Hubungan motivasi belajar, kebiasaan belajar dan fasilitas belajar dengan prestasi belajar mahasiswa program studi Pendidikan Akuntansi angkatan 2014 2015
i
HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR, KEBIASAAN BELAJAR,
DAN FASILITAS BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR
MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
ANGKATAN 2014/2015
Studi Kasus : Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Oleh:
Maria Christina Stefani T. Wea NIM : 111334064
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
(2)
(3)
(4)
iv
PERSEMBAHAN
Ku persembahkan karya tulis sederhanaku ini untuk:
Tuhan Yesus & Bunda Maria, bunda penolongku
Kedua orang tua ku tercinta yang begitu luar biasa,
Bpk. Maksimus Lili Odung & Ibu Falentina F. Wea
Kedua Adikku tersayang, Yoss Odung & Remon Wea
Yang terkasih, Ignasius Yohanes Suku Sega, S.H.
Sahabat seperjuanganku
–
Erlin, Lince, Dhika & Gress
Teman-teman PAK 2011 yang aku sayangi
Almamaterku tercinta
–
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
(5)
v
MOTTO
“
Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang
memberi kekuatan kepadaku
”
-Filipi 4:13-
“
Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah. Bersabarlah
dan bertekunlah di dalam doa, karena Tuhan itu baik
”
-Penulis-
“We cannot do all great things, but we can do small things
with great love”
-Mother Teresa-
“Satu keraguan dapat menghambat langkahmu tetapi tak
ada yang mampu menghambatmu jika kamu yakin”
-Penulis-
“
God is my strength, he makes
my way perfect”
-2 Samuel 22:33-
(6)
(7)
(8)
viii ABSTRAK
HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR, KEBIASAAN BELAJAR DAN FASILITAS BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI ANGKATAN 2014/2015
Studi Kasus Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Maria Christina Stefani T. Wea Universitas Sanata Dharma
2017
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada: (1) hubungan positif dan signifikan motivasi belajar dengan prestasi belajar mahasiswa; (2) hubungan positif dan signifikan kebiasaan belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa; (3) hubungan positif dan signifikan fasilitas belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dilaksanakan pada bulan Februari 2017 dengan populasi penelitian sebesar 162 mahasiswa. Sampel sebesar 115 diambil dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Data diambil dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan teknik analisis korelasi Spearman Rank dengan taraf signifikan 0,05.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Tidak ada hubungan positif dan signifikan motivasi belajar dengan prestasi belajar mahasiswa, hal ini dibuktikan dengan nilai coefficient correlation spearman = 0,056 dan probabilitas Sig.(1-tailed)= 0,275 > α 0,05; (2) Tidak ada hubungan positif dan signifikan kebiasaan belajar dengan prestasi belajar mahasiswa, hal ini dibuktikan dengan nilai coefficient correlation spearman = (-) 0,037 dan probabilitas Sig.(1-tailed)= 0,347 > α 0,05; (3) Tidak ada hubungan positif dan signifikan fasilitas belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa, hal ini dibuktikan dengan nilai coefficient correlation spearman = (-) 0,011 dan probabilitas Sig.(1-tailed)= 0,453 > α 0,05.
(9)
ix
ABSTRACT
THE CORRELATION BETWEEN LEARNING MOTIVATION, LEARNING HABIT, AND LEARNING FACILITIES WITH STUDENT ACHIEVEMENT OF ACCOUNTING EDUCATION STUDY PROGRAM
2014/2015 BATCH
A Case Study on University of Sanata Dharma Yogyakarta
Maria Christina Stefani T. Wea Sanata Dharma University
2017
This study aims to determine whether there are: (1) positive and significant correlation of learning motivation and student learning achievement; (2) the positive and significant correlation of learning habits and student learning achievement; (3) the positive and significant correlation of learning facilities and student learning achievement.
This research is a descriptive study that was conducted in February 2017 with the population of 162 students. Samples of 115 were taken by using cluster random sampling technique. Data were taken by using a questionnaire and analyzed by using Spearman Rank correlation analysis with significance level of 0.05.
The results of this study indicate that: (1) There is no significant and positive correlation and learning motivation on student achievement. This is evidenced by the value of the spearman correlation coefficient = 0.056 and the probability Sig. (1-tailed) = 0.275 > α 0.05; (2) There is no positive and significant correlation and learning habits on student learning achievement, this is evidenced by the value of the spearman correlation coefficient = (-) 0.037 and the probability Sig. (1-tailed) = 0.347 > α 0.05; (3) There is no significant and positive correlation and learning facilities on student learning achievement, this is evidenced by the value of the spearman correlation coefficient = (-) 0.011 and the probability Sig. (1-tailed) = 0.453 > α 0.05.
(10)
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rakhmat dan kasih-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Hubungan Motivasi Belajar, Kebiasaan Belajar Dan Fasilitas Belajar dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi Angkatan 2014/2015 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta” ini dapat diselesaikan.
Penyusunan skripsi ini guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi, Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan semua pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan limpah terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Khususnya kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dan selaku ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi.
3. Bapak Agustinus Heri Nugroho, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pembimbing yang selalu membimbing dan memberi arahan serta nasihat dalam menyelesaikan skripsi ini.
(11)
xi
4. Bapak Drs. Bambang Purnomo, S.E., M.Si. selaku dosen pembimbing akademik hingga semester delapan yang telah banyak memberikan semangat, dukungan, dan motivasi bagi penulis selama perkuliahan.
5. Seluruh dosen dan staf Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi.
6. Seluruh mahasiswa Prodi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi angkatan 2014 dan 2015 yang telah bersedia untuk mengisi kuesioner peneliti. 7. Kedua orang tuaku tercinta Bapak Maksimus Lili dan Ibu Falentina Fengi
Wea yang telah memberikan dukungan, semangat, doa, dan perhatian kepada penulis selama perkuliahan.
8. Kedua adikku tersayang Yos dan Remon yang selalu menghiburku. 9. Keluarga besar yang selalu memberikan dukungan, nasihat serta doa.
10. Yang terkasih, Ignasius Yohanes Suku Sega, S.H. yang telah memberikan dukungan, semangat, doa, serta perhatiannya kepada penulis selama masa kuliah hingga selesai.
11. Teman-teman seperjuangan PAK angkatan 2011 yang telah berjuang bersama selama masa perkuliahan.
12. Sahabat-sahabatku terkasih Lince, Gress, Dhika, Desy, Ully, Manti, Astrid, Manyus, Viktor dan semua sahabat yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah banyak memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis selama perkuliahan hingga selesai.
(12)
(13)
xiii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II LANDASAN TEORI ... 8
A. Motivasi Belajar ... 8
1. Definisi Motivasi dan Motivasi Belajar ... 8
2. Fungsi Motivasi dalam Belajar ... 9
3. Ciri-ciri Motivasi Belajar ... 10
4. Bentuk-bentuk Motivasi Belajar ... 12
5. Indikator Motivasi Belajar ... 13
B. Kebiasaan Belajar... 17
1. Definisi Kebiasaan ... 17
2. Definisi Kebiasaan Belajar ... 18
(14)
xiv
4. Manfaat Kebiasaan Belajar ... 21
5. Indikator Kebiasaan Belajar ... 22
C. Fasilitas Belajar ... 25
1. Pengertian Fasilitas Belajar ... 25
2. Jenis-jenis Fasilitas Belajar ... 26
3. Peranan Fasilitas Belajar dalam Proses Pembelajaran ... 33
4. Indikator Fasilitas Belajar ... 34
D. Prestasi Belajar ... 36
1. Definisi Belajar ... 36
2. Definisi Prestasi Belajar ... 36
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 37
E. Kerangka Berpikir ... 43
F. Model Paradigma Penelitian ... 45
G. Hipotesis Penelitian ... 46
BAB III METODE PENELITIAN ... 48
A. Jenis Penelitian ... 48
B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 48
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 49
D. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 49
E. Definisi Operasional Variabel ... 51
F. Variabel Penelitian dan Pengukuran Variabel ... 53
G. Teknik Pengumpulan Data ... 56
H. Teknik Pengujian Instrumen ... 58
I. Teknik Analisa Data ... 71
BAB IV GAMBARAN UMUM ... 80
A. Sejarah Universitas Sanata Dharma ... 80
B. Arti, Logo, Visi, Misi dan Tujuan USD ... 83
C. Yayasan dan Pimpinan ... 85
D. Sejarah FKIP ... 86
E. Visi dan Misi FKIP ... 88
(15)
xv
G. Visi, Misi dan Tujuan Program Studi ... 91
H. Sumber Daya Manusia ... 93
I. Sarana dan Prasarana... 94
J. Kemahasiswaan ... 94
K. Beasiswa ... 95
L. Profil Lulusan ... 96
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 97
A. Deskripsi Data ... 97
B. Pengujian Prasyarat Analisis Data ... 104
C. Pengujian Hipotesis ... 105
1. Pengujian Hipotesis Pertama ... 105
2. Pengujian Hipotesis Kedua ... 107
3. Pengujian Hipotesis Ketiga ... 108
D. Pembahasan ... 110
BAB VI PENUTUP ... 114
A. Kesimpulan ... 114
B. Keterbatasan ... 115
C. Saran ... 115
DAFTAR PUSTAKA ... 117
(16)
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kebiasaan Studi yang Baik dan Kebiasaan Studi yang Buruk... 20
Tabel 3.1 Penskroran Skala Likert Motivasi Belajar ... 54
Tabel 3.2 Penskroran Skala Likert Kebiasaan Belajar ... 55
Tabel 3.3 Penskroran Skala Likert Fasilitas Belajar ... 55
Tabel 3.4 Ketentuan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)... 56
Tabel 3.5 Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar ... 57
Tabel 3.6 Kisi-kisi Kuesioner Kebiasaan Belajar ... 57
Tabel 3.7 Kisi-kisi Kuesioner Fasilitas Belajar... 58
Tabel 3.8 Rangkuman Hasil Uji Validitas Motivasi Belajar... 60
Tabel 3.9 Rangkuman HasilUji Validitas I Kebiasaan Belajar ... 61
Tabel 3.10 Rangkuman Hasil Uji Validitas II Kebiasaan Belajar ... 64
Tabel 3.11 Rangkuman Hasil Uji Validitas I Fasilitas Belajar ... 67
Tabel 3.12 Rangkuman Hasil Uji Validitas II Fasilitas Belajar ... 68
Tabel 3.13 Tingkat Koefisien Reliabilitas ... 70
Tabel 3.14 Rangkuman Hasil Uji Reliabiltas I ... 70
Tabel 3.15 Rangkuman Hasil Uji Reliabiltas II ... 71
Tabel 3.16 Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tipe II ... 72
Tabel 3.17 Interval Skor Motivasi Belajar ... 73
Tabel 3.18 Interval Skor Kebiasaan Belajar ... 74
Tabel 3.19 Interval Skor Fasilitas Belajar ... 75
Tabel 3.20 Ketentuan IPK ... 75
Tabel 3.21 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi ... 78
Tabel 4.1 Pejabat di Program Studi Pendidikan Akuntansi ... 91
Tabel 5.1 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 98
Tabel 5.2 Data Responden Berdasarkan IPK ... 99
Tabel 5.3 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan IPK ... 99
Tabel 5.4 Deskripsi Interval Skor Motivasi Belajar... 100
Tabel 5.5 Deskripsi Interval Skor Kebiasaan Belajar ... 101
(17)
xvii
Tabel 5.7 Deskripsi Interval Skor Prestasi Belajar ... 103
Tabel 5.8 Rangkuman Hasil Uji Normalitas ... 104
Tabel 5.9 Output Spearman Rank Motivasi Belajar Terhadap IPK ... 106
Tabel 5.10 Output Spearman Rank Kebiasaan Belajar Terhadap IPK ... 107
(18)
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
A. Lampiran 1 Kuisioner ... 121
B. Lampiran 2 Data Uji Validitas dan Reliabilitas ... 130
C. Lampiran 3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 143
D. Lampiran 4 Data Induk Penelitian ... 152
E. Lampiran 5 Deskripsi Data ... 175
F. Lampiran 6 Hasil Uji Normalitas ... 181
G. Lampiran 7 Hasil Uji Hipotesis ... 184
(19)
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada era globalisasi yang semakin modern ini, sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan untuk kemajuan bangsa dan negara ini. Untuk memenuhi hal tersebut maka sangat diperlukan pendidikan yang berkualitas. Salah satu cara yang ditempuh adalah melalui peningkatan mutu pendidikan.
Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan, pemerintah berusaha melakukan perbaikan-perbaikan agar mutu pendidikan meningkat, diantaranya adalah perbaikan kurikulum, sumber daya manusia, serta sarana prasarana. Perbaikan-perbaikan tersebut tidak ada artinya jika tanpa dukungan dari guru, orang tua, dan masyarakat yang turut serta dalam meningkatkan mutu pendidikan.
Pendidikan pada dasarnya merupakan usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia melalui peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Belajar merupakan hal yang paling penting dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas di dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya pendidikan. Belajar juga memainkan peranan penting dalam mempertahankan kehidupan sekelompok
(20)
umat manusia (bangsa) ditengah-tengah persaingan yang ketat diantara bangsa-bangsa lainnya yang terlebih dahulu maju karena belajar (Syah, 2006).
Dalam belajar seseorang mempunyai tujuan yang ingin dicapai, yaitu memperoleh hasil atau prestasi belajar yang baik tentunya. Menurut Aswar (2004), secara umum ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar seseorang, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi faktor fisik dan faktor psikologis. Faktor fisik berhubungan dengan kondisi fisik umum seperti penglihatan dan pendengaran. Faktor psikologis menyangkut faktor-faktor non fisik, seperti minat, motivasi, bakat, inteligensi, sikap, kebiasaan dan kesehatan mental. Faktor eksternal meliputi faktor fisik dan faktor sosial. Faktor fisik menyangkut kondisi tempat belajar, fasilitas belajar, materi pembelajaran dan kondisi lingkungan belajar. Faktor sosial menyangkut dukungan sosial dan pengaruh budaya (Suryantika, 2013).
Dalam faktor fisik dan non fisik ada beberapa elemen yang mempengaruhi prestasi belajar seseorang antara lain motivasi, kebiasaan dan fasilitas belajar. Motivasi memegang peranan yang penting dalam proses belajar. Ada motivasi internal dan motivasi eksternal. Motivasi internal yaitu motivasi yang timbul dari dalam diri sendiri atau dari dalam diri peserta didik tersebut. Sedangkan motivasi eksternal yaitu motivasi yang timbul karena dorongan dari orang lain seperti, dosen/guru, orang tua, dan sahabat/teman.
Menurut Slameto (1995), seringkali peserta didik yang tergolong cerdas tampak bodoh karena tidak memiliki motivasi untuk mencapai prestasi sebaik mungkin. Hal ini menunjukkan seorang peserta didik yang cerdas,
(21)
apabila memiliki motivasi belajar yang rendah maka dia tidak akan mencapai prestasi akademik yang baik. Sebaliknya, seorang peserta didik yang kurang cerdas, tetapi memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar, maka dia akan mencapai prestasi akademik yang baik. Jadi, semakin besar motivasi seseorang untuk belajar maka prestasi yang diperolehnya semakin baik pula.
Untuk mendukung peserta didik memperoleh prestasi yang baik dibutuhkan peran para dosen/guru serta orang tua dalam menanamkan nilai-nilai motivasi dan dorongan untuk belajar yang lebih baik. Dapat dipastikan apabila dosen/guru dan orang tua memberikan motivasi yang baik dan sesuai, maka peserta didik dapat menyadari manfaat belajar dan tujuan yang hendak dicapai dalam belajar tersebut.
Motivasi belajar juga sangat diharapkan mampu menggugah semangat belajar peserta didik, terutama bagi peserta didik yang malas belajar sebagai akibat pengaruh negatif dari luar diri siswa. Selanjutnya diharapkan peserta didik dapat termotivasi untuk lebih giat belajar, sehingga prestasi belajar peserta didik tersebut dapat meningkat.
Untuk meningkatkan prestasi belajar seorang peserta didik, hal lain yang perlu diperhatikan adalah kebiasaan belajar. Dalam kamus besar bahasa Indonesia DEPDIKBUD (1995:129) menuliskan bahwa :
“Kebiasaan adalah sesuatu yang biasa dilakukan, kebiasaan juga berarti
pola untuk melakukan tanggapan terhadap situasi tertentu yang dipelajari oleh seorang individu dan yang dilakukan secara berulang
(22)
Kebiasaan juga dapat diartikan sebagai cara. Menurut kamus besar bahasa Indonesia DEPDIKBUD (1995:172) menuliskan bahwa :
“Cara adalah adat kebiasaan; perbuatan (kelakuan) yang sudah menjadi
kebiasaan.”
Menurut Aunurrahman (2010:185), kebiasaan belajar adalah perilaku belajar seseorang yang telah tertanam dalam waktu yang relatif lama sehingga memberikan ciri dalam aktivitas belajar yang dilakukannya. Membiasakan diri untuk belajar merupakan hal yang sangat penting bagi setiap peserta didik. Peserta didik yang mempunyai kebiasaan belajar yang baik pasti akan memperoleh prestasi yang baik. Sebaliknya, peserta didik yang tidak mempunyai kebiasaan belajar yang baik pasti akan memperoleh prestasi yang kurang baik pula.
Selain motivasi dan kebiasaan belajar, faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar adalah fasilitas belajar. Fasilitas belajar yang dimaksud disini merupakan sarana prasarana yang disediakan untuk mendukung kegiatan belajar peserta didik, baik itu sarana prasaran yang disediakan oleh institusi pendidikan dalam hal ini kampus, maupun sarana prasana yang disediakan oleh orang tua di rumah.
Sarana prasarana di kampus bisa berupa ruang kelas yang nyaman dan lengkap sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Sarana prasarana yang disediakan oleh orang tua berupa ruangan belajar yang nyaman bagi anaknya. Fasilitas dari kampus maupun dari orang tua ikut berperan penting dalam meningkatkan prestasi belajar peserta didik.
(23)
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut penulis tertarik untuk meneliti “Hubungan Motivasi Belajar, Kebiasaan Belajar, Dan Fasilitas Belajar Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Program Studi Pendidikan
Akuntansi Angkatan 2014/2015”. Adapun alasan penulis mengangkat judul tersebut karena ingin mengatahui apakah ada hubungan motivasi, kebiasaan, dan fasilitas belajar dengan prestasi belajar mahasiswa, khususnya pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi angkatan 2014/2015 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas, penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah ada hubungan positif dan signifikan motivasi belajar dengan prestasi belajar mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi angkatan 2014/2015 Universitas Sanata Dharma?
2. Apakah ada hubungan positif dan signifikan kebiasaan belajar dengan prestasi belajar mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi angkatan 2014/2015 Universitas Sanata Dharma?
3. Apakah ada hubungan positif dan signifikan fasilitas belajar dengan prestasi belajar mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi angkatan 2014/2015 Universitas Sanata Dharma?
(24)
C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah yang tertera diatas dapat dirumuskan tujuan yang akan dicapai, yaitu:
1. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan positif dan signifikan motivasi belajar dengan prestasi belajar mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi angkatan 2014/2015 Universitas Sanata Dharma.
2. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan positif dan signifikan kebiasaan belajar dengan prestasi belajar mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi angkatan 2014/2015 Universitas Sanata Dharma. 3. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan positif dan signifikan fasilitas
belajar dengan prestasi belajar mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi angkatan 2014/2015 Universitas Sanata Dharma.
D. Manfaat Penelitian
Dari tujuan penelitian dapat diambil kesimpulan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Pembaca
Penelitian ini bermanfaat bagi para pembaca khususnya para mahasiswa agar tahu pentingnya motivasi, kebiasaan dan fasilitas belajar guna meningkatkan prestasi belajarnya.
2. Bagi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi lembaga pendidikan Universitas Sanata Dharma.
(25)
3. Bagi Penulis
Agar dapat mengetahui sekaligus mempelajari secara mendalam mengenai Hubungan Motivasi, Kebiasaan dan Fasilitas Belajar dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi angkatan 2014/2015 Universitas Sanata Dharma.
