Motivasi merupakan kemampuan menggerakkan diri atau digerakkan untuk mewujudkan potensi menjadi aktual Danim 2012: 17. Secara umum motivasi dapat diklasifikasikan ke dalam empat jenis yang mempengaruhi manusia dalam bekerja atau mungkin menjauhi pekerjaan adalah seperti berikut: 1 Motivasi positif merupakan proses pemberian motivasi atau usaha membangkitkan motif, lalu mempengaruhi orang lain agar mau bekerja secara maksimal. Jenis-jenis motivasi positif adalah imbalan yang menarik, kedudukan atau jabatan, pemberian kesempatan untuk berkembang. 45 2 Motivasi negatif sering dikatakan sebagai motivasi yang bersumber dari rasa takut. Motivasi yang berlebihan akan membuat organisasi tidak mampu mencapai tujuan, karena merasa takut, serba terbatas kreativitasnya, dan organisasi menjadi tidak kreatif dan aktif. 3 Motivasi dari dalam muncul dari dalam diri individu, karena memang individu mempunyai kesadaran untuk berbuat. Baginya berbuat adalah suatu kewajiban. 4 Motivasi dari Luar muncul sebagai akibat dari adanya pengaruh yang ada dari luar pekerjaan dan dari luar diri itu sendiri. Biasanya motivasi ini dikaitkan dengan imbalan. Dalam dunia pendidikan kepala sekolah menjadi kunci penting dalam membangkitkan semangat guru dalam bekerja karena pada hakikatnya kepala sekolah adalah seorang pemimpin di sekolah, jadi memberikan motivasi merupakan hal yang penting. Dalam aplikasinya ada relevansi antara kepemimpinan dengan motivasi. Setiap gaya kepemimpinan juga akan membawa perbedaan dalam memberikan motivasi. 2.1.6.5 Kepemimpinan dan Motivasi Kepemimpinan dan motivasi merupakan dua hal yang berbeda meski memiliki hubungan dalam kerja, konteks kerja, dan interaksi antar-manusia organisasional. Kepemimpinan adalah faktor manusiawi yang mengikat suatu kelompok bersama dan memberinya motivasi menuju tujuan-tujuan tertentu. Keterkaitan antar kepemimpinan dan motivasi dapat dianalisis sebagai berikut: 1 Tanpa kepemimpinan, organisasi tidak lain adalah sekelompok yang kacau. Manusia sebagai anggota kelompok dituntut dapat memacu upaya tujuan organisasi dan tujuan dirinya. Oleh karena itu, manusia organisasi pelu diarahkan dan dimotivasi. 46 2 Kepemimpinan berkaitan dengan kepengikutan. Kepengikutan adalah bagian yang paling penting dalam usaha melahirkan perilaku organisasi yang sesungguhnya. 3 Kepemimpinan mengandung arti kemampuan memotivasi. Kompetensi bawahan antara lain tercermin dari motivasi kerjanya. Salah satu faktor yang mempengaruhi kerjanya adalah gaya kepemimpinan.

