Konsep Pecahan di SD

commit to user bilangan bulat dan tidak sama dengan nol. Secara simbolik pecahan dapat dinyatakan sebagai salah satu dari: 1 pecahan biasa, 2 pecahan desimal, 3 pecahan persen, dan 4 pecahan campuran. Bertolak dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pecahan adalah suatu bentuk bilangan perbandingan yang ditulis dalam bentuk b a , dengan a dan b bilangan bulat dan b ≠ 0.

g. Konsep Pecahan di SD

Menurut Bell di dalam bukunya “A Riview of Research in Mathematical Educational Part A ” dalam Siti Kamsiyati 2006:342 mengemukakan bahwa konsep pecahan di SD terdiri atas 7 subkonsep yang diurutkan menurut tingkat kesulitan yaitu: 1 Bagi suatu himpunan, bagian-bagiannya kongruen Part group congruent part. Siswa mengasosiasikan pecahan dengan me mperhatikan “a” objek himpunan tersebut. Contoh: 4 3 objek yang diberi bayangan atau yang diarsir. 2 Bagian dari suatu daerah, bagian-bagiannya kongruen Part whole congruent part. Siswa mengasosiasikan pecahan ab dengan daerah geometris yang dibagi ke dalam b bagian yang kongruen dan memperhatikan a bagian. Contoh: 4 3 gambar yang diberi bayangan atau yang diarsir. 3 Bagian suatu himpunan, bagian-bagiannya tidak kongruen Part group noncongruent part. Siswa mengasosiasikan pecahan ab dengan suatu commit to user himpunan yang terdiri dari b objek yang tidak kongruen dan memperhatikan a objek dalam himpunan tersebut. Contoh: 4 3 objek yang diberi bayangan atau yang diarsir. 4 Bagian dari suatu himpunan, perbandingan Part group comparison. Siswa mengasosiasikan himpunan ab dengan perbandingan relatif dua himpunan A dan B. dalam hal ini banyaknya objek pada himpunan A adalah a dan himpunan B adalah semua objek kongruen. Contoh: HIMPUNAN A HIMPUNAN B Himpunan A adalah 4 3 himpunan B. 5 Garis bilangan Contoh: X 1 Titik pada garis bilangan yang diberi tanda X mengatakan 4 3 . 6 Bagian suatu daerah perbandingan Parts whole comparison. Siswa mengasosiasikan pecahan ab dengan perbandingan relative dua geometri A dan B. Jumlah bagian yang kongruen dalam gambar A adalah a, sedang dalam gambar B adalah b semua gambar A dan B kongruen. Contoh: A B Gambar A adalah 4 3 gambar B. commit to user 7 Bagian suatu daerah, bagian-bagiannya tidak kongruen Parts whole noncongruent part. Siswa mengasosiasikan pecahan ab dengan daerah geometri yang sudah dibagi ke dalam b bagian yang sama dalam luas, tetapi tidak kongruen dan memperhatikan a bagian. Contoh: 4 3 bagian yang diberi bayangan atau diarsir. Dengan demikian tujuh subkonsep tadi dapat dikelompokkan menjadi tiga model, yaitu: a Model bagian suatu himpunan Parts group model, terdiri dari subkonsep 1, 3 dan 4. b Model bagian suatu daerah luasan atau geometri Parts whole model, terdiri dari subkonsep 2, 6 dan 7. c Model garis bilangan Number ine model, terdiri atas subkonsep 5. Sedangkan menurut Purwoto 2003:44, cara menanamkan konsep pecahan diperlukan alat peraga yang tepat dan sesuai dengan kondisi anak, misalnya beberapa gambar bangun-bangun datar dari karton yang telah dipotong- potong menjadi bagian yang lebih kecil dan saling kongruen atau bilah dari bambukayu pipah triplek yang diberi warna perbagian. Alat-alat peraga di atas sangat berguna untuk memperluas pemahaman siswa terhadap bilangan pecahan. Contoh 1: Siswa disuruh menggambar bangun berbentuk lingkaran, persegi, dan persegi panjang masing-masing mnyatakan satu. Kemudian siswa disuruh membuat garis yang membagi bangun-bangun di atasnya menjadi dua bagian yang sama besarnya dalam berbagai cara misalnya untuk bentuk persegi menjadi: Setiap bagian diberi tabel 2 1 . Siswa harus menentukan dalam beberapa cara mereka dapat membentuk sebuah daerah persegi menjadi dua sama besar commit to user pada gambar di atas ada 6 cara, atau jika dilanjutkan dapat lebih dari 6 cara. Cara di atas dapat diteruskan untuk membentuk daerah tertentu menjadi bagian 3 1 dan 3 2 atau pecahan-pecahan yang lain. Contoh 2: Siswa disuruh menggambar daerah yang dibagi-bagi menjadi bagian- bagian yang kongruen. Mereka disuruh mengarsir bagian sejumlah bangun seperti gambar di bawah ini. Dengan memandang keseluruhan bagian satu, mereka menggunakan pecahan untuk memberi nama bagian yang diarsir. Siswa menjawab pertanyaan- pertanyaan berikut untuk setiap daerah. Misalnya: - Menjadi berapa bagian kongruen daerah yang dipisah-pisahkan? - Berapa bagiankah daerah yang diarsir? - Apa nama pecahan bagi daerah yang diarsir? - Apa nama pecahan bagi daerah yang tidak diarsir? Untuk menemukan nama-nama lain bagi bilangan pecah yang sama dapat dilakukan pembelajaran sebagai berikut: 1 Kepada siswa dibagikan kertas yang bergambar seperti: 1 14 12 14 14 14 12 13 13 13 16 16 16 16 16 16 commit to user 2 Siswa disuruh menggunting daerah-daerah persegi panjang dan bagian-bagiannya. Dengan menempelkan guntingan daerah yang sesuai antara yang satu dengan yang lainnya, mereka mengisi titik- titik yang kosong berikut sehingga pernyataan matematikanya menjadi benar. 2 1 = 4 ... ; 3 1 = 6 ... dst Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konsep bilangan pecahan di Sekolah Dasar sangatlah diperlukan, hal ini bertujuan agar siswa mudah dalam memahami pengertian pecahan. Untuk itu dalam menanamkan konsep pecahan diperlukan alat peraga yang tepat dan sesuai dengan kondisi anak.