(26)
8 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Motivasi Belajar
1. Definisi Motivasi dan Motivasi Belajar
Motivasi adalah usaha yang didasari untuk mengarahkan dan menjaga tingkah seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.
Motivasi belajar adalah suatu perubahan tenaga di dalam diri seseorang atau pribadi yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan (Frederick J.Mc.Donald dalam H Nashar, 2004:39). Tetapi menurut Clayton Aldefer dalam H. Nashar (2004:42) motivasi belajar adalah kecenderungan siswa dalam melakukan kegiatan belajar yang didorong oleh hasrat untuk mencapai prestasi hasil belajar sebaik mungkin.
Motivasi belajar juga merupakan kebutuhan untuk mengembangkan kemampuan diri secara optimum, sehingga mampu berbuat yang lebih baik, berprestasi dan kreatif (Abraham Maslow dalam H. Nashar, 2004:42) motivasi belajar adalah suatu dorongan internal dan eksternal yang menyebabkan seseorang atau individu untuk bertindak atau mencapai tujuan, sehingga perubahan tingkah laku pada diri siswa diharapkan terjadi.
Motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu dapat tumbuh didalam diri seseorang. Dalam kegiatan belajar, motivasi
(27)
dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Motivasi belajar juga merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar (Sardiman,2008:75).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah kondisi psikis yang mendorong siswa untuk belajar secara sungguh-sungguh, yang pada gilirannya akan terbentuk cara belajar siswa yang sistematis, penuh konsentrasi dan dapat menyeleksi kegiatan-kegiatannya.
2. Fungsi Motivasi dalam Belajar
Agar siswa dapat mencapai hasil belajar yang optimal, maka diperlukan adanya motivasi. Perlu ditekankan bahwa motivasi berkaitan erat dengan suatu tujuan. Sehubungan dengan hal tersebut, ada tiga fungsi motivasi menurut Sardiman (2008:85) yaitu:
a. Mendorong manusia untuk berbuat. Jadi, sebagai pengerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor pengerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
b. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendaak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan. Apa yang harus
(28)
perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Seorang siswa yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan mengahbiskan waktunya untuk berrmain atau melakukan hal yang tidak berguna, sebab tidak serasi dengan tujuan.
Disamping itu, ada juga fungsi-fungsi motivasi lain. Motivasi dapat juga sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik (Sardiman, 2008:85). Dengan kata lain, bahwa dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat memperoleh prestasi yang baik. Intensistas motivasi peserta didik akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnnya.
Di dalam kegiatan belajar mengajar peran motivasi, baik intrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Motivasi bagi siswa dapat mengembangkan aktivitas dan mengarahkan serta memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar.
Membangkitkan motivasi belajar tidaklah mudah, untuk itu pendidik perlu mengenal peserta didik dan mempunyai kesanggupan kreatif untuk menghubungkan pelajaran dengan kebutuhan dan minat peserta didik. 3. Ciri – Ciri Motivasi Belajar
Untuk melengkapi uraian mengenai makna dan teori tentang motivasi, perlu dikemukakan adanya beberapa ciri-ciri motivasi. Menurut
(29)
Sardiman, (2008:83) motivasi yang ada pada diri setiap orang itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).
b. Ulet dalam menghadapi kesulitan (tidak mudah putus asa) tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya).
c. Menunjukan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk orang dewasa.
d. Lebih senang bekerja mandiri.
e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja sehingga kurang aktif).
f. Dapat mempertahankan pendapatnya, jika sudah benar-benar yakin akan pendapatnya.
g. Tidak mudah melepaskan apa yang sudah dipertahankannya. h. Senang mencari dan memecahkan masalah secara mandiri.
Apabila peserta didik memiliki ciri-ciri seperti diatas, berarti peserta didik itu memiliki motivasi yang cukup kuat. Ciri-ciri motivasi seperti itu akan sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar mengajar akan berhasil baik, kalau peserta didik tekun mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan berbagai masalah dan hambatan secara mandiri.
Peserta didik yang belajar dengan baik tidak terjebak pada sesuatu yang rutinitas dan mekanis. Peserta didik harus mempertahankan pendapatnya, kalau ia sudah yakin dan dipandaangnya cukup rasional. Bahkan lebih lanjut peserta didik juga harus peka dan responsive terhadap berbagai masalah umum, dan bagaimana memikirkan pemecahannya. Hal-hal seperti ini harus benar dipahami oleh seorang pengajar, agar dalam berinteraksi dengan peserta didiknya dapat memberikan motivasi yang tepat dan optimal.
(30)
4. Bentuk – Bentuk Motivasi
Berbicara tentang bentuk-bentuk atau macam motivasi ini dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Berikut bentuk-bentuk motivasi menurut Sardiman, (2008:86) adalah sebagai berikut:
a. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya.
1) Motif-motif bawaan, yaitu motif yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi ini tanpa dipelajari.
2) Motif-motif yang dipelajari, maksudnya motif-motif yang timbul karena dipelajari.
b. Motivasi dilihat dari sifatnya. 1) Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik yaitu motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, artinya bahwa motivasi yang timbul dari dalam diri sendiri tanpa paksaan orang lain, karena di dalam diri individu sudah ada dorongan positif untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Jadi motivasi itu muncul dari kesadaran diri sendiri.
2) Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik yaitu motif-motif yang aktif berfungsinya karena adanya perangsang dari luar diri individu tersebut, artinya bahwa motivasi ini timbul karena adanya dorongan atau rangsangan dari orang lain seperti orang tua, teman, atau orang terdekat. Hal ini muncul karena seseorang atau individu tersebut
(31)
baru bisa menjalankan tujuan belajarnya jika ada motivasi dari orang lain. Hal tersebut juga muncul karean seorang siswa belum bisa memunculkan motivasi dalam dirinya sendiri, sehingga ia sangat memerlukan motivasi ekstrinsik ini.
5. Indikator Motivasi Belajar
Indikator motivasi belajar menurut Uno (2008), dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil
Hasrat dan keinginan untuk berhasil dalam belajar dan dalam kehidupan sehari-hari pada umumnya disebut motif berprestasi, yaitu motif untuk berhasil dalam melakukan suatu tugas dan pekerjaan atau motif untuk memperoleh kesempurnaan. Motif semacam ini merupakan unsur kepribadian dan perilaku manusia, sesuatu yang berasal dari dalam diri manusia yang bersangkutan.
Motif berprestasi adalah motif yang dapat dipelajari, sehingga motif itu dapat diperbaiki dan dikembangkan melalui proses belajar. Seseorang yang mempunyai motif berprestasi tinggi cenderung untuk berusaha menyelesaikan tugasnya secara tuntas, tanpa menunda-nunda pekerjaanya. Penyelesaian tugas semacam ini bukanlah karena dorongan dari luar diri, melainkan upaya pribadi.
b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar
Penyelesaian suatu tugas tidak selamanya dilatarbelakangi oleh motif berprestasi atau keinginan untuk berhasil, kadang kala seorang
(32)
individu menyelesaikan suatu pekerjaan sebaik orang yang memiliki motif berprestasi tinggi, justru karena dorongan menghindari kegagalan yang bersumber pada ketakutan akan kegagalan itu.
Seorang peseta didik mungkin tampak bekerja dengan tekun karena kalau tidak dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik maka dia akan mendapat malu dari dosennya, atau di olok-olok temannya, atau bahkan dihukum oleh orang tua. Dari keterangan diatas tampak bahwa keberhasilan peserta didik tersebut disebabkan oleh dorongan atau rangsangan dari luar dirinya.
c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan
Harapan didasari pada keyakinan bahwa orang dipengaruhi oleh perasaan mereka tantang gambaran hasil tindakan mereka contohnya orang yang menginginkan kenaikan pangkat akan menunjukkan kinerja yang baik kalau mereka menganggap kinerja yang tinggi diakui dan dihargai dengan kenaikan pangkat.
d. Adanya penghargaan dalam belajar
Pernyataan verbal atau penghargaan dalam bentuk lainnya terhadap prilaku yang baik atau hasil belajar anak didik yang baik merupakan cara paling mudah dan efektif untuk meningkatkan motif belajar anak didik kepada hasil belajar yang lebih baik.
Pernyataan seperti “bagus”, “hebat” dan lain-lain disamping akan menyenangkan peserta didik, pernyataan verbal seperti itu juga mengandung makna interaksi dan pengalaman pribadi yang langsung
(33)
antara peserta didik dan pengajar, serta penyampaiannya konkret, sehingga merupakan suatu persetujuan pengakuan sosial, apalagi kalau penghargaan verbal itu diberikan didepan orang banyak.
e. Adanya lingkungan belajar yang kondusif
Pada umumnya motif dasar yang bersifat pribadi muncul dalam tindakan individu setelah dibentuk oleh lingkungan. Oleh karena itu motif individu untuk melakukan sesuatu misalnya untuk belajar dengan baik, dapat dikembangkan, diperbaiki, atau diubah melalui belajar dan latihan, dengan perkataan lain melalui pengaruh lingkungan. Lingkungan belajar yang kondusif salah satu faktor pendorong belajar anak didik, dengan demikian anak didik mampu memperoleh bantuan yang tepat dalam mengatasi kesulitan atau masalah dalam belajar.
Dari beberapa teori tesebut diatas dapat peneliti kembangkan menjadi indikator-indikator motivasi belajar sebagai berikut:
a. Kemauan untuk belajar dan mengikuti perkuliahan.
Saat mengikuti proses perkuliahan yang belangsung di kampus, mahasiswa dituntut untuk memiliki kemauan yang kuat, agar mahasiswa dapat memperoleh hasil yang baik. Kemauan untuk belajar dan mengikuti perkuliahan tersebut, harus dari dalam diri mahasiswa itu sendiri. Apabila seorang mahasiswa tidak memiliki kemauan yang kuat dari dalam diri, maka hasil yang diperoleh mahasiswa tersebut pasti tidak akan memuaskan. Hal ini
(34)
dibuktikan dengan banyaknya mahasiswa-mahasiswa yang terkendala atau terlambat dalam menyelesaikan kuliah.
b. Keinginan untuk menguasai materi perkuliahan.