2.1.6.6 Motivasi Berprestasi

Salah satu jenis motivasi adalah motivasi untuk berprestasi. Seseorang yang mempunyai motivasi yang tinggi ditunjukkan dengan sikap yang ingin menjadi yang terbaik di lingkungan kerjanya. Selain itu ingin mendapatkan prestasi untuk memenuhi kebutuhannya dan bekerja dengan maksimal tanpa ingin mendapat pujian dari orang lain. Menurut Danim 2012: 33 karakteristik orang yang mempunyai sifat berprestasi yang tinggi adalah: 1 Berani mengambil risiko yang moderat artinya risiko yang berada diantara risiko tinggi dan risiko rendah. Mereka akan mempunyai cara yang lebih inovatif dalam memecahkan masalah. 2 Menghendaki umpan segera balik artinya seseorang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi lebih aktif untuk menemukan informasi hasil kinerjanya. Dari informasi ini digunakan sebagai alat ukur untuk meningkatkan kualitas kerjanya di masa depan. 3 Keberhasilan diperhitungkan secara teliti artinya seseorang yang ingin berprestasi lebih mengutamakan pencapaian tugas tanpa memperhitungkan imbalan yang diberikan. Merasa lebih puas dengan segi-segi instrinsik pekerjaan dan menganggap segala aspek materiil hanya merupakan efek sampingan. 47 4 Mengintegral dengan tugas artinya seseorang mempunyai sikap terhadap beban kerja yang dilimpahkan kepadanya tidak pernah mengeluh terhadap beban kerjanya. Orang-orang seperti ini biasanya bersikap tidak sengaja menunda separo pekerjaan, bersahabat, realistis dan mengutamakan kemampuan individual. Kebutuhan berprestasi merupakan motif yang secara kontras dapat dibedakan dengan kebutuhan lainya karena motivasi ini kebanyakan lahir dari dalam diri individu sehingga dalam menjalankan tugas tidak merasa mendapat beban. Menurut Clelland dalam Kurniadin dan Machali 2014: 347 terdapat tiga kebutuhan pokok yang mendorong tingkah lakunya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut adalah: 1 Kebutuhan Untuk Berprestasi Need for Achievment kebutuhan untuk berprestasi merupakan energi dalam manusia yang sangat erat kaitannya dengan pekerjaan dan mengarahkan tingkah laku seseorang untuk mencapai prestasi tertentu berdasarkan kesempurnaan dalam diri seseorang. 2 Kebutuhan Kekuasaan Neeed for Power kebutuhan akan kekuasaan menampakkan diri pada keinginan untuk mempunyai pengaruh kepada orang lain. Setiap kali seseorang tergantung pada orang lain untuk sesuatu hal, berarti orang lain punya pengaruh terhadapnya sehingga semakin besar ketergantungannya. Dalam hal ini pelaksanaan pekerjaan dianggap sesuatu yang tidak begitu penting kecuali apabila hal tersebut memberikan peluang kepadanya untuk memperluas pengaruhnya. 3 Kebutuhan Kerja Sama, kebutuhan ini berangkat dari sifat manusia yaitu makhluk sosial yang terlepas dari jabatan, kedudukan dan pekerjaannya. Setiap manusia membutuhkan kerjasama dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. 48 Berdasarkan tiga kebutuhan diatas, pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan tersebut yang selalu muncul pada tingkah laku individu, hanya saja dasar pentingnya kebutuhan antara masing-masing individu berbeda. Hal ini dikarenakan dalam memeunhi kebutuhan individu ada perbedaan dalam prioritas tergantuang dari situasi kondisi yang ada.

2.1.6.7 Upaya-upaya Memotivasi Guru