h. Macam-Macam Pecahan

Dokumen yang terkait

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC dalam Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika di Sekolah Menengah Pertama

0 12 193

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe CIRC (cooperative integrated reading and composition) terhadap kemampuan menyesaikan soal cerita matematika (studi eksperimen di SMPN 238 Jakarta)

0 5 88

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA PECAHAN PADA SISWA KELAS IV SDN 1 SENTONO KLATEN TAHUN AJARAN 2010 2011

0 12 82

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAM GAMES TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tgt (Team Games Tournament) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Kelas Iv Sd Negeri 02 Brujul Kecamatan

0 1 15

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA DI KELAS IV SD ALWASHLIYAH PEMATANG BANDAR TAHUN AJARAN 2011/2012.

0 1 23

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA PECAHAN PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI KARANGASEM I SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016.

0 0 20

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PAIR CHECKS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA PECAHAN (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas IV SDN Sondakan No.11 Tahun Ajaran 2015/2016.

0 0 18

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA TENTANG PECAHAN (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas V SD Negeri 2 Gadingharjo Tahun Ajaran 2016/2017) - UNS Institutional Repository

0 0 19

PENERAPAN MODEL MEANS ENDS ANALYSIS (MEA) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA PECAHAN (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas V SD Negeri Boyolali Tahun Ajaran 20162017)

0 1 18

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA PECAHAN (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas IV SD di Surakarta Tahun Ajaran 20162017) HALAMAN JUDUL - IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJAR

0 0 17