Jumlah mata kuliah yang banyak menuntut mahasiswa untuk menguasai setiap materi perkuliahan yang diberikan oleh para dosen. Peran dari para dosen hanya sebagai pemberi materi, selanjutnya mahasiswa yang dituntut untuk menguasai materi perkuliahan yang telah diberikan. Semakin banyak materi perkuliahan yang dikuasai oleh seorang mahasiswa, maka tidak dapat dipungkiri bahwa mahasiswa tersebut akan memiliki wawasan yang luas dan mampu memperoleh nilai yang baik saat mengikuti ujian.
c. Ketekunan dalam menyelesaikan tugas-tugas kuliah.
Tugas kuliah yang diberikan oleh para dosen merupakan suatu keharusan agar mahasiswa terlatih dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan. Mahasiswa dituntut untuk selalu dapat menyelesaikan tugas-tugas kuliah, selain untuk mendapatkan nilai tambahan, tugas yang diberikan bertujuan untuk melatih mahasiswa agar aktif dalam proses belajar mengajar yang terjadi di kampus. Sikap tekun yang dimiliki mahasiswa akan berdampak positif pada hasil belajar mahasiswa tersebut.
(35)
d. Usaha untuk meningkatkan prestasi.
Prestasi atau hasil belajar yang dimiliki oleh setiap mahasiswa adalah untuk mendapatkan nilai yang baik. Nilai yang baik tersebut tidak akan pernah didapat tanpa perjuangan, kerja keras, dan ketekunan yang dimiliki oleh mahasiswa tersebut. Untuk memperoleh prestasi yang diinginkan setiap individu mahasiswa dituntut untuk mampu bersaing dalam mengerjakan semua aktivitas kampus baik berupa tugas kuliah maupun setiap perkuliahan yang diberikan para dosen.
B. Kebiasaan Belajar
1. Definisi Kebiasaan
Kebiasaan dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan seseorang atau sekelompok orang tertentu. Atau dengan kata lain kebiasaan merupakan serangkaian perbuatan seseorang secara berulang-ulang dengan cara yang sama dan berlangsung tanpa proses berpikir lagi.
Menurut Asih (2010:38), kebiasaan adalah kegiatan sehari-hari yang dilakukan secara berulang-ulang dalam hal yang sama sehingga menjadi adat kebiasaan dan ditaati oleh masyarakat. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kebiasaan merupakan sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan berulang-ulang untuk hal yang sama pula.
(36)
2. Definisi Kebiasaan Belajar
Kebiasaan belajar merupakan salah satu faktor penunjang tercapainya prestasi belajar siswa. Dalam rangka mencapai prestasi belajar yang diharapkan, maka dalam kegiatan belajarnya siswa hendaknya mempunyai sikap dan cara belajar yang sistematis. Cara belajar yang baik adalah suatu kecakapan yang dimiliki oleh setiap siswa dengan berbagai cara dalam usaha belajarnya sehingga menjadi kebiasaan yang melekat pada diri siswa.
The Liang Gie (1995:192) mengemukakan bahwa “kebiasaan belajar
adalah segenap perilaku yang ditunjukkan secara ajeg dari waktu ke waktu dalam rangka pelaksanaan pembelajaran.” Kebiasaan belajar bukanlah bakat alamiah atau bawaan, melainkan perilaku yang dipelajari secara sengaja ataupun tak sadar dari waktu ke waktu secara berulang-ulang.
Menurut Munawir Yusuf (2007:22), kebiasaan belajar adalah pengulangan cara belajar yang memberikan rasa nyaman kepada si pelajar. Kebiasaan belajar terbentuk melalui proses belajar. Kebiasaan belajar adalah suatu tingkah laku yang dilakukan oleh siswa secara teratur dan berulang-ulang dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kebiasaan belajar merupakan perilaku atau pola belajar yang terbentuk karena dilakukan secara berulang-ulang oleh peserta didik baik secara sengaja maupun tidak sengaja untuk mencapai sesuatu yang diinginkan.
(37)
Menurut Lusia Nrimaningsih (2014:13), pada umumnya kebiasaan belajar yang dimiliki oleh mahasiswa dapat berupa kebiasaan belajar yang positif atau kebiasaan belajar yang negatif. Kebiasaan belajar yang positif tentunya akan membawa mahasiswa pada keberhasilan studi. Sebaliknya, kebiasaan belajar yang negatif akan membawa mahasiswa pada kegagalan studi. Dengan demikian diharapkan agar mahasiswa mampu mengembangkan kebiasaan belajar yang positif dan menerapkan kebiasaan belajar tersebut secara terus menerus agar tumbuh dan terpelihara dalam dirinya.
3. Aspek Kebiasaan Belajar
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kebiasaan belajar menurut Noehi Nasution dkk (1992:80) semakin tinggi usianya peserta didik menjadi lebih bertanggungjawab atas proses belajar karena kebiasaan termasuk di dalamnya sehingga disiplin belajar menjadi semakin penting. Berkenaan dengan kebiasaan belajar ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
a. Target atau hasil kerja yang realistis antara lain rencana kerja yangterinci lebih baik dari pada yang besar-besar (ambisius),
b. Hadiah (rewards) atas hasil pekerjaan perlu diperhatikan agar memperkuat minat dan semangat belajar,
c. Ketepatan waktu dalam belajar/bekerja, d. Belajar keseluruhan dan bagian,
e. Pengorganisasian bahan belajar yang baik, dan
f. Penyempurnaan program belajar-mengajar sesuai dengan kebutuhan. Rochman Natawidjaja dan L. J. Moleongn, (1979:20) mengemukakan asal mula terbentuknya kebiasaan itu ada dua cara yaitu Pertama, terjadinya adalah melalui kecenderungan orang untuk mengikuti
(38)
upaya yang kurang hambatannya. Maksudnya, pada mulanya seseorang melakukan sesuatau maka hal itu dilakukannya menurut suatu cara tertentu karena cara itu adalah cara yang termudah dan tidak mengalami suatu gangguan. Kedua, melalui suatu tindakan dengan sengaja dan hati-hati untuk membentuk pola reaksi secara otomatis. Hal itu terjadi apabila seseorang dengan sengaja mengganti kebiasaan lama dengan suatu kebiasaan yang baru.
The Liang Gie (1995:193), sesungguhnya ada dua macam kebiasaan studi. Yang pertama ialah kebiasaan studi yang baik yang membantu menguasai pelajaran, mencapai kemajuan studi dan meraih sukses. Yang kedua ialah kebiasaan studi buruk yang mempersulit memahami pengetahuan, menghambat kemajuan dan akhirnya mengalami kegagalan. Sebagai contoh dapat dilihat kedua macam tabel kebiasaan studi yang baik dan yang buruk dibawah ini.
Tabel 2.1
Kebiasaan Studi yang Baik dan Kebiasaan Studi yang Buruk No Kebiasaan Studi yang Baik Kebiasaan Studi yang Buruk
1 Melakukan studi secara teratur setiap hari.
Hanya melakukan studi secara mati-matian setelah ujian di ambang pintu.
2 Mempersiapkan semua keperluan studi pada
malamnya sebelum keesokan harinya berangkat.
Sesaat sebelumnya berangkat barulah ribut mengumpulkan buku dan peralatan yang perlu dibawa. 3 Senantiasa hadir dikelas
sebelum pelajaran dimulai
(39)
4 Terbiasa belajar sampai paham betul dan bahkan tuntas tak terlupakan lagi.
Umumnya belajar seperlunya saja sehingga butir-butir pengetahuan masih kabur dan banyak
terlupakan. 5 Terbiasa mengunjungi
perpustakaan untuk menambah bacaan atau menengok buku referensi mencari arti-arti istilah.
Jarang sekali masuk perpustakaan dan tidak tahu caranya
mempergunakan ensiklopedi dan berbagai karya acuan lainnya.
Aunurrahman (2010:185) mengungkapkan ada beberapa bentuk perilaku yang menunjukkan kebiasaan tidak baik dalam belajar yang sering kita jumpai pada sejumlah siswa, seperti:
a. Belajar tidak teratur,
b. Daya tahan belajar rendah (belajar secara tergesa-gesa), c. Belajar bilamana menjelang ulangan atau ujian,
d. Tidak memiliki catatan pelajaran yang lengkap, e. Tidak terbiasa membuat ringkasan,
f. Tidak memiliki motifasi untuk memperkaya materi pelajaran, g. Senang menjiplak pekerjaan teman,
h. Sering datang terlambat, dan
i. Melakukan kebiasaan-kebiasaan buruk (misalnya merokok). 4. Manfaat Kebiasaan Belajar
The Liang Gie (1995:194), menyatakan bahwa manfaat kebiasaan adalah:
a. Penghematan waktu (economy of time)
Kebiasaan dapat banyak menghemat waktu dalam mengerjakan sesuatu atau memakai pikiran. Penghematan waktu berarti tersedianya waktu yang longgar untuk studi. Tidak itu saja, waktu yang seketika terus dipakai untuk studi (karena tidak berpikir-pikir atau ragu-ragu
(40)
lebih dahulu) sehingga menjadi mementum yang kuat untuk melaju dalam melakukan studi.
b. Meningkatkan efisiensi manusia (human efficiency)
Kebiasaan melakukan sesuatu secara otomatis akan membebaskan pikiran sehingga dapat dipakai untuk tujuan lain pada saat yang sama. c. Membuat seseorang menjadi lebih cermat
Suatu kegiatan yang telah begitu tertanam dalam pikiran seseorang dan demikian terbiasa dikerjakannya akan terlaksana secara lebih cermat daripada aktifitas yang masih belum terbiasa.
d. Membantu seseorang menjadi ajeg atau konsisten
Dengan kebiasaan belajar yang baik kondisi belajar akan terjaga. Emosi, mental dan semangat belajar akan lebih terkendali karena situasi belajar yang tertata atau konsisten.