Untuk mencapai tujuan kepala sekolah tidak hanya diam saja namun berusaha untuk lebih aktif dalam memberikan motivasi kepada bawahannya. Kepala sekolah harus mengetahui cara-cara yang efektif dan efisien dalam memberi motivasi. Menurut Danim 2012: 41 ada beberapa cara yang digunakan dalam memotivasi bawahannya, antara lain sebgai berikut. 1 Rasa hormat, seorang pemimpin harus bisa memberikan rasa hormat secara adil. Adil disini tidak sama rata karena dengan melihat prestasi, jadi pemimpin memberikan rasa hormat kepada seseorang yang memiliki prestasi, pengalaman, kepangkatan dll. 2 Informasi, seorang pemimpin harus bersikap saling terbuka untuk memberikan informasi mengenai aktivitas organisasi. Berikan informasi secara jelas, singkat dan padat. Dalam memberikan informasi harus secara edukatif dan persuasif. 3 Perilaku, seorang pemimpin yang baik akan memberikan contoh yang baik dalam berperilaku karena sekecil apapun perilaku dari pemimpin akan ditiru oleh bawahannya. Berikan pujian yang tulus kepada bawahan yang mempunya prestasi karena dengan pujian itu, bawahan merasa puas dengan kinerjanya. 4 Hukuman, misal bawahan melakukan kesalahan hendaknya pemimpin memberikan hukuman yang bersifat mendidik. Hukuman itu ditujukan untuk memperbaiki diri 49 bukan menjatuhkan mental. Dalam memberikan hukuman diusahakan ditempatkan pada ruangan yang terpisah. 5 Perintah, dalam memberikan perintah disampaikan dengan tulus jangan membentak. Perintah yang diberikan sebaiknya bersifat tidak langsung. Berikan perintah laksana ajakan dan jika perlu diawali dengan contoh. 6 Perasaan, interaksi antara atasan dengan bawahan adalah interaksi antar manusia. Setiap manusia memiliki kepekaan yang berbeda sehingga pemimpin merasa kesulitan unruk memotivasi. Perasaan yang dimaksud antara lain rasa memiliki, rasa bersatu, rasa mencapai prestasi, rasa diterima dalam kelompok. Dari uraian upaya-upaya diatas bisa dijadikan acuan dan pegangan buat kepala sekolah dalam bertindak menjalankan tugasnya. Tentunya masih banyak cara lain yang digunakan. Pada hakikatnya kepala sekolah dalam memberikan motivasi merupakan panggilan jiwa karena memang sudah menjadi tanggung jawab seorang pemimpin untuk membantu bawahan yang mengalami masalah dan peduli terhadap orang lain terutama dalam hal ini adalah guru. Semua dilakukan untuk mencapai satu tujuan yaitu tercapainya tujuan sekolah.

2.2 Hubungan Antar Variabel

Penelitian ini terdiri dari tiga variabel, yaitu kompetensi pedagogik guru Y, supervisi kepala sekolah X 1 , motivasi berprestasi X 2 . Dalam upaya meningkatkan kompetensi pedagogik guru dapat dipengaruhi oleh supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah dan motivasi untuk berprestasi yang dimiliki oleh guru. Guru yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan mempengaruhi kompetensi guru. Selain itu juga guru yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan berusaha yang terbaik dalam 50 meningkatkan kualitas kerjanya sehingga nanti akan berdampak pada pencapaian tujuan. Motivasi berprestasi tinggi dapat dipengaruhi dua faktor yaitu faktor instrinsik dan ekstrinsik. Contoh dari faktor intrinsik adalah memiliki perasaan yang senang dalam bekerja, tanggung jawab guru dalam melaksanakan tugas, selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik. Sedangkan contoh faktor ekstrinsik adalah bekerja dengan harapan mendapatkan insentif, ingin mendapatkan pujian dan perhatian dari lingkungannya, selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kebutuhan kerjanya. Kepala sekolah berperan memberikan supervisi dalam meningkatkan motivasi berprestasi bawahannya. Kemampuan kepala sekolah akan diuji dalam memberikan supervisi dan motivasi untuk meningkatkan kompetensi guru. Salah satunya adalah kompetensi pedagogik yang dimiliki oleh guru.