5. Indikator Kebiasaan Belajar
Keberhasilan mahasiswa dalam perkuliahan tergantung pada kebiasaan belajarnya. Dari beberapa teori diatas dapat dilihat indikator kebiasaan belajar biasanya dimulai dari kebiasaan mengelola waktu belajar, kebiasaan mengatur diri untuk belajar, kebiasaan membaca buku pelajaran, kebiasaan mengikuti perkuliahan, dan kebiasaan saat menempuh ujian.
a. Kebiasaan mengelola waktu belajar
Manajemen waktu merupakan hal yang sangat penting, jika seorang mahasiswa tidak memiliki manajemen waktu yang baik maka
(41)
sulit untuk mengelola waktu belajarnya. Jika waktu belajarnya tidak dikelola dengan baik maka akan mempengaruhi hasil belajarnya.
Seorang mahasiswa hendaknya memiliki manajemen waktu yang baik agar dapat mengelola waktu belajarnya, baik itu di kampus maupun di rumah. Jika dikampus mahasiswa belajar kurang lebih 6 jam sehari, maka dirumah mahasiswa harus mempunyai waktu belajar kurang lebih 2 jam. Agar dapat mengelola waktu belajar dengan baik mahasiswa harus mempunyai jadwal atau rencana belajar yang baik. b. Kebiasaan mengatur diri untuk belajar
Selain mengelola waktu belajar, mahasiswa juga dituntut untuk bisa mengatur diri dalam belajar. Dalam melaksanakan kegiatan belajar mahasiswa harus mempunyai persiapan. Persiapan yang penting yaitu mahasiswa harus bisa berkonsentrasi terhadap hal yang akan dipelajarinya. Jika tanpa konsentrasi yang baik dapat dipastikan mahasiswa tidak akan memperoleh hasil yang maksimal dalam belajar.
Tidak dapat dipungkiri bahwa ada banyak hal yang dapat mengganggu konsentrasi mahasiswa dalam kegiatan belajarnya baik yang berasal dari dalam diri mahasiswa misalnya karena sakit, atau yang berasal dari luar diri mahasiswa misalnya gadget, Tv, dan orang-orang disekitar tempat belajar. Untuk itu diharapkan mahasiswa harus bisa melatih dirinya agar terampil melakukan konsentrasi pada waktu belajar.
(42)
c. Kebiasaan membaca buku pelajaran
Kebiasaan membaca harus dilakukan mahasiswa bila ingin sukses dalam belajar. Dalam belajar, mahasiswa akan selalu berjuang dengan kegiatan membaca, baik itu membaca buku pelajaran yang diwajibkan maupun buku-buku penunjang lainya. Mahasiswa dituntut untuk banyak membaca buku, agar memiliki pengetahuan yang luas, meskipun kebanyakan dari mahasiswa yang tidak suka membaca, namun jika ingin sukses mahasiswa harus rajin membaca dan menangkap isi bacaan yang dibacanya.
d. Kebiasaan mengikuti perkuliahan
Di kampus mahasiswa dituntut untuk mengikuti seluruh kegiatan akademik dari awal sampai akhir. Hal ini juga menuntun mahasiswa untuk mengikuti pelajaran di kelas. Dalam mengikuti pelajaran di kelas, mahasiswa tidak hanya datang, duduk, dengar, diam dan pulang.
Dalam mengikuti pelajaran di kelas mahasiswa dituntut untuk membiasakan diri mengikuti setiap proses yang terjadi di dalam kelas misalnya, mendengarkan dosen saat menjelaskan, bertanya jika ada materi yang belum dipahami, membuat ringkasan atau catatan yang dianggap penting. Dengan kata lain, mahasiswa ikut aktif sebagai pelaku dalam proses belajar.
e. Kebiasaan saat menempuh ujian
Setelah mahasiswa mempelajari bahan pelajaran dalam periode atau waktu tertentu, biasanya dosen mengadakan ujian atau tes.Ujian
(43)
atau tes tersebut dimkasudkan unruk mengukur seberapa jauh mahasiswa menguasai ilmu yang telah dipelajari.
Saat akan menempuh ujian setiap mahasiswa mempunyai kebiasaan yang berbeda-beda. Mulai dari cara belajar hingga mengerjakan soal ujian. Ada mahasiswa yang telah mempersiapkannya dari jauh hari, adapula yang baru menyiapkan saat akan menghadapi ujian. Ada yang mengerjakan kembali soal-soal yang telah diberikan, ada juga yang membuat ringkasan sendiri dalam belajar. Beragam cara dilakukan mahasiswa agar bias sukses dalam menempuh ujian.
Cara atau kebiasaan belajar tersebut harus dimulai oleh diri sendiri sejak dini dengan membiasakan diri dan mendisiplinkan diri dalam belajar. Hindari belajar dalam waktu belajar yang berat saat akan mengikuti ujian sebab kurang membantu dalam keberhasilan belajar mahasiswa. Hal ini dimaksudkan agar mahasiswa merasa terbiasa melakukan kegiatan belajar dalam kesehariannya demi tercapainya prestasi belajar yang baik dan memuaskan.
C. Fasilitas Belajar
1. Pengertian Fasilitas Belajar
Kegiatan belajar mahasiswa dapat terlaksana selain karena adanya motivasi dan kebiasaan belajar, juga didukung dengan adanya fasilitas yang memadai. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:314), fasilitas adalah segala hal yang dapat mempermudah perkara (kelancaran tugas dan sebagainya) atau kemudahan.
(44)
Fasilitas merupakan suatu sarana yang diperlukan untuk kegiatan belajar mengajar, lancar tidaknya suatu proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh lengkap tidaknya fasilitas pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukan oleh Widjaya (1994:82), bahwa proses belajar mengajar akan berjalan lancar jika ditunjang oleh sarana yang lengkap dari gedung sampai sarana yang sangat dominan, misalnya alat peraga.
Menurut Muhroji dkk, (2004:49) Fasilitas belajar adalah semua yang diperlukan dalam proses belajar mengajar baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak agar tercapai tujuan pendidikan dan proses belajar mengajar dapat berjalan lancar, teratur, efektif dan efisien.
Dari pendapat-pendapat dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa fasilitas belajar adalah segala sesuatu baik berupa benda bergerak atau tidak bergerak serta uang (pembiayaan) yang dapat mempermudah dan memperlancar penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar guna mencapai tujuan belajar yang efektif dan efisien.
2. Jenis-jenis Fasilitas Belajar
Menurut The Liang Gie (2002:47), fasilitas belajar dapat dilihat dari tempat dimana aktivitas belajar itu dilakukan. Berdasarkan tempat aktivitas belajar dilaksanakan, maka fasilitas belajar dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu fasilitas belajar di kampus dan fasilitas belajar di rumah.
(45)
Menurut Oemar Hamalik (2003:102) terkait fasilitas belajar sebagai unsur penunjang belajar, bahwa ada tiga hal yang perlu mendapat perhatian kita, yakni media atau alat bantu belajar, perlengkapan-perlengkapan belajar, dan ruangan belajar. Ketiga komponen ini saling mempengaruhi satu sama lain. Secara keseluruhan, ketiga komponen ini memberikan konstribusinya, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama terhadap kegiatan dan keberhasilan belajar, dalam hal ini prestasi belajar.
Dari paparan serta pendapat yang dikemukan para ahli dapat ditarik sebuah kesimpualan mengenai jenis-jenis fasilitas yang secara umum dapat mempengaruhi kegiatan belajar serta dapat membantu proses kelancaran belajar diantaranya adalah:
a. Fasilitas belajar yang disediakan oleh kampus, meliputi:
1) Gedung Kampus
Gedung kampus menjadi pusat perhatian dan pertimbangan bagi setiap pelajar yang ingin memasuki suatu perguruan tinggi tertentu. Karena mereka beranggapan bahwa perguruan tinggi yang mempunyai bangunan fisik yang memadai tentunya para mahasiswa dapat belajar dengan aman dan nyaman.
2) Ruang Belajar
Ruang belajar merupakan tempat terjadinya proses interaksi belajar mengajar. Ruang belajar yang baik dan nyaman adalah ruang belajar yang dapat menciptakan kondisi yang kondusif,
(46)
ketika proses belajar mengajar berlangsung karena ruangan belajar merupakan salah satu unsur penunjang belajar yang efektif dan menjadi lingkungan belajar yang nantinya berpengaruh terhadap kegiatan dan keberhasilan belajar.
Dengan demikian, letak kelas sudah di perhatikan dan diperhitungkan terhadap kemungkinan-kemungkinan yang dapat menghambat proses belajar mengajar jika lingkungan belajar yang disediakan dalam ruangan cukup menyenangkan, maka akan mendorong peserta didik untuk belajar lebih giat. Sebaliknya jika ruang belajar menyediakan lingkungan yang kurang atau tidak menyenangkan, maka kegiatan belajar yang kurang terangsang dan hasilnya kurang memuaskan.
Secara ideal menurut Oemar Hamalik (2003:56) Ruang belajar harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a) Pencahayaan serta ventilasi yang baik, karena ruang demikian akan terasa besar bantuannya dalam kebiatan belajar. Sebaliknya ruang yang gelap atau memerlukan penerangan pada siang hari dan pengap tentunya kurang baik bagi kesehatan dan sedikit-banyak kurang menunjang kepentingan belajar.
b) Jauh dari hiruk-pikuk jalan raya atau keramaian kota, karena hal itu akan mengganggu konsentrasi anak dalam belajar.
(47)
Menempati ruang yang tenang dan jauh dari kegaduhan lebih mendukung anak dalam belajar.
c) Menjaga kebersihan, kerapihan dan keindahan ruangan agar ruangan sedap dipandang mata.
d) Lingkungan tertib dan aman, karena lingkungan yang kurang aman akan turut mengganggu konsentrasi belajar, bahkan secara fisik mungkin terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. e) Menciptakan situasi ruang belajar yang nyaman, hal terebut
dirasa penting guna membantu ketenangan dan kesenangan belajar serta kenyamanan akan membawa kejernihan suasana dan mempengaruhi pula prilaku dan sikap.
f) Ukuran ruang cukup memadai untuk kegiatan belajar, ukuran ruang kelas hendaknya disesuaikan dengan rancangan pengembangan instruksional yang sangat effektif untuk belajar mengajar sehingga daya serap anak didik terhadap suara guru dapat mendengar dengan baik.
g) Cat tembok, meski tergolong sesuatu yang bersifat subjektif namun hendaknya pemilihan warna jangan yang bersifat mencolok.
h) Atur ruangan agar serasi terhadap penempatan meja dan kursi serta peralatan-peralatan lain, dan jangan biarkan terkesan semrawut dan berantakan karena akan mempengaruhi motif belajar.
(48)
3) Alat Bantu Belajar dan Media Pengajaran
Alat bantu belajar berfungsi untuk membantu mahasiswa belajar guna meningkatkan efisiensi dalam belajar, sedangkan media pengajaran dapat diartikan “sebagai segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan mahasiswa sehingga dapat mendorong proses belajar”. Bentuk-bentuk media yang digunakan untuk meningkatkan pengalaman belajar agar menjadi kongkrit. Penggunaan media tidak lain adalah untuk mengurangi verbalisme agar anak mudah mengerti bahan pelajaran yang disajikan.
Penggunaan media harus disesuaikan dengan pencapaian tujuan. Bila penggunaan media tidak tepat membawa akibat pada pencapaian tujuan pengajaran kurang efektif. Untuk itu guru harus terampil memilih media pengajaran agar tidak mengalami kesukaran dalam menunaikan tugasnya. Beberapa jenis media yang dapat digunakan dalam proses belajar antara lain:
a) Media grafis atau media visual. Dalam media ini pesan-pesan dapat di sampaikan atau dituangkan dalam bentuk Simbol-simbol komunikasi. Contohnya : Wallchart, Gambar, Slide b) Media audio dan audio-visual. Media audio adalah media yang
berhubungan dengan pendengaran, sedangkan media audio-visual adalah media yang menggabungkan unsur yang bersifat pendengaran (bunyi) dan penglihatan (grafis) secara
(49)
bersamaan. berfungsi menyampaikan pesan pembelajaran yang akan disampaikan, dituangkan kedalam lambang-lambang audio baik bersifat verbalis. Contohnya: Radio, rekaman, film, video, program televisi.
c) Media proyeksi. Media proyeksi adalah media baik bersifat visual ataupun audio visual. Media ini interaksinya harus di proyeksikan dengan proyektor terlebih dahulu agar pesan dapat dilihat oleh siswa. Yang termasuk dalam media ini adalah, film bingkai, Overhead projector (OHP) dan transparansi, serta proyektor digital.
d) Objek (benda sebenarnya) dan Model serta media-media lain. 4) Perpustakaan
Menurut Mulyani dalam Suharsismi dan Lia (2008:116), Perpustakaan merupakan suatu unit kerja yang merupakan bagian integral dari lembaga pendidikan sekolah yang berupa tempat penyimpanan koleksi bahan pustaka yang diatur secara sistematik dengan cara tertentu untuk digunakan siswa dan guru sebagai suatu sumber informasi dalam rangka menunjang program belajar dan mengajar.
5) Alat-alat Tulis
Proses belajar tidak dapat dilakukan dengan baik tanpa alat tulis yang dibutuhkan. Semakin lengkap alat tulis yang dimiliki semakin kecil kemungkinan belajarnya akan terlambat. Alat-alat
(50)
tulis tersebut adalah berupa: buku tulis, pensil, ballpoint, penggaris, penghapus, dan alat-alat lain yang berhubungan secara langsung dengan proses belajar mahasiswa yang perlu di miliki.
6) Buku Pelajaran
Selain alat tulis, dalam kegiatan belajar seseorang perlu memiliki buku yang dapat menunjang dalam proses belajar. Buku-buku yang dimiliki siswa antara lain, Buku-buku pelajaran wajib, Buku- buku-buku tambahan yang menunjang pembelajaran serta kamus-kamus bahasa.
7) Fasilitas-fasilitas lainnya yang mendukung proses belajar di kampus.
b. Fasilitas Belajar yang disediakan oleh orang tua di rumah.
Kelengkapan fasilitas belajar di rumah yang disediakan oleh orang tua sangat diperlukan oleh mahasiswa untuk belajar, misalnya: sarana belajar yang meliputi ruangan belajar, meja, kursi, lemari/rak buku, buku pelajaran dan bacaan, alat-alat tulis dan gambar serta penerangan.
Mengenai prasyarat yang harus di penuhi terkait fasilitas belajar di rumah agar dikatakan baik bisa juga mengacu pada prasyarat mengenai fasilitas belajar di kampus seperti halnya mengenai ruangan, alat bantu belajar, sumber belajar serta fasilitas-fasilitas lainnya seperti kendaraan dan wifi atau jaringan internet.
Dari beberapa pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan fasilitas dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang memudahkan dan
(51)
melancarkan proses belajar mengajar yang unsur-unsurnya meliputi, keadaan dan ketersediaan tempat belajar, kelengkapan belajar, alat bantu belajar, perpustakaan, serta kelengkapan-kelengkapan lain penunjang kelancaran proses belajar mahasiswa seperti kendaraan, jaringan internet (wifi) dan computer/laptop yang disediakan oleh orang tua di rumah.
Dalam penelitian ini, peneliti hanya memfokuskan penelitian pada fasilitas belajar yang disediakan oleh orang tua di rumah, hal ini dikarenakan peneliti melihat bahwa fasilitas belajar yang disediakan oleh kampus sudah sangat memenuhi kebutuhan para mahasiswa tinggal bagaimana mahasiswa tersebut memanfaatkan secara baik demi menunjang kegiatan belajarnya.
3. Peranan Fasilitas Belajar dalam Proses Pembelajaran
Keberadaan akan fasilitas belajar sebagai penunjang kegiatan belajar tentulah sangat berpengaruh terhadap hasil belajar atau prestasi mahasiswa, dikarenakan keberadaan serta kondisi dari fasilitas belajar dapat mempengaruhi kelancaran serta keberlangsungan proses belajar mengajar. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Dalyono (2001:241) yang mengatakan bahwa kelengkapan fasilitas belajar akan membantu siswa dalam belajar, dan kurangnya alat-alat atau fasilitas belajar akan menghambat kemajuan belajarnya.
Mohamad Surya (2004:80), memaparkan betapa pentingnya kondisi fisik fasilitas belajar terhadap proses belajar yang menyatakan bahwa
(52)
keadaan fasilitas fisik tempat belajar berlangsung di kampus ataupun di rumah sangat mempengaruhi efisiensi hasil belajar atau prestasi belajar mahasiswa. Keadaan fisik yang lebih baik, lebih menguntungkan mahasiswa belajar dengan tenang dan teratur sehingga hasil atau prestasi yang diperoleh menjadi lebih baik pula. Sebaliknya keadaan fisik yang kurang memadai akan membuat mahasiswa merasa kurang nyaman dan belajarnya tidak teratur sehingga menyebabkan hasil/prestasi belajar yang diperoleh kurang memuaskan.
Jadi, kelancaran dan keterlaksanaan sebuah proses pembelajaran akan lancar dan baik jika didukung sarana atau fasilitas pembelajaran yang lengkap serta dengan kondisi yang baik sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran dan memperoleh hasil atau preastasi belajar yang baik. 4. Indikator Fasilitas Belajar
Fasilitas belajar mempunyai peranan yang sangat penting dalam belajar. Keberlangsungan proses belajar dapat berjalan dengan baik dan lancar jika didukung dengan fasilitas yang memadai.
Berdasarkan teori yang telah dikemukan diatas, penulis dapat merumuskan indikator dari fasilitas belajar yang disediakan oleh orang tua di rumah yaitu meliputi ruang atau tempat belajar, perlengkapan belajar, sumber belajar, sarana ke kampus dan lingkungan belajar.
a. Ruang atau tempat belajar
Ruangan belajar adalah ruangan yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan belajar di rumah atau kos. Ruangan belajar
(53)
yang kondusif harus memiliki penerangan yang cukup, ventilasi udara yang lancar, jauh dari hiruk pikuk atau keramaian, bersih serta memiliki kondisi fisik yang baik atau layak digunakan.
b. Perlengkapan belajar
Perlengkapan belajar merupakan suatu alat, benda, atau media pembelajaran yang dapat membantu mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan belajar. Perlengkapan belajar biasanya meliputi meja dan kursi, alat tulis, buku pelajaran, computer/laptop, proyektor, dan media-media pembelajaran
c. Sumber belajar
Sumber belajar merupakan sumber untuk mendapatkan pengetahuan saat proses belajar berlangsung. Pada umumnya, sumber belajar yang paling sering digunakan adalah buku pelajaran. Selain itu, sumber penunjang lainnya berupa, buku-buku pengetahuan umum, internet majalah, jurnal-jurnal serta karya ilmiah.
d. Sarana ke kampus
Sarana ke kampus yaitu kendaraan yang disediakan oleh orang tua untuk digunakan mahasiswa ke kampus atau ke tempat-tempat yang menunjang kegiatan belajarnya.
e. Lingkungan belajar
Lingkungan belajar merupakan suasana disekitar rumah atau kos yang mendukung kegiatan belajar mahasiswa, jauh dari hiruk pikuk atau keramaian.
(54)
D. Prestasi Belajar
1. Definisi Belajar
Menurut Matlin, (1998) dalam Hawadi (2004:168) dalam konteks sekolah, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan siswa untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman siswa sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
2. Definisi Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang setelah ia melakukan perubahan belajar, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Di
dalam Webster’s New Internasioal Dictionary mengungkapkan tentang
prestasi yaitu: “Achievement test a standardised test for measuring the skil
or knowledge by person in one more lines of work a study” (Webster’s
New International Dictionary, 1951:20). Mempunyai arti kurang lebih prestasi adalah standar test untuk mengukur kecakapan atau pengetahuan bagi seseorang didalam satu atau lebih dari garis-garis pekerjaan atau belajar.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:700), Prestasi adalah hasil yang dicapai dari yang dilakukan atau dikerjakan, dari definisi tersebut maka prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai-nilai test atau angka-angka nilai yang diberikan
(55)
oleh pendidik. Sedangkan pengertian secara umum prestasi adalah hasil tertinggi yang telah dicapai seseorang dalam bidang tertentu.