2.3 Kajian Empiris

Penelitian di bidang manajemen pendidikan telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti, termasuk penelitian tentang supervisi kepala sekolah, motivasi, kompetensi dan kinerja guru. Hal tersebut menarik untuk diadakan lebih lanjut, baik yang bertujuan untuk melengkapi maupun meneliti yang baru. Selain itu, penelitian-penelitian yang telah dilaksanakan tersebut juga menjadi pedoman dan membantu peneliti agar dapat melaksanakan penelitian yang lebih baik. Beberapa penelitian yang telah dilakukan dan dapat dijadikan kajian penelitian yaitu: Penelitian tesis yang berjudul “Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Kompetensi Pedagogik Guru terhadap Kinerja Guru SD Negeri Kecamatan Kersana Kabupaten Brebe s” yang dilakukan oleh Da’I Wibowo 2009 jurusan Manajemen Pendidikan UNNES menujukkan bahwa 1 pengaruh supervisi kepala sekolah X1 51 dengan kinerja guru Y menghasilkan angka t observasi sebesar 2,731 1.978 t tabel artinya nilai supervisi kepala sekolah X1 berpengaruh terhadap kinerja guru Y, besar pengaruhnya yaitu sebesar 0,238 artinya besarnya varian kinerja guru yang dipengaruhi supervisi kepala sekolah sebesar 23,8 , 2 pengaruh kompetensi pedagogik guru X2 menghasilkan angka t observasi sebesar 3,135 1.980 t tabel artinya nilai kompetensi pedagogik guru X2 berpengaruh terhadap kinerja guru Y besar pengaruhnya yaitu sebesar 0,275 artinya besarnya varian kinerja guru yang dipengaruhi kompetensi pedagogik guru sebesar 27,5, dan 3 uji pengaruh supervisi kepala sekolah X1 dan kompetensi pedagogik guru X2 terhadap kinerga guru Y dari uji Anova diperoleh F hitung sebesar 29,222 dengan tingkat signifikansi 0,001, sementara Ftabel sesuai dengan taraf signifikansi 0,05 sebesar 3,07 sehingga F hitung F tabel 29,222 3,07 artinya secara statistik data yang digunakan untuk membuktikan bahwa semua variabel bebas supervisi kepala sekolah dan kompetensi pedagogik. Penelitian tesis yang dilakukan oleh Adi Prasetyo jurusan Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Semarang 2006 yang berjudul “Kontribusi Motivasi Berprestasi dan Supervisi Kepala Sekolah, Terhadap Kompetensi Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang ”. Simpulan penelitian ini adalah 1 terdapat pengaruh yang signifikan motivasi berprestasi terhadap kompetensi guru SD Negeri di Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang dengan koefisien determinasi sebesar 64,16, 2 terdapat pengaruh yang signifikan supervisi Kepala Sekolah terhadap kompetensi guru SD Negeri di Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang dengan koefisien determinasi sebesar 55,80, dan 3 terdapat pengaruh secara simultan bersama motivasi berprestasi dan supervisi Kepala Sekolah terhadap kompetensi guru SD Negeri di Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang dengan 52 koefisien determinasi sebesar 97,3, sisanya kompetensi guru dipengaruhi oleh faktor lain di luar variabel penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh Eka Harjanto dengan judul “Pengaruh Motivasi Berprestasi Dan Kompetensi Pedagogik Terhadap Kinerja Mengajar Guru ” penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan secara deskriptif dan korelasional antara motivasi berprestasi guru, kompetensi pedagogik terhadap kinerja mengajar guru dengan sampel 96 guru. Penelitian ini menunjukan bahwa 1 variabel motivasi kerja memiliki pengaruh terhadap kinerja mengajar guru 2 terdapat hubungan yang signifikan anatara variabel kompetensi pedagogik guru dengan kinerja mengajar guru 3 terdapat hubungan yang signifikan motivasi kerja guru dengan kompetensi pedagogik secara bersama-sama berkorelasi terhadap kinerja mengajar guru. Hasil analisis antara variabel motivasi kerja dengan variabel kinerja guru sebesar 0,760, antara komptensi pedagogik guru dengan variabel kinerja mengajar guru sebesar 0,597, nilai korelasi motivasi berprestasi dan kompetensi pedagogik terhadap kinerja mengajar guru hasil sebesar 0,733. Penelitian yang dilakukan oleh Retno Endah Ekowati dengan judul “ Hubungan Persepsi tentang Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi berprestasi terhadap Kinerja Mengajar Guru SMK RSBI di DIY ”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1 persepsi guru tentang supervisi kepala sekolah secara umum termasuk kategori baik 2 motivasi berprestasi secara umum termasuk kategori tinggi 3 kinerja mengajar guru secara umum termasuk kedalam kategori tinggi 4 terdapat hubungan antara persepsi guru tentang supervisi kepala sekolah dengan kinerja mengajar guru 5 terdapat hubungan antara motivasi berprestasi terhadap kinerja mengajar guru 6 terdapat hubungan antara persepsi guru tentang supervisi kepala sekolah, motivasi berprestasi dengan kinerja mengajar guru. 53 Penelitian ini dilakukan oleh Indra Wiguna dengan judul “ Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi Guru Terhadap Kinerja Mengajar Guru PENJAS Pada Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kabupaten Cianjur. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1 supervisi kepala sekolah berpengaruh signifikan terhadap kinerja mengajar guru dan pengaruhnya tergolong tinggi 2 motivasi berprestasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja mengajar guru PENJAS dan pengaruhnya tinggi 3 supervisi kepala sekolah dan motivasi berprestasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja mengajar guru PENJAS. Penelitian ini dilakukan oleh Uu Badrudin dengan judul “Pengaruh Supervisi Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Pada MTS Negeri Anyar Kabupaten Serang Provinsi Ban ten” dengan menggunakan sampel 81 orang. Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Persamaannya adalah menggunakan metode survey dan cara pengambilan sampel dengan menggunakan rumus slovin. Perbedannya adalah tempat penelitian, jumlah populasi dan sampel. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1 terdapat pengaruh yang signifikan dan positif antara supervisi kepala sekolah terhadap kinerja guru MTs Negeri Anyar Kabupaten Serang sebesar 69,4. 2 terdapat pengaruh yang signifikan dan positif antara motivasi kerja terhadap kinerja guru MTs Negeri Anyar Kabupaten Serang sebesar 73,25. 3 terdapat pengaruh yang signifikan dan positif antara supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja guru MTs Negeri Anyar Kabupaten Serang sebesar 65,9. Penelitian ini dilakukan oleh Jimmy Waworuntu 2011 dengan judul “ Hubungan Antara Motivasi Berprestasi dan Kinerja Guru Profesional Guru Teknologi SMK Negeri 2 Man ado” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara 54 pengetahuan manajemen dan kinerja professional guru teknologi SMK 2 Manado. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara motivasi berprestasi dan kinerja professional guru dengan koefisien determinasi adalah r 2 = 0,59 menunjukkan bahwa 59 variasi yang terjadi pada variabel kinerja guru dapat dijelaskan oleh variabel motivasi berprestasi. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Rahardjo pada tahun 2014 yang berjudul “The Effect of Competence, Leadership, and Work Environment Towards Motivation and Its Impact on The Performance of Teacher of Elementary School In Surakarta City, Central Java, Indonesia”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompetensi, kepemimpinan, dan lingkungan kerja terhadap motivasi dan dampak terhadap kinerja guru SD di Kota Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia. Penelitian ini menggunakan sejumlah guru sekolah dasar di Kota Surakarta untuk dijadikan populasi dan sampel. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1 kompetensi dan kepemimpinan tidak berpengaruh terhadap motivasi, 2 lingkungan kerja berpengaruh secara signifikan terhadap motivasi, 3 kompetensi tidak mempengaruhi terhadap kinerja, 4 kepemimpinan dan lingkungan kerja berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja, 5 kompetensi tidak mempengaruhi terhadap kinerja guru tanpa motivasi, 7 lingkungan kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja melalui motivasi, dan 8 lingkungan bekerja berpengaruh secara signifikan terhadap motivasi dan efek kinerja. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Mardia Hi Rahman dengan judul “Profesional Competence, Pedagogical Competence and the perfomance of junior high school of science teacher ”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1 kompetensi profesional berpengaruh positif terhadap kinerja guru, 2 kompetensi pedagogik berpengaruh positif terhadap guru SMP di Ternate, 3 kompetensi pedagogik dan