Menurut Nurjanah Mina (2013), berbicara tentang prestasi belajar atau dalam lingkungan perguruan tinggi disebut dengan istilah prestasi akademik tidak lepas dari istilah belajar. Prestasi akademik mahasiswa nampak dalam studi yang berupa nilai-nilai dari mata kuliah yang tercermin dalam Indeks Prestasi Kumulatif (IPK).
Tinggi rendahnya prestasi belajar atau prestasi akademik membawa dampak pada kepercaan diri sendiri, harapan, atau cita-citanya. Mahasiswa yang mempunyai prestasi akademik yang tinggi mempunyai rasa percaya diri yang besar dari pada mahasiswa yang memiliki prestasi akademik yang rendah. Apabila mahasiswa yang memiliki prestasi akademik yang rendah, maka ia harus meningkatkan belajarnya, berusaha untuk giat mengejar kekurangannya. Dengan prestasi akademik yang tinggi, peluang untuk mendapatkan pekerjaan diharapkan akan semakin besar.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Menurut Slameto (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan ke dalam dua golongan yaitu faktor intern yang bersumber pada diri mahasiswa dan faktor ekstern yang bersumber dari luar diri mahasiswa. Faktor intern terdiri dari kecerdasan atau inteligensi, perhatian, bakat, minat, motivasi, kematangan, kesiapan dan kelelahan. Sedangkan faktor ekstern terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan kampus, dan lingkungan masyarakat.
(56)
Mudzakir dan Sutrisno (1997) mengemukakan faktor–faktor yang mempengaruhi prestasi belajar secara lebih rinci, yaitu:
a. Faktor Internal
Faktor ini meliputi:
1) Faktor Fisiologi (yang bersifat fisik) seperti sakit, kurang sehat, dan cacat tubuh.
2) Faktor Psikologi (yang bersifat rohani) meliputi: a) Inteligensi
Setiap orang memiliki tingkat IQ yang berbeda-beda. Seseorang yang memiliki IQ 110 – 140 dapat digolongkan cerdas dan yang memiliki IQ 140 ke atas tergolong jenius. Golongan ini mempunyai potensi untuk dapat menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi. Seseorang yang memiliki IQ kurang dari 90 tergolong lemah mental, mereka inilah yang banyak mengalami kesulitan belajar.
b) Bakat
Bakat adalah potensi atau kecakapan yang dibawa sejak lahir. Setiap individu mempunyai bakat yang berbeda-beda. Seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu yang sesuai dengan bakatnya.
Apabila seseorang harus mempelajari sesuatu yang tidak sesuai dengan bakatnya, maka ia akan cepat bosan, mudah putus asa, dan tidak senang. Hal-hal tersebut akan tampak pada
(57)
anak suka menggangu kelas, berbuat gaduh, dan tidak mau mengikuti pelajaran sehingga nilainya rendah.
c) Minat
Tidak adanya minat peserta didik terhadap suatu pelajaran akan timbul kesulitan belajar. Belajar yang tidak ada minatnnya mungkin tidak sesuai dengan bakatnya, tidak sesuai dengan kebutuhannya, tidak sesuai dengan kecakapan dan akan menimbulkan problema pada diri peserta didik tersebut. Ada tidaknya minat terhadap suatu pelajaran dapat dilihat dari cara peserta didik mengikuti pelajaran.
d) Motivasi
Motivasi sebagai faktor dalam (batin) berfungsi menimbulkan, mendasari, dan mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan, sehingga semakin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan belajarnya. Seseorang yang besar motivasinya akan giat berusaha, tampak gigih, tidak mau menyerah dan giat membaca buku-buku untuk meningkatkan prestasinya. Sebaliknya mereka yang motivasinya rendah tampak acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatiannya tidak tertuju pada pelajaran, suka menggangu kelas dan sering meninggalkan pelajaran. Akibatnya mereka banyak mengalami
(58)
kesulitan dalam belajarnya, sehingga menyebakan prestasi belajarnya menjadi rendah.
3) Faktor kesehatan mental
Dalam belajar tidak hanya menyangkut segi intelek, tetapi juga menyangkut segi kesehatan mental dan emosional. Hubungan kesehatan mental dengan belajar adalah timbal balik. Kesehatan mental dan kesehatan emosi akan menimbulkan hasil belajar yang baik demikian juga belajar yang selalu sukses akan membawa harga diri seseorang. Bila harga diri tumbuh akan merupakan faktor adanya kesehatan mental.
Individu dalam hidupnya selalu mempunyai kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan seperti: memperoleh penghargaan, mendapat kepercayaan, rasa aman, rasa kemesraan dan lain-lain. Apabila kebutuhan itu tidak terpenuhi akan membawa masalah-masalah emosional dan akan menimbulkan kesulitan belajar.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri seseorang, faktor ini meliputi:
1) Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan pusat pendidikan yang pertama dan utama. Yang termsuk faktor ini anrata lain:
(59)
a) Perhatian Orang Tua
Dalam lingkungan keluarga setiap individu memerlukan perhatian orang tua dalam mencapai prestasi belajarnnya. Karena perhatian orang tua ini akan menentukan seseorang dapat mencapai prestasi belajar yang tinggi. Perhatian orang tua di wujudkan dalam hal kasih sayang, memberi nasihat-nasihat dan sebagainnya.
b) Keadaan Ekonomi Orang Tua
Keadaan ekonomi keluarga juga mempengaruhi prestasi belajar peserta didik, kadang kala peserta didik merasa kurang percaya diri dengan keadaan ekonomi keluarganya. Akan tetapi ada juga peserta didik yang keadaan ekonomi orang tuanya baik, tetapi prestasi belajarnya rendah atau sebaliknya peserta didik yang keadaan ekonominnya rendah malah mendapat prestasi belajar yang tinggi.
c) Hubungan Antara Anggota Keluarga
Dalam keluarga harus terjadi hubungan yang harmonis antar personil yang ada. Dengan adanya hubungan yang harmonis antara anggota keluarga akan mendapat kedamaian, ketenangan dan ketentraman. Hal ini dapat menciptakan kondisi belajar yang baik, sehingga prestasi belajar siswa dapat tercapai dengan baik pula.
(60)
2) Lingkungan Kampus
Lingkungan kampus terdiri dari: a) Pendidik dalam hal ini dosen b) Mahasiswa
c) Fasilitas Kampus d) Gedung kampus
e) Orang-orang yang berada di sekitar lingkungan kampus 3) Faktor-faktor media massa dan lingkungan sosial (masyarakat)
a) Faktor Media Massa
Faktor ini meliputi: bioskop, tv, surat kabar, majalah, dan buku-buku komik yang ada di sekeliling siswa. Hal-hal ini yang akan mengahambat belajar apabila terlalu banyak waktu yang dipergunakan, hingga lupa akan tugan belajar. b) Lingkungan Sosial
Teman bergaul berpengaruh sangat besar bagi anak-anak. Maka kewajiban orang tua adalah mengawasi dan memberi pengertian untuk mengurangi pergaulan yang dapat memberikan dampak negatif bagi para peserta didik tersebut.
Lingkungan tetangga memberi motivasi bagi peserta untuk belajar apabila terdiri dari pelajar, mahasiswa, dokter, dll. Begitu juga sebaliknya, apabila lingkungan tetangga
(61)
adalah orang yang tidak sekolah, menganggur, akan sangat berpengaruh bagi peserta didik.
Aktivitas dalam masyarakat juga dapat berpengaruh dalam belajar peserta didik. Peran orang tua disini adalah memberikan pengarahan kepada peserta didik agar kegiatan diluar belajar dapat diikuti tanpa melupakan tugas belajarnnya.
E. Kerangka Berpikir
Penelitian ini merupakan penelitian analisis deskriptif, sebab penelitian ini mendeskripsikan hubungan antara variabel bebas, yaitu motivasi belajar (X1),
kebiasaan belajar (X2) dan fasilitas belajar (X3), dengan satu variabel terikat
yaitu prestasi belajar (Y).
1. Hubungan antara Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar
Menurut Sudirman (2005:27), mengungkapkan bahwa prestasi belajar merupakan salah satu alat yang digunakan pendidik untuk memotivasi peserta didik untuk lebih giat belajar. Contohnya jika seorang peserta didik rajin belajar dengan giat dan tekun maka prestasi belajarnya pun akan menjadi lebih baik. Jadi antara motivasi dan prestasi belajar saling mempengaruhi satu sama lain. Jika seorang mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar, maka hasil yang diperoleh akan menjadi baik.
Motivasi dapat juga menentukan baik tidaknya seseorang dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sehingga semakin besar motivasi seorang peserta didik, akan semakin besar pula kesuksesan yang ia peroleh
(62)
dan sebaliknya semakin kecil motivasi seorang peserta didik, maka kesuksesan yang diharapkan semakin kecil.
2. Hubungan antara Kebiasaan Belajar dengan Prestasi Belajar
Kebiasaan belajar merupakan cara belajar peserta didik yang dilakukan secara berulang-ulang untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan yang ingin dicapai seorang peserta didik tersebut tentunya prestasi belajar. Kebiasaan belajar peserta didik sangat mempengaruhi hasil belajarnya. Jika kebiasaan atau cara belajar peserta didik sudah baik, maka hasil atau prestasinya juga cenderung baik, sebalikknya jika kebiasaan belajar peserta didik kurang baik maka, hasil atau prestasinya juga menjadi ikut menurun atau bahkan bisa dikatakan buruk. Jadi, antara kebiasaan belajar dan prestasi belajar saling mempengaruhi satu sama lain.
3. Hubungan antara Fasilitas Belajar dengan Prestasi Belajar
Faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar seseorang yaitu diantaranya fasilitas belajar. Fasilitas belajar juga menunjang keberhasilan peserta didik. Jika seseorang yang memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar tetapi tidak didukung dengan adanya fasilitas belajar, maka belum tentu peserta didik tersebut akan berhasil dalam belajar.
Begitupun sebaliknya, jika fasilitas belajar memadai tetapi kurang adanya motivasi peserta didik, maka peserta didik tersebut belum bisa mencapai tujuan belajrnya dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa selain motivasi dan kebiasaan belajar, fasilitas belajar juga mempengaruhi
(63)
prestasi belajar. Jadi antara motivasi belajar, kebiasaan belajar, fasilitas belajar dan prestasi belajar saling mempengaruhi satu sama lain.
F. Model Paradigma Penelitian
Hubungan Motivasi Belajar, Kebiasaan Belajar dan Fasilitas Belajar dengan Prestasi Belajar dapat diilustrasikan dalam model paradigma penelitian sebagai berikut:
Keterangan:
1. X1 = Motivasi Belajar (variabel bebas)
2. X2 = Kebiasaan Belajar (variabel bebas)
3. X3 = Fasilitas Belajar (variable bebas)
4. Y = Prestasi Belajar (variable terikat)
(X
1)
Motivasi
Belajar
(Y)
Prestasi
Belajar
(X
2)
Kebiasaan
Belajar
(X
3)
Fasilitas
Belajar
(64)
G. Hipotesis Penelitian
Menurut Zaifuddin Azwar (2012:49), hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian. Pertanyaan penelitian yang dimaksudkan disini adalah pertanyaan yang diajukan dalam rumusan masalah. Karena masih bersifat sementara, maka hipotesis ini harus diuji dan dibuktikan kebenarannya melalui data penelitian yang telah terkumpul. Berikut rumusan hipotesis dalam penelitian ini, sebagai berikut:
1. Hipotesis Pertama
H01 : Tidak ada hubungan positif dan signifikan motivasi belajar dengan
prestasi belajar mahasiswa program studi pendidikan akuntansi angkatan 2014/2015 Universitas Sanata Dharma.
Ha1: Ada hubungan positif dan signifikan motivasi belajar dengan
prestasi belajar mahasiswa program studi pendidikan akuntansi angkatan 2014/2015 Universitas Sanata Dharma.
2. Hipotesis Kedua
H02 : Tidak ada hubungan positif dan signifikan kebiasaan belajar
dengan prestasi belajar mahasiswa program studi pendidikan akuntansi angkatan 2014/2015 Universitas Sanata Dharma.
Ha2: Ada hubungan positif dan signifikan kebiasaan belajar dengan
prestasi belajar mahasiswa program studi pendidikan akuntansi angkatan 2014/2015 Universitas Sanata Dharma.
(65)
3. Hipotesis Ketiga
H03 : Tidak ada hubungan positif dan signifikan fasilitas belajar dengan
prestasi belajar mahasiswa program studi pendidikan akuntansi angkatan 2014/2015 Universitas Sanata Dharma.
Ha3: Ada hubungan positif dan signifikan fasilitas belajar dengan
prestasi belajar mahasiswa program studi pendidikan akuntansi angkatan 2014/2015 Universitas Sanata Dharma.
(66)
48 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian studi kasus. Penelitian studi kasus yaitu penelitian tentang subjek tertentu, dimana subjek tersebut terbatas, maka kesimpulan yang diperoleh hanya berlaku pada subjek yang diteliti (Consuelo,1993:73). Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi angkatan 2014/2015 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Selain itu penulis juga menggunakan penelitian deskriptif, yaitu suatu penelitian yang terbatas pada usaha pengungkapan maksud dan keadaan sebagaimana adanya, sehingga hanya bersifat sekedar mengungkapkan fakta (Consuelo, 1993:71). Dalam penelitian ini, penulis mendeskripsikan variabel-variabel yaitu variabel-variabel bebas motivasi belajar, kebiasaan belajar dan fasilitas belajar dengan variabel terikat prestasi belajar pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi angkatan 2014/2015 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2017, di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, khususnya pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi angkatan 2014/2015.
(67)
C. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi angkatan 2014/2015 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Sedangkan Objek penelitian ini adalah hubungan motivasi belajar, kebiasaan belajar dan fasilitas belajar dengan prestasi belajar mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi angkatan 2014/2015 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
D. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah keseluruhan dari subjek penelitian atau keseluruhan unsur-unsur yang memiliki karateristik yang sama (Suharsimi Arikunto, 2002:108). Populasi dari penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi angkatan 2014/2015 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang berjumlah 162 mahasiswa. 2. Sampel Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2002:109) Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel juga merupakan bagian yang diambil dari suatu populasi yang karateristiknya diteliti dan dianggap dapat mewakili populasi secara keseluruhan. Jadi, jenis sampel yang diambil harus mencerminkan populasi. Data yang dianalisis dalam suatu penelitian merupakan data hasil pengukuran yang diperoleh dari sampel.
(68)
Dalam menentukan ukuran sampel ditentukan berdasarkan rumus Slovin yang telah ditulis Kurniawan (2014:84) yaitu sebagai berikut:
Keterangan:
n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi
e = Batas toleransi kesalahan dengan margin of eror sebesar 5% Dengan menggunakan rumus Slovin dapat ditentukan jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 115 mahasiswa, yaitu mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi angkatan 2014/2015 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan cluster random sampling. Menurut Azwar (2013:87), cluster random sampling adalah pengambilan sampel dengan cara melakukan randomisasi terhadap kelompok bukan terhadap subjek secara individual. Tiap kelompok yang dipilih akan diambil sebagai sampel sesuai dengan jumlah yang telah dihitung menggunakan rumus Slovin.
Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin adalah sebagai berikut:
(69)
Jadi, sampel dalam penelitian ini berjumlah 115 orang yang diambil secara acak berdasarkan kelompok kelas dari angkatan 2014/2015.
E. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variable merupakan definisi variabel-variabel yang akan diteliti berdasarkan dimensi atau indikator dari masing-masing variable tersebut. Menurut Zaifuddin Azwar (2012:33), operasional variable artinya menerjemahkan konsep mengenai variabel yang bersangkutan ke dalam bentuk indikator perilaku.
1. Motivasi Belajar
Menurut Clayton Alderfer (Nashar, 2004:42) motivasi belajar adalah kecenderungan siswa dalam melakukan kegiatan belajar yang didorong oleh hasrat untuk mencapai prestasi atau hasil belajar sebaik mungkin. Motivasi belajar dalam penelitian ini adalah suatu dorongan internal dan eksternal yang menyebabkan seseorang atau individu dapat bertindak untuk mencapai tujuan dalam belajar, sehingga dapat memperoleh prestasi yang baik.
Motivasi belajar berkaitan dengan aktivitas mahasiswa adalah kemauan untuk belajar dan mengikuti perkuliahan, keinginan untuk menguasai materi perkuliahan, ketekunan dalam menyelesaikan tugas-tugas kuliah, usaha untuk meningkatkan prestasi, dan sikap saat menghadapi kesulitan belajar serta saat mengalami kegagalan.
(70)
2. Kebiasaan Belajar
The Liang Gie (1995:192) mengemukakan bahwa kebiasaan belajar adalah segenap perilaku mahasiswa yang ditunjukkan secara ajeg dari waktu ke waktu dalam rangka pelaksanaan studi di perguruan tinggi. Kebiasaan belajar dalam penelitan ini adalah pola atau cara belajar mahasiswa yang dilakukan secara berulang-ulang baik itu secara sadar maupun tidak sadar.
Kebiasaan belajar berkaitan dengan aktivitas mahasiswa adalah kebiasaan mengelola waktu belajar, kebiasaan mengatur diri untuk belajar, kebiasaan membaca buku pelajaran, kebiasaan saat mengikuti perkuliahan, dan kebiasaan saat menempuh ujian.
3. Fasilitas Belajar
Menurut Muhroji dkk, (2004:49) Fasilitas belajar adalah semua yang diperlukan dalam proses belajar mengajar baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak agar tercapai tujuan pendidikan dan proses belajar mengajar dapat berjalan lancar, teratur, efektif dan efisien.
Fasilitas belajar dalam penelitian ini adalah semua fasilitas yang mendukung kegiatan belajar mengajar di kampus. Fasilitas belajar yang baik secara umum meliputi ruangan atau tempat belajar, perpustakaan, perlengkapan belajar, serta sumber belajar.
4. Prestasi Belajar
Menurut Nurjanah Mina (2013), berbicara tentang prestasi belajar atau dalam lingkungan perguruan tinggi disebut dengan istilah prestasi
(1)
182
UJI NORMALITAS BIVARIAT
1.
Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar (IPK)
Model Summary and Parameter Estimates
Dependent Variable: chisquare
Equation
Model Summary Parameter Estimates
R Square F df1 df2 Sig. Constant b1
Linear ,448 91,639 1 113 ,000 ,039 ,012
The independent variable is Mahalanobis Distance.
2.
Kebiasaan Belajar dengan Prestasi Belajar (IPK)
Model Summary and Parameter Estimates
Dependent Variable: chisquare
Equation
Model Summary Parameter Estimates
R Square F df1 df2 Sig. Constant b1
Linear ,470 100,360 1 113 ,000 ,040 ,012
(2)
183
3.
Fasilitas Belajar dengan Prestasi Belajar (IPK)
Model Summary and Parameter Estimates
Dependent Variable: chisquare
Equation
Model Summary Parameter Estimates
R Square F df1 df2 Sig. Constant b1
Linear ,482 105,018 1 113 ,000 ,038 ,013
(3)
184
LAMPIRAN 7
Hasil uji
hipotesis
(4)
185
UJI HIPOTESIS KORELASI
SPEARMAN RANK
1.
Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar (IPK)
Correlations
Motiv_Bel IPK
Spearman's rho Motiv_Bel Correlation Coefficient 1.000 .056
Sig. (1-tailed) . .275
N 115 115
IPK Correlation Coefficient .056 1.000
Sig. (1-tailed) .275 .
N 115 115
2.
Kebiasaan Belajar dengan Prestasi Belajar (IPK)
CorrelationsKeb_Bel IPK
Spearman's rho Keb_Bel Correlation Coefficient 1.000 -.037
Sig. (1-tailed) . .347
N 115 115
IPK Correlation Coefficient -.037 1.000
Sig. (1-tailed) .347 .
N 115 115
3.
Fasilitas Belajar dengan Prestasi Belajar (IPK)
CorrelationsFas_Bel IPK
Spearman's rho Fas_Bel Correlation Coefficient 1.000 -.011
Sig. (1-tailed) . .453
N 115 115
IPK Correlation Coefficient -.011 1.000
Sig. (1-tailed) .453 .
(5)
186
LAMPIRAN 8
Surat ijin
penelitian
(